Hold Me Ulquiorra III

Chapter 3
Which Makes The Hot Fevers Kisah antara Rukia dan si kucing Ulquiorra terusberlanjut. Meski Rukia sudah mengijinkanUlquiorra tinggal dirumahnya. Tetap saja kucing yang satu iniselalu bikin Rukia pusing tujuh keliling. Rukia yang sangat suka dengan kebersihan, menyuruh Ulquiorra
untuk mandi. Semenjak Rukia mengijinkan tinggal di rumahnya, gadis bermata violet ini tidak pernah melihat Ulquiorra mandi. Keributanpun terjadi setiap hari, karena Ulquiorra tidak mau mandi. Meski Rukia berfikir karena Ulquiorra adalah seekor kucing karena itu dia tidak mau mandi karena takut air. Tapi karena sosok kucing itu bisa berubah menjadi manusia, tidak salahkan aku menyuruhnya mandi. Itulah yang di fikirkan Rukia. "Kenapa kau susah sekali sich di suruh mandi. Padahal itu untuk kebersihanmu sendiri." Ucap Rukia dengan melempar handuk tepat di wajah Ulquiorra. Ulquiorra
menyingkirkan handuk yang ada di wajahnya itu. 'Perempuan ini suka sekali melempar barang ya' batin Ulquiorra. "Tentu saja aku mandi. Tapi dengan cara ku sendiri."Sahut Ulquiorra. "Maksudmu menjilat seluruh tubuhmu." Sentak Rukia dengan bertolak pinggang.. " Meskipun kau memiliki
sosok seekor kucing" 'Aku memang seekor kucingkan'Batin Ulquiorra dengan mengangkat sebelah
alisnya. "Tapi kau ini juga seorang manusia. Jadi karena itu kau harus mandi dengan cara manusia."Lanjut Rukia. Mendengar kata ' MANUSIA' yang di lontarkan Rukia padanya. Mata hijau
Ulquiorra melebar. Tak ada seorangpun yang pernah menganggapnya seorang manusia. Karena selama ini ia tinggal di laboraturium Las Noches yang dimana penghuninya adalah makhluk buatan
seperti dirinya. Meski disana ada beberapa manusia yang menemani mereka untuk penelitian. Semua
manusia disana hanya memanggil semua makhluk buatan dengan no yang terlukis di tubuh mereka, dan tak pernah di anggap sebagai manusia. Dan no yang diberikan untuk Ulquiorra yaitu no 4 terlukis dengan jelas di dada sebelah kananya. Terkadang Rukiapun ingin menanyakan tato ber no 4 itu. "AHH!"Rukia melihat jam yang ada di meja belajarnya. "Aku harus cepat kesekolah, nanti aku di hukum lagi membersihkan toilet yang nggak jelas bau apa yang tercium disana." Rukiapun berlalri menuju pintu. Tapi sebelum dia membuka pintu itu dia melirik Ulquiorra. "Ingat kau harus mandi, awas
kalau tidak mandi." Serunya lalu menghilang dengan di akhiri suara Brak menandakan dia sudah tidak ada di dalam apartemenya lagi. Ulquiorra hanya diam menatap pintu apartemen itu. Sambil  mengambil handuk yang ia jatuhkan setelah di lempar Rukia. 'Manusia' Gumamnya di tengah kesunyian. Lalu matanya melirik sebuah pintu berwarna putih, dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah bathtube berukuran tidak terlalu kecil cukup untuk merendamkan sekuruh badan, di sebelahnya ada sebuah kloset yang bisa diduduki. Di dinding sebelah pintunya terdapat sebuah cermin yang jika dibuka banyak alat mandi tersimpan disana. Ulquiorra melihat seluruh isi kamar mandi itu. Lalu mendekati bathtube yang ada di depanya. "Kalau tidak salah di beginikan."Gumam Ulquiorra sambil
mencoba memutar keran yang ada di atas bathtube itu. Air mulai mengalir dari keran itu. Ulquiorra sedikit kaget ketika cipratan air mengenai wajahnya. "Apa aku harus melakukanya?" Dia bertanya pada diri sendiri. Tiba-tiba raut wajah Rukia terbayang di benaknya. Ulquiorra menghela nafas, dan
mulai membuka satu- persatu pakaian yang ia kenakan, dengan perlahan-lahan ia memasukan kaki
kananya ke dalam bathtube yang sudah penuh terisi air hangat. Beberapa kali ia selalu menaikan kakinya itu. Tapi setelah mencobanya yang ke 5 kali. Kali ini Ulquiorra benar-benar merendamkan tubuhnya di bathtube itu. "Ternyata mandi itu tidak terlalu buruk" Gumam Ulquiorra lalu merendamkan sebagian wajahnya. Hanya tinggal mata dan hidungnya saja yang tidak terendam. 'Kau juga manusia' Tiba-tiba kata yang di katakan Rukia terngiang lagi di di benaknya. Jika busa sabun tidak menghalangi wajahnya. Mungkin saat ini kucing bermata hijau emerald itu sedang tersenyum. Setelah berlari sekuat
tenaga, akhirnya Rukiapun datang tepat waktu ke sekolahnya.Rukia mengambil nafas dalam-dalam, lalu membuka pintu yang ada di depanya. "Selamat pagi!" Serunya ke seluruh murid yang berada di dalam kelas itu. "Selamat pagi Rukia chan." Sahut seorang murid berambut orange dengan mata abu-abu. "HEII! Pendek, hari ini kau tidak kesiangan?" Tanya seorang murid laki-laki berambut orange yang tiba-tiba ada di belakangnya. "Memangnya kenapa? Dasar kepala jeruk." Jawab Rukia dengan nada sedikit kesal. Laki- laki yang memiliki nama Ichigo itupun hanya memanyunkan mulutnya, lalu duduk. Rukiapun duduk di sebelah Ichigo karena tempat duduknya bersebelahan dengan laki-laki berambut orange itu. "Rukia!" Seru Orihime. Rukia lalu meliriknya. "Bagimana kabarUlquiorra kun?"
 Tanyanya berhasil membuat Rukia kaget. "A..apa maksudmu?" Rukia berbalik tanya dengan nada bergetar. Teman-temanya tidak tahu kalau Ulquiorra tinggal di rumahnya, karena Rukia selalu menyuruh Ulquiorra jadi kucing jika teman- temanya berkunjung ke rumahnya. "Soalnya, selain dia pernah ke sekolah kita. Aku tak pernah melihatnya lagi. Jadi ku bertanya padamu karena kau pacarnya." Kata-kata itu berhasil membuat wajah Rukia semburat merah. 'Pacar' batinya. "A..aku bukan pacarnya."Jawab Rukia terbata-bata. Wajahnya instant berubah menjadi merah di tutupi karena
dia menunduk. Teman- temanya diam menatap gadis bermata violet itu. Mereka lalu tersenyum licik melihat Rukia'Luchunya'batin semuanya. Sebelum Orihime mau menggodanya. "Sudah-sudah. Cepat
duduk di tempat duduk masing-masing." Sensei sudah memasuki kelas pertanda pelajaran akan di mulai. Semua murid mengeluarkan alat tulis mereka. Dan pelajaran yang membosankanpun di mulai. Waktu terus bergulir hingga jam 3 sore. Rukia berjalan perlahan di pinggir jalan menuju apartemennya.
CEKLEK.. Suara pintu di buka.. " Aku pulang." Serunya. Rukia melepaskan sepatunya dan memakai sandal untuk di rumah berwarna hitam. Lalu diapun memasuki kamarnya dan menyimpan tasnya di
meja yang penuh dengan buku.. Raut wajah Rukia berubah bingung, dia melihat keseluruh kamarnya. 'Terasa ada yang hilang?" Batinya. "HAH.. sudahlah, aku mau cuci muka dulu." Rukiapun berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar mandi yang memiliki pintu berwarna putih. Rukiapun masuk ke kamar mandi. Setelah masuk, bola mata violet itu melebar saat melihat sosok yang tengah terendam di bathtube miliknya. "ULQUIORRA!" Serunya lalu berlari ke arah bathube itu, bola
matanya tambah melebar saat mendapati Ulquiorra tak sadarkan diri dengan tubuhnya terendam air. Dengan cepat Rukia mengambil handuk yang menggantung di pintu dan menutupi tubuh Ulquiorra. 'Dasar si bodoh ini' Batinya. Langit sore yang berwarna ke orange nan indah menghiasi langit pertanda siang akan segera berganti dengan malam. "HASSTTYYII!" Ulquiorra yang tengah duduk di
sofa kamar Rukia pun menggigil kedinginan, tubuhnya di tutupi dengan selimut yang tebal. Di mulutnya
terdapat termometer suhu. "Kau ini bodoh yah?" Ucap Rukia ke Ulquiorra yang tengah duduk dengan wajah yang memerah. "Kenapa bisa pingsan di dalam bathtube sich, lagipula kalau mau berendamkantak perlu sampai 8 jam, apa kamu mau bunuh diri." Lanjut Rukia lagi sambil mengambil ermometer yang ada di mulut Ulquiorra. "39 derajat! Tinggi sekali. Ya ampun." Ulquiorra hanya diam menatap datar ke Rukia yang engah mengomelinya. HASSTYYII!" Tanpa di pinta Ulquiorrapun bersin kembali. Rukia mendekati Ulquiorra yang tatapan matanya tambah sayu karena demam tinggi. "Apa kau baik-baiksaja?" Tanyanya dengan menyentuh kening hanya diam. "Lebih baik kau berbaring dulu disini." Rukia menunjuk tempat idurnya. Ulquiorra hanya menatap Rukia tak percaya. "Kenapa? Untuk kali ini saja aku mengijinkanmu tidur di tempat tidurku." Ucapnya lagi seakan menjawab pertanyaan Ulquiorra. Ulquiorra hanya menurut, dia membaringkan tubuhnya di ranjang Rukia. Ulquiorra mencoba menutup matanya, tapi kembali ia buka saat kaget ada sesuatu yang lembut dan basah di keningnya. Rupanya Rukia sedang mengompres kepala Ulquiorra dengan air dingin. Ulquiorra tetap diam tidak berkata apa- apa. "Air dingin bisa menurunkan demam." Ucap Rukia seakan menjawab apa yang di pikirkan Ulquiorra. "Aku benar-benar tak bisa percaya, kok ada orang yang berendam sampai pingsan." Kata Rukia sambil mengangkat sebuah baskom yang penuh dengan air. Dia pun berjalan menuju pintu kamarnya.. "Karena itu cara manusia mandi."Ulquiorra tiba-tiba
berkata begitu. Rukiapun membalikan tubuhnya lagi. Dia melihat Ulquiorra yang tengah tertidur di
ranjangnya. "Bodoh, manusia juga tidak berendam selama itu, lagipula kau berkata seolah kau bukan
manusia saja. Dasar." Setelah mengatakan itu Rukiapun keluar dari kamarnya dan menuju dapur. 'Apa dia suka bubur yah?' Tanyanya pada diri sendiri. 'Eh tunggu dulu! Ulquiorra pernah bilang dia tidak butuh makanan, dia hanya butuh darahku. Apa kalau aku berikan darahku di akan sembuh
yah. Lagipula gara-gara aku juga yang memaksanya untuk mandi. Tapi aku tak mengira dia akan
berendam selama 8 jam. Untung saja aku cepat kembali, coba kalau tidak.!' Batin Rukia. Sementara itu, Ulquiorra hanya diam sambil berbaring ditempat tidur. 'Kau berkata seolah kau bukan manusia saja'. Ucapan Rukia terus terngiang di benak Ulquiorra. Dia hanya diam menatap langit- langit kamar itu. Sunyi, hening, hanya suara jangkrik yang terdengar dari balik jendela. "….aku, memang bukan
seorang manusiakan.." Gumamnya di tengah kesunyian. HASSTTYII! Hanya suara bersin Ulquiorra yang sering memecah keheningan itu. Ulquiorra merasa tubuhnya benar-benar tidak enak, matanya begitu berat untuk di buka. Bola matanya yang hijau terlihat indah karena di terangi sang matahari terbenam. Ulquiorra hanya menatap datar langit orange itu. "Ulquiorra.. kau tidak apa-apa?" Tiba-tiba
Rukia muncul dari balik pintu. Ulquiorra pun melirik Rukia yang sedang membawa sesuatu di tangannya. Ulquiorra hanya diam melihat Rukia yang mendekatinya dan menyodorkan sebuah mangkok dari tangannya. Ulquiorra melirik mangkok itu dengan tatapan bingung. "Ini bubur.." Ucap Rukia seakan menjawab tatapan bingung Ulquiorra. Ulquiorra pun mlirik Rukia kembali."Bubur….?" Tanyanya sambil menatap bola mata violet Rukia. "Untuk apa?" Lanjutnya lagi. "Biasanya bubur di
makan oleh orang yang sakit, karena itu aku membuatkanmu bubur. Tapi aku tidak tahu kamu suka atau tidak.." Jawab Rukia sedikitmenundukan kepalanya tapi bola matanya menatap Ulquiorra. Diam…? Hening..? Tidak ada seorangpun yang bicara. Ulquiorra hanya menatap dalam bola mata violet Rukia. Sedangkan Rukia bingung mau bilang apa? Tiba-tiba Ulquiorra memecah keheningan
itu. "Apa manusia memakan ini?" Tanyanya sambil melirik mangkok yang berisi bubur di tangan Rukia, lalu melirik Rukia lagi. Rukia hanya mengangguk. "Tapi aku tidak tahu kamu akan suka atau   tidak, kamu pernah bilang tidak butuh makanan manusia. Meski bagaimanapun, menurutku kau itu seorang manusia. Jadi…" Rukia bingung mau bilang apa. Ulquiorra hanya diam dengan bola mata hijaunya sedikit melebar. Bola mata hijau itupun menyipit lagi.. "Apa aku ….." Ucapnya, Rukia melirik Ulquiorra yang tengah menundukan kepalanya, "Apa aku, pantas di sebut manusia. Bagaimanapun juga aku ni bukan manusia seperti kalian para manusia biasa. Apa kau tidak takut padaku..?" Ulquiorra menatap kembali wajah Rukia dengan tatapan sedikit sendu. Wajahnya yang merah karena demam menghiasi tatapannya yang sendu itu. Rukia hanya menatap Ulquiorra diam tak bicara. "Apa kau tidak
takut padaku onna? Apa kau tidak merasa jijik? Apa kau tidak benci padaku yang sudah menggigit lehermu dengan kasar? Apa kau benar-benar menganggapku seorang manusia? Jelas-jelas aku bukan manusia?" Lontaran pertanyaan bertubi-tubi dari Ulquiorra, matanya yang terlihat dingin namun penuh dengan pancaran kesedihan dan kesepian. Rukia hanya diam melihat Ulquiorra. Langit sore perlahan
berubah menjadi gelap pertanda malam datang. Ruangan menjadi gelap karena lampu belum di
nyalakan. Namun, bola mata hijau emerald itu tetap menatap bola mata violet dengan penuh tatapan sendu. "Kau ini.. Kau ini bicara apa?" Ucap Rukia dengan nada suara sedikit keras. Bola mata violet itupun menatap mata hijau Ulquiorra dengan tatapan penuh keyakinan. "Apa gara- gara demammu tinggi kau jadi bicara ngawur." Teriak Rukia di depan Ulquiorra. Ulquiorra hanya cengok melihat
Rukia. "Aku..awalnya merasa sangat terkejut dan juga takut melihatmu yang dari seekor kucing lalu
menjadi manusia dan menggigit leherku. Aku lebih terkejut saat mengetahui kau ini adalah makhluk buatan. Tapi itu juga membuatku seidkit lega." Rukia bicara dengan menatap bubur yang ada di tanganya. Ulquiorra hanya diam mendengarkan apa yang di katakan Rukia. "Aku lega..karena
kupikir kau ini bukan mahluk dari dunia ini, dan aku lebih lega..karena.. " Rukia sedikit terbata-bata..
"Karena ternyata kau adalah manusia yang di di ciptakan oleh para ilmuwan dan di beri sedikit kelebihan. Dan aku merasa, meski kau berbeda, meski kau menakutkan. Aku yakin kau adalah seorang manusia, karena..karena aku bisa merasakan ketakutan, kesedihan, dan kesepian yang terpancar dari tatapanmu saat kau menolak untuk kembali bersama laki-laki tempo hari. Karena itu, aku semakin yakin kau adalah seorang manusia sepertiku." Bola mata Ulquiorra sedikit melebar mendengar apa yang di katakan Gadis yang ada di depanya. "Aku..aku tidak merasa ijik dan takut padamu." Rukia menatap Wajah Ulquiorra dengan sedikit senyum terkembang di wajahnya. Bola mata Ulquiorra semakin melebar, mendengar pernyataan yang di lontarkan Rukia. Bola mata hijau tupunmenyipit kembali menatap raut wajah yang manis dan mungil sambil di terangi sinar rembulan yang terpancar dari langit malam. "Sudahlah jangan bicara yang aneh-aneh lagi. Ini.." Rukia menyodorkan sendok yang berisi bubur pada Ulquiorra. "Kau tak perlu khawatir, aku akan merawatmu."Rukia tersenyum sambil memegang sendok yang berisi bubur itu. Ulquiorra hanya diam,
tiba-tiba Ulquuiorra menarik tangan Rukia. Rukia sedikit kaget, bola mata violetnya semakin melebar saat mendapati bibir mungilnya sudah menempel lembut di bibir Ulquiorra. Rukia hanya diam karena terkejut. Di bawah sinar rembulan yang terpantul dari langit malam yang indah. Rukia dan Ulquiorra berciuman. Tubuh Rukia tidak bisa di gerakan karena terkunci oleh pelukan Ulquiorra. Perlahan
Ulquiorra menjilat bibir bagian bawah Rukia, Rukia sedikit kaget sehingga Ulquiorra menggunakan
kesempatan itu untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut mungil Rukia. Rukia semakin tidak bisa bergerak karena kepalanya di pegang oleh Ulquiorra. Ulquiorra dengan lembutnya memainkan lidahnya di dalam mulut Rukia. Semakin lama semakin cepat, sehingga Rukia sedikit ketakutan. Tapi entah mengapa Rukia pun tak ingin berontak lagi. Pelukan Ulquiorra dan lembutnya bibir Ulquiorra menenangkan untuknya. Rukia sudah tidak bisa berpikir apa- apa lagi, kepalanya seakan kosong. Sedangkan Ulquiorra terus menciumi dan memainkan lidahnya di mulut mungil itu. Setelah beberapa saat Ulquiorra melepas perlahan bibirnya yang dari tadi menempel erat di bibir Rukia. Dia melihat Rukia dengan wajah merah dan nafas yang tersengal-sengal. Ulquiorra tersenyum dan berkata.. "Sepertinya demam ku tambah panas karena bibirmu yang panas itu." Sambil tersenyum Ulquiorra berkata begitu sehingga memuat wajah Rukia yang merah tambah merah." maksudmu dasa cowok mesu..!" Rukia belum menyelsaikan perkataannya karena Ulquiorra sudah tertidur di pundaknya. Rukia menghela nafas, lalu membaringkan tubuh Ulquiorra. Di tatapnya sosok yang tengah tertidur lelap itu. 'Justru yang sedang panas itu kau dasar kucing bodoh …'Gumamnya sambil memegangi bibirnya dengan jarinya yang ramping. Rukia merasa wajahnya sangat panas. Dia tak henti- hentinya menatap sosok Ulquiorra yang sedangtertidur. 'Aduchh.. ada apa denganku.' Gerutunya dalam hati.
Tanpa di sadarinya bola mata hijau tengah menatapnya tenang sambil memegang bibirnya dengan jari putih yang pucat. Malam berganti menjadi pagi yang cerah. Semua orang di Smu Karakura penuh dengan semangat. Tapi entah mengapa di pagi itu Rukia tengah bengong dengan kantup mata yang hitam. Sampai- sampai dia tidak sadar kalau Orihime dan Tatsuki menyapanya. "Ohayoo.. Rukia chan.." Sapa Orihime dan Tatsuki bebarengan. Rukia melirik ke dua sahabatnya itu. "Ohayoo." Balas Rukiadengan sedikit lemas lalu menguap. Ke dua temanya saling pandang. "Kau kenapa Rukia
chan..?" Tanya Orihime. "Sepertinya kau kurang tidur ya..?" Di tambah oleh Tatsuki. Sebelum menjawab Rukia menguap terlebih dahulu. "Iya.. semalam aku tidak bisa tidur." Jawabnya lemas dan
menguap lagi. Kedua temanya saling pandang lagi. 'Tak biasanya Rukia tidak bisa tidur.' Batin
keduanya. "Oh ya.. Apa kau sudah mengerjakan PR matematika?" Tanya Tatsuki. "Ah. Iya aku sudah mengerjakanya. Karena tidak bisa tidur, jadi aku mengerjakanya …" Jawab Rukia. Kedua temanya saling pandang untuk sekian kalinya, karena tak biasanya teman mereka yang satu ini mengerjakan PR matematika yang paling ia benci. Meski ini sedikit ada kemajuan. Tapi mereka penasaran kenapa Rukia tidak bisa tidur. Padahal mereka tahu pasti Rukia tidak tahan untuk tidak tidur bila sudah lewat jam 9 malam. 'Ada apa ya?" Batin mereka berdua. Akhirnya Orihime memberanikan diri untuk bertanya … "Rukia chan, memangnya ada apa sehingga kau tidakbisa tidur? Kalau ada masalah kau boleh menceritakanya pada kami. Iya kan Tatsuki..?" Orihime melirik Tatsuki,
Tatsuki mengangguk. Karena pertanyaan kedua teman-temanya itu, Rukia kembali teringat kejadian
semalam yang membuatnya tidak bisa tidur. Lalu mengerjakan PR matematika yang paling ia benci berharap setelah melihat rumus- rumus yang bikin kepala pusing bisa membuat matanya tertutup dan
tidur. Tapi alhasil bukanya bisa tidur malah membuat Rukia tambah frustasi karena tidak juga mengantuk. Meski dia berhasil mengerjakan PR matematikanya semalam suntuk, tapi sekarang dia mengantuk sekali. Saat mencoba menutup matanya, yang tersirat hanyalah kejadian malam itu dan bibir Ulquiorra. Rukia mengangkat wajahnya yang tadi tengah terkubur di kedua tanganya. Semburat merah terlukis di wajahnya. Ke dua temanya yang berdiri di depanya sedikit kaget. Rukia lalu mengacak-ngacak rambutnya. Tapi semburat merah di wajahnya tidak juga hilang. Rukia lalu
menyentuh bibirnya dengan jemarinya. Kedua teman yang memperhatikannya dari tadi semakin merasa aneh dengan keadaan Rukia. 'Ini semua gara-gara dia.'Batin Rukia. Tak sadar wajahnya semakin merah dan kedua temanya tetap setia memperhatikan. Rukia tak ingin mengingat- ngingat lagi, lalu dia mengambil tasnya. Saat apa yang ingin ia ambil tidak ada, wajah Rukia berubah lagi menjadi panic. Rukia dengan cepat mengeluarkan semua isi tasnya. Raut wajahnya semakin panic.
'Tidak ada..tidak ada..tidak ada..!" Gumamnya sambil terus mencari di setiap seluk beluk tempat duduknya. Tapi benda yang dia cari tidak juga ketemu. "Kau sedang mencari apa Rukia?"Tanya Tatsuki yang sejak tadi tidak tahan ingin bertanya. "Buku PR matematikaku tidak ada.." Rukia
semakin panic. Sedangkan Orihime dan Tatsuki bengong, lalu membantu mencari. Tapi tidak juga di
temukan. "Mungkin jatuh di jalan atau ketingglan di rumah.."Ucap Orihime sambil terus mencari.
"HAAHHH! Aku tidak mau tahu mau ketingglan kek atau jatuh, yang jelas sebentar lagi pelajaran di mulai. Bagaimana ini..?" Rukia semakin panic mengingat apa yang akan menimpa dirinya jika buku PR nya itu tidak di temukan. Tiba-tiba seseorang memecah kepanikan Rukia. "Hei pendek!" Seru pemuda berambut orange. Rukia melirik. "Ada apa?" Jawab Rukia dengan nada kesal karena buku PR nya
tidak ada dan di panggil pendek. "Ada orang yang mencarimu di loker." Jawabnya dengan nada malas.
"Siapa?" "Kalau tidak salah itu cowok pernah datang ke sekolah ini. Rambutnya hitam dan bola matanya hijau. Kalau tidak salah namanya Ulquiorra." Jawab pemuda itu dengan gaya mengingat- ngingat. "UL..ULQUIORRA!" Seru Rukia sedikit tersentak kaget, tapi tiba-tiba kejadian malam itu
