Fuzzy Memory

Chapter 1
Drip! Drip! Drip! Pemuda berambut pirang itu berpangku tangan dengan malas sambil menatap jendela yang disiram titik-titik air hujan. Hujan … memang menimbulkan efek yang menentramkan.
Membuatnya teringat pada peristiwa di masa lampau. Peristiwa yang sudah lama terlupa dan entah kenapa kembali sekarang. Sebuah kenangan dan masa- masa menyenangkan dengan seseorang. Siapa? Cinta pertamanya kah? Atau… GRAK! Pintu kelas bergeser membuka. Suasana kelas yang semula ramai berubah sepi. Apa itu berpengaruh padanya? Tidak sama sekali. Hujan dan 'orang dalam kenangannya' lebih menyedot perhatiannya saat ini. Bagaimana pun juga gurunya ini tak patut menyalahkannya atau siapapun di kelas ini jika mereka tidak memperhatikan. Guru tukang telat ini sudah memberinya kesempatan untuk berkhayal dan sudah menjadi resikonya kalau anak-anak murid lainnya sudah terlanjur asyik dengan kegiatannya masing-masing. "Selamat Pagi, Anak- anak!" sapa guru itu dengan senyum yang membuat matanya menghilang. "Selamat siang, Kakashi- Sensei!" jawab anak- anak setengah hati. Yang dipanggil Sensei, alias Kakashi, hanya bisa garuk-garuk kepala. "Baiklah! Hari ini kelas kita kedatangan anggota baru. Ayo, silahkan masuk!" seorang berseragam
sekolah masuk dari pintu saat Kakashi menginspeksi muridnya satu persatu. "Hei, Naruto! Jangan melamun sendirian!" tegur Kakashi, guru fisika sekaligus wali kelasnya. Teguran itu membuat pemuda
bernama lengkap Naruto Uzumaki itu menoleh ke depan kelas dengan terpaksa. Tapi mata birunya langsung melebar saat dia melihat siapa yang berdiri di samping Kakashi. Sosok tampan dengan tampang datar dan kulit putih yang entah kenapa membuatnya terlihat… dark? Apa karena
rambut jetblack jabriknya yang di gel dan bola matanya yang hitam? Ah, dia… Siapa, ya? "Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru. Mulai hari ini dia akan menjadi anggota kelas kita. Namanya
Sasuke Uchiha. Silahkan kau perkenalkan dirimu!" buka guru fisika nyentrik itu. Anak bernama Sasuke itu maju selangkah dari tempatnya semula. "Namaku Sasuke Uchiha. Aku baru pindah
dari Hokaido," ujarnya singkat. Entah kenapa Naruto yang tak pernah terlalu mempedulikan sekitarnya jadi memberikan perhatian penuh pada sosok asing itu. 'Jadi dia dari Hokaido? Pantas kulitnya pucat,'
pikir Naruto. "Nah, kalau kalian mau bertanya lebih lanjut tentang Sasuke, kalian dapat melakukannya nanti. Toh, kalian akan bersama-sama di kelas ini beberapa bulan ke depan," ucapan Kakashi- sensei membuat kelas gaduh untuk beberapa saat. Yah, memangnya Kakashi akan peduli? Jawabannya, tentu tidak! Dengan cueknya dia melanjutkan. "Kalian harus membantu Sasuke selama disini, ya! Dia sudah ketinggalan pelajaran, lho! Nah, Sasuke, kau bisa duduk di kursi kosong belakangsana. Di belakang Shikamaru," Kakashi menunjuk ke meja di belakang anak berambut rumput yang mencibir sambil menopang pipinya dengan tangan kanan. Tanpa mengatakan apapun, Sasuke berjalan menuju meja barunya. Selama sosok itu berjalan, Naruto tak dapat melepaskan pandangan darinya. Entah apa yang sudah mendorongnya untuk melakukan hal yang tak wajar untuknya tersebut, tapi dia juga tak punya hasrat untuk mencari tahu. Pokoknya yang dia tahu hanya bahwa matanya tak boleh kehilangan sosok mitu. Dan alangkah kagetnya dia saat si anak baru itu menoleh mkearahnya tiba-tiba. Menusuknya dengan mpandangan dingin yang sama sekali tak dapat di mengerti oleh Naruto.
XXX
Saat istirahat, Naruto memutuskan untuk menghabiskan waktu di atap sekolah. Tempat favoritnya bersama ketiga sahabatnya. Hanya saja kali ini dia sedang ingin sendirian. Dia menatap langit mendung tanpa mempedulikan celananya yang basah karena duduk di lantai semen bekas hujan sebelumnya. Sebenarnya dia mau menghindar dari keriuhan yang diakibatkan oleh anak baru itu. Mejanya tak ubahnya seperti meja tukang ramal saat tahun baru. Ramai. Teman sekelas mereka berebut bertanya padanya satu persatu. Apalagi anak- anak ceweknya! Herannya, Naruto tak begitu peduli saat Sakura Haruno, cewek yang sejak SMP ditaksirnya ikut-ikutan nimbrung di meja Sasuke dengan matanya yang sudah berbentuk lope-lope. Dia malah lebih mempedulikan anak baru itu! Sasuke. Karena itu dia mencoba menghindar agar sosok flat itu tidak bermain dipikirannya setiap saat setiap waktu. Tapi semakin menghindar, kenapa malah jadi kepikiran, ya? Ada yang aneh dengan anak bernama Sasuke itu. Kenapa dia kelihatan familiar? Deritan pintu dibalik punggungnya membuatnya menoleh. Shikamaru si rambut rumput, Neji yang tak berpupil, dan Gaara si rambut merah muncul dari baliknya. Mereka tak merasa heran mendapati Naruto ada disana. Bagaimana pun
juga tempat ini adalah tempat favorit mereka berempat. "Disini kau rupanya! Kenapa kau meninggalkan kami?" seru Neji yang kini sudah berdiri di hadapan Naruto dan dua yang lainnya mengapit di samping kanan dan kirinya. "Kupikir kalian mau say hai pada Uchiha baru itu," jawab Naruto asal. "Haah! Mejanya lebih parah daripada festival obon. Penuh. Berisik. Merepotkan," jawab Shikamaru. "Kau kan ketua kelas! Harusnya kaumengamankannya, dong!" ujar Gaara pada si rambut rumput. "Haah~ itu kan Kakashi yang seenaknya saja menyuruhku jadi ketua kelas! Kau tak tahu betapa itu sangat merepotkan, sih!" "Hei, Naruto! Dari tadi kau diam terus. Tumben," Neji yang malas ikut campur dengan obrolan Shikamaru dan Gaara bertanya to the point ke Naruto. Naruto menghela napas. Benar juga. Biasanya kalau istirahat begini dia kan suka maju ke depan kelas, menyanyi- nyanyi nggak jelas dan bikin keributan. Tapi kali ini dia malas. Dia ingin benostalgia dengan kenangan lamanya. Kenangan bersama seorang anak lelaki yang hanya diingatnya samar-samar. Yang menjadi pusat masa kecilnya bertahun- tahun yang lalu. Mungkin saat itu usianya belum genap 6 tahun. Walaupun dia tak bisa mengingatnya dengan baik, tapi ternyata dia memang tak diizinkan untuk
melupakan anak itu seutuhnya meskipun setahun lagi dia sudah lulus SMU. Herannya, intensitasnya mengingat masa lalunya itu jadi lebih sering belakangan ini. Dan entah kenapa, image Sasuke sangat mendekati memori Naruto tentang anak lelaki dalam kenangannya. Apa itu memang dia? "Hei, Naruto! Kau mendengarkanku nggak sih?" tanya Neji yang sadar kalau Naruto sama sekali tak
memperhatikan ucapannya. "Ha? Apa?" "Ih! Kau kenapa sih? Dari pagi aneh, deh!" celetuk Gaara.
"Ah, biasa saja. Cuma kepikiran sesuatu. Eh, ngomong-ngomong, makan, yuk! Aku lapar!"
Naruto mengelus perutnya yang mulai sibuk mengetes biola. KRIYEIGRUUUUK! Begitulah bunyinya. "Rameeeen! Aku datang!" "Kayaknya Hinata membuat bekal buatmu lagi, deh!" kata Neji. "Ha?" Naruto mendongak ke arah Neji dengan alis berkernyit. Hinata adalah adik sepupu Neji yang menyukai Naruto. Semua anak di kelas tahu itu. Hanya satu orang yang tak mengetahuinya dan itu
adalah Naruto sendiri. Karena itu reaksi Naruto waktu mendengar ucapan Neji adalah menggaruk- garuk pelipis. Mencoba mengingat bantuan apa yang sudah diberikannya pada gadis itu sampai dia membuatkannya bekal seminggu ini berturut-turut. "Kenapa Naruto? Kalau kau berniat untuk nggak
menerimanya …," Neji mengepalkan tinjunya di depan hidung Naruto. "Ha? Iya! Iya!" ujarNaruto akhirnya sambil bangkit dari duduknya.
XXX
Pelajaran olahraga, dimana mