Fuzzy Memory III

Chapter 3
"Apa yang kau lakukan
disini, bodoh?"
Sosok Sasuke nampak
begitu menjulang
dihadapanku karena aku
masih dalam posisi
berjongkok.
Mengingatkanku pada
potongan mozaik
mimpiku di adegan
pertama.
Aku langsung berdiri
tegak. Bagaimanapun,
aku tak mau dia
meremehkanku terus.
Tapi speechless juga.
Dia menangkap basah
diriku yang sedang
mengintipnya, lho!
Mengintip! Aku tak
kepikiran satupun
alasan untuk menjawab
pertanyaannya. Masa
aku harus bilang kalau
aku menguntit dia, sih?
"Kau tidak sedang
mengintai rumah orang
untuk mencuri kan,
Naruto?" lanjutnya.
"Apa? Sembarangan!
Justru aku yang berpikir
kau begitu! Rumah ini
kan sudah lama
kosong!" semburku yang
mulai terpancing emosi.
Heran, deh! Dia selalu
berhasil untuk yang satu
itu! Dengan tenang
Sasuke memegang
dagunya.
"Hm. Ini agak sulit! Aku
tak menyangka bahwa
ada anak SMU yang
bahkan masih tidak bisa
membaca," katanya
santai. Hiih! Dia sedang
meledekku, ya? Sasuke
berjalan ke arah papan
nama keluarganya dan
mengetuk-ngetuknya
dengan telunjuk. "Biar
kubacakan untukmu, ya
Bocah Buta Aksara! Ini
bacanya 'U-chi-ha'! Aku
tak terlalu cepat
mengejanya, kan?"
"K-a-u ini!" geramku.
Kenapa sih dia ini? Ada
yang konslet pada
otaknya apa? Jangan-
jangan dia itu penderita
double personality!
Begitu cepat
kepribadiannya yang
penuh tawa bersama
anjingnya berubah
menjadi menyebalkan
seperti ini! Yang
mengherankan, dia
selalu punya cara
membuatku mati kutu.
"Kau itu! Kenapa sih
selalu mencari gara-
gara denganku?"
tembakku. Dia
tersenyum sarkastis
seolah aku baru saja
melemparkan gagasan
yang konyol.
"Please, Naruto! Apa
untungnya aku mencari
gara-gara denganmu,
ha?" jawabnya dengan
nada mengejek.
"Terus kenapa kemarin
tiba-tiba menciumku?"
dia terdiam. Kali ini
alisnya berkernyit.
"Kenapa? Hah! Jangan
bilang itu yang pertama,
Naruto!" jawabannya …
tidak bisa kujawab.
"Jadi…kemarin itu yang
pertama untukmu?"
tanyanya dengan nada
tak yakin.
Saat aku tetap tak bisa
menjawabnya, tawanya
meledak.
"Ha ha ha! Ya, ampun!
Berapa usiamu, Naruto?
17 tahun dan belum
pernah … Oh, ya Tuhan!"
aku bisa merasakan
wajahku memanas. Aku
hanya bisa menebak
semerah apa wajahku
sekarang. Yang pasti
tampangku sekarang
makin membuat Sasuke
berada diatas angin dan
kalimat ejekan
berikutnya keluar lagi
dari mulutnya. "Kau
beruntung melakukan
'yang pertama'
denganku!"
Aku mengangkat wajah.
Tak tahu deh wajahku
sudah seperti apa. Yang
jelas tampangku kali ini
berhasil membuat
Sasuke membungkam
mulutnya.
"Kenapa jadi begini?
Kenapa jadi
menyebalkan? Padahal
dulu kau sangat
menyenangkan!" dia
terdiam mendengar
ucapanku yang
merupakan unek-unek
dari hatiku yang
terdalam. Karena itu
aku makin berani
melanjutkan. "Dulu aku
sangat menikmati
bermain bersama
denganmu. Kau juga
sangat baik. Tidak
seperti sekarang!"
"Tunggu! Kau ini
ngomong apa sih,
Naruto? Karena malu
kau sampai kehilangan
akal sehatmu, eh?"
bantahannya
membuatku terhenyak.
"Ka-kau…kau teman
masa kecilku, kan? Yang
dulu tinggal disini dan
mengundangku masuk
saat hujan. Setelah itu
kita selalu main sama-
sa …," ucapanku
terhenti melihat wajah
Sasuke yang tak
menampakkan
perubahan sedikit pun.
"Jadi kau berpikir bahwa
aku teman masa
kecilmu? Teman
kenanganmu? Asal kau
tahu saja! Aku baru
pindah kesini dan aku
tidak pernah tinggal
disini!"
"Ta-tapi…nama
keluarga kalian, fisik
kalian, dan-"
"Aku bukan dia siapapun
yang kau maksud! Aku
tak kenal kau sebelum
ini!" potong Sasuke. Dia
mendekat padaku dan
menatapku dengan
pandangan mengejek.
"Atau …jangan-jangan
kau berharap itu aku?"
Cih!
"Aku lebih bersyukur
kalau itu bukan kau!
Kupikir anak dalam
kenanganku itu
menderita amnesia atau
apa hingga dia jadi
seperti ini. Tapi
syukurlah kalau bukan!"
ujarku dengan nada dan
mata menantang.
Membuatnya akhirnya
menjauh dan tatapan
mengejeknya hilang.
Untuk sementara aku
merasa tensi dan
tekanan di sekitar kami
meningkat berpuluh-
puluh kali lipat. Seolah
jika salah satu diantara
kami bergerak lebih
dulu, maka siapapun dia
akan mati. Lalu …
GUK! GUK!
Aku terkejut begitu
anjing golden retriever
milik Sasuke
mengeluskan badannya
di kakiku. Dia ber-hah
hah dengan lidah
terjulur dan menatapku
dengan tatapan
meminta di belai. Ah,
kenapa anjing ini
kelihatannya tidak
takut ataupun
menyerangku seperti
yang biasa anjing lain
lakukan? Apa karena dia
sudah mengenalku? Ya,
aku ingat! Anak itu juga
punya anjing, tapi tak
sebesar ini. Apa mereka
anjing yang sama, ya?
Ah, aku lupa! Yang pasti
kelakuan anjing itu
telah melumerkan
suasana yang semula
sangat kaku.
"Yo! Kemari!" panggil
Sasuke. Yo, anjing itu
menatap ke Sasuke dan
aku bergantian dengan
bimbang. Tapi dia
langsung mendengking
aneh saat Sasuke
memelototinya.
Mungkin dia juga belum
pernah melihat wajah
majikannya seseram itu.
Yo berjalan
menghampiri Sasuke
dan berdiri di
sampingnya.
"Dengar ya, Naruto! Aku
tak ingin kau
menuduhku macam-
macam lagi! Sekali lagi
kutegaskan aku bukan
siapa-siapamu!
Lagipula…memangnya
kau pikir keluarga
bernama Uchiha hanya
kami saja? Banyak! Yang
harus kau ingat adalah
namanya, bukan? Apa
namanya Sa-su-ke? Itu
yang harus kau pikirkan
sebelum menuduhku!"
Nama? Ah, benar juga!
Aku …aku tak ingat
siapa namanya. Atau…
aku memang tak pernah
menanyakannya?
Entahlah!
"Kalau begitu…mau
sampai kapan kau mau
berdiri disitu? Aku tak
akan mengajakmu
masuk, lho!"
"Hih! Siapa juga mau
berlama-lama disini
bersamamu?" aku
memeletkan lidah dan
berbalik pergi. Aku
sama sekali tak sadar
kalau dibalik
punggungku, Sasuke
masih menatapku tanpa
ekspresi dengan berjuta
perasaan terperangkap
dalam hitam bola
matanya.
Untukku sendiri, entah
kenapa aku tetap punya
perasaan kuat bahwa
Sasuke terlibat dalam
ini semua. Aku …tak
berbohong waktu
kubilang akan lebih baik
jika anak itu bukan dia.
Tapi …dia terlalu
mencurigakan. Kalau itu
memang bukan dia …
kenapa menyangkal
dengan begitu
hebatnya?
XXX
"Sensei! Pokoknya aku
nggak mau satu
kelompok dengan dia!
Kenapa sih semua orang
memasangkanku dengan
dia!" protesku saat
kelompok belajar kelas
dibagikan. Dan lagi-lagi
aku dengan …cih!
Sasuke!
Aku menatap tajam
pada Sasuke yang
kelihatannya tak peduli
pada apapun. Dia hanya
berpangku tangan
dengan wajah jengah.
Membuatku tambah
sebal. Aku beralih lagi
ke Kakashi-sensei yang
seenaknya saja
mengelompokkanku
dengan orang itu.
"Karena aku dengar dari
beberapa guru lain
bahwa kalian kurang
akur, aku hanya mau
membuat kalian
semakin akrab saja,
kok!" jawabnya dengan
senyum yang …kali ini
terlihat sangat
menjijikkan.
"Alasan macam apa
itu?"
Dan lagi-lagi Kakashi
hanya menjawab dengan
senyum. Kelihatannya
dia senang sekali bisa
melihatku merasa
terganggu. Kenapa sih
semua orang berubah
jadi menyebalkan
beginiiiiiii?
"Nah! Tugas kelompok
kalian yang pertama …"
Kakashi melanjutkan
dengan cueknya.
Meninggalkan aku yang
masih berdiri dengan
tampang pucat pasi. Tak
kuasa untuk memprotes
lebih lanjut.
"Mudah-mudahan kau
tidak menjadi partner
yang terlalu bodoh
untukku, ya Bocah Buta
Aksara!" akhirnya suara
menyebalkan itu
membuka dan
membawaku pada
tingkat muak yang lebih
parah lagi.
XXX
"Kenapa sih kau anti
banget sama Sasuke?
Yah, meskipun aku juga
nggak suka dia, sih!"
tanya Shikamaru saat
kami berkumpul di atap
seperti biasa.
Aku diam.
Anti? Apa iya? Yah,
walaupun mengingatnya
selalu berhasil
membuatku emosi dan
kurasa lebih baik
menghindar, tapi disisi
lain, rasa tertarik yang
kurasakan padanya
sejak hari pertama dia
menginjakkan kaki di
sekolah ini pun terus
berlanjut. Kalau sedang
belajar di kelas, aku
masih suka mencuri-curi
pandang kearahnya.
Entah kenapa.
"Iya! Memangnya apa
sih yang sudah dia
lakukan padamu, eh
Naruto!"
Aku masih membisu.
Tapi pertanyaan dari
Neji itu jadi membuatku
mengingat kejadian
yang tidak ingin
kuingat. Darahku yang
mendidih saat
mengingat adegan di
halaman belakang pasti
telah membuat seluruh
wajahku memerah
sekarang.
"Kelihatan sekali lho
kau sangat
memusuhinya. Apa dia-"
"ARGH! Kenapa sih
kalian membahas dia
terus? Nggak ada topik
lain, apa?" teriakku
frustasi pada akhirnya.
Ketiga sahabatku hanya
bisa saling pandang. Aku
tidak peduli deh mereka
mau mikir apa! Apa aku
tidak bisa tenang satu
detiiiik saja untuk tidak
mendengar tentang si
brengsek itu?
"Hei, Naruto! Kenapa
kau nggak pakai
kesempatan ini,
sekelompok belajar
dengannya, untuk
membalas dendam?"
usul Gaara kali ini
berhasil membuat
kupingku menegak.
"Maksudmu?" tanyaku
dengan ekspresi
tertarik.
"Kita susun rencana
yang bisa membuatnya
keki seperti dirimu saat
ini! Soalnya kalau
kulihat, ya!
Pertengkaran kalian itu
cuma merugikanmu, lho
Naruto! Buktinya si
Uchiha itu santai-santai
saja sikapnya. Iya, kan?"
aku mengangguk-
angguk setuju. Benar
juga! Masa aku kebat-
kebit begini tapi dia bisa
tenang-tenang aja!
Manusia dingin!
"Wah, ide bagus itu
Gaa!" sambut Neji.
"Terus caranya?"
tanyaku lagi dengan
lebih antusias.
"Kalau itu sih…tanyakan
saja pada…," semua
mata kompak melihat
ke Shikamaru yang
kelihatannya sengaja
menghindar. Dia
terhenyak sebelum
akhirnya ber-itch kecil.
"Kenapa jadi aku, sih?
Merepotkan!" aku, Neji,
dan Gaara langsung
mengerumuninya sambil
merayu.
"Ayolah, Shika!
Tolonglah aku!"
"Iya, kau kan jenius!
Masa kau tak mau
menolong Naru?"
"Kau pasti punya cara
jitu! Kau nggak akan
membiarkan Naruto jadi
bulan-bulanan Uchiha
itu, kan?" aku berjengit
mendengar pernyataan
Neji. Apa-apaan itu? Ah,
sudahlah! Yang penting
sekarang …it's time to
revenge!
"IYA! IYA! BERISIK!"
akhirnya Shikamaru
menyerah. Aku dan dua
lainnya saling ber-high
five merayakan
keberhasilan kami.
Aku menatap langit
dengan penuh senyum.
Akhirnya …aku bisa
merasakan juga
indahnya pembalasan!
"Tapi Naruto…," aku
yang sudah terlanjur
senang, menatap ketiga
sahabatku itu dengan
heran.
"Kenapa?" balasku.
"Kalau minta tolong
pada kami …kau harus
konsultasikan
masalahmu dulu dengan
jelas," Neji menjawab
sambil menyeringai
kecil.
"Maksudnya?" aku
masih tidak mengerti.
"Ya…kau harus
ceritakan pada kami
ada apa antara kau dan
Sasuke. Dengan begitu
Shika bisa lebih mudah
menyusun serangan
balasan!" jelas Gaara.
Mataku membulat.
Mereka mau aku
bercerita tentang …
tentang…
Perutku langsung
bergejolak. Dadaku
langsung sesak. Mataku
langsung kabur.
Wajahku langsung
memucat. Dan …apalagi
ya? Pokoknya mereka
membuat keadaanku
lebih buruk ketimbang
menghadapi Sasuke
sendirian!
Mereka bertiga berdiri
mengelilingiku.
"Ya, ampun! Lihat yang
sudah dilakukan Uchiha
itu padanya! Baru kali
ini aku melihat Naruto
trauma dan syok
sebegitu parahnya!"
Aku sudah tak tahu lagi
siapa yang sedang
bicara.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.