teringat kembali dan spontan membuat wajah Rukia memerah. "Ke..kenapa Ulquiorra kemari?" Tanya Rukia sedikit terbata-bata. "Entahlah, katanya ada yang mau di berikan padamu. Dia bilang, 'Sepertinya ini penting untuknya karena dia mengerjakannya semalaman' begitu katanya." Jawab Ichigo. Tanpa pikir panjang lagi Rukia langsung berlari ke arah loker. Orihime dan Tatsuki hanya menatapnya. Seringai kecil terlihat dari wajah mereka membuat ichigo sedikit merinding. "Jangan-jangan gara- gara itu ya dia tidak bisa tidur."Gumam mereka berdua. Membuat Ichigo semakin merinding. Rukia semakin mempercepat langkahnya. Akhirnya larinya terhenti saat sosok yang ia cari sudah ada di depan mata. Dia mendekati pemuda yang tengah berdiri di depannya. Dia memakai baju putih dan syal putih biru melilit di lehernya. "Ulquiorra?" Sapanya. Pemuda itupun melirik Rukia yang perlahan mendekatinya dengan nafas tersengal-sengal. Mata hijaunya menatap Rukia, wajahnya sedikit merah karena masih dalam keadaan demam. "Rukia.."Serunya. Tiba- tiba semburat merah kembali terlukis di wajah Rukia saat melihat bibir Ulquiorra. Rukia sedikit memalingkan wajahnya,
berharap wajahnya yang merah ini tidak terlihat oleh Ulquiorra. Ulquiorra hanya tersenyum sinis melihat kelakuan Rukia. "A..ada apa kau kemari? Kau kan sedang sakit, jangan terlalu banyak
bergerak." Tanya Rukia terbata-bata. "Ini." Ulquiorra memberikan kantung yang terbuat dari kertas
dan bercorak luchu. Rukia mengambil kantung itu. Raut wajahnya tiba-tiba berubah jadi senang saat melihat isi kantung itu. "Buku PR matematikaku." Serunya, lalu melirik Ulquiorra. "Tapi kenapa kau bisa tahu kalau buku ini ketinggalan dan buku ini sangat penting?" Tanya Rukia dengan raut wajah sedikit bingung. "Karena semalaman kau terus mengerjakannya, kupikir itu sangat penting untukmu. Lalu tadi pagi karena kau terburu-buru jadi terjatuh dari tasmu." Jawab Ulquiorra. Bola mata Rukia sedikit melebar mendengar jawaban Ulquiorra. "Ke..kenapa kau bisa tahu kalau aku mengerjakanya
semalaman, kau kan sedang tidur.?" Tanya Rukia. Sepontan raut wajah Ulquiorra kaget. Semburat merah kini bergantian terlukis di wajah Ulquiorra. Sebenarnya semalaman kemarin dia juga tidakbisa tidur, dan terus memperhatika Rukia yang tengah mengacak- ngacak rambutnya karena pusing dengan
apa yang ia kerjakan. "I..itu.." Ucap Ulquiorra sedikit terbata-bata. Rukia terus menatap Ulquiorra dengan penuh penantian jawaban dari Ulquiorra. Tanpa sadar keadaan mereka sedang di perhatikan oleh 2 orang perempuan di balik loker yang jaraknya cukup jauh. "Ternyata benar. Ia kan Tatsuki?" Tanya perempuan berambut orange dan berdada besar ke temanya yang ada di sampingnya. "Yuph.. Sepertinya memang itu yang membuat Rukia tidak bisa tidur dan dengan rajin mengerjakan PR matematikanya." Jawab perempuan berambut hitam itu. Mereka berdua lalu menyeringai melihat Rukia dan Ulquiorra. Sedangkan orang yang di perhatikan sama sekali tidak sadar. "Ayo katakana! Kenapa kau bisa tahu …" Raut wajah Rukia semakin serius menatap Ulquiorra yang dari tadi
belum menjawab pertanyaanya. "Itu karena…" Sebelum Ulquiorramenyelesaikan perkataanya..
PPRRAANNGGG! Suara kaca jendela yang pecah. Ulquiorra dengan cepat memeluk Rukia
agar tidak terkena pecahan kaca yang berterbangan. Rukia hanya menutup matanya. Menyadari
bahwa tubuhnya sedikit berat dia membuka matanya. "Aduucchhh…sakiit. Ulquiorra kau ini apa-
apaan sich..?" Seru Rukia ke Ulquiorra yang tengah duduk di depanya dengan posisi tanganya memegang lenganya. Bola mata Rukia melebar melihat darah yang menetes dari lengan Ulquiorra. "Ulquiorra!"Serunya sambil mendekati Ulquiorra yang lengannya tertancap pecahan kaca. Pecahan Kaca itu menancap terlalu dalam membuat darah Ulquiorra tak berhenti mengalir. "Kau tidak apa-apa? Ayo cepat kita ke ruang kesehatan?" Seru Rukia. Tapi sebelum Rukia membopong Ulquiorra, ada seseorang yang menghentikanya. "YO..ULQUIORRA.." Seru pemuda yang tengah berdiri di depan mereka berdua. Bola mata Ulquiorra melebar melihat sosok yang ada
di depanya itu. "KAU…." Gumam Ulquiorra sambil terus menahan sakit di lengannya. SedangkanRukia menatap pemuda itu dengan tatapan tidak mengerti …..

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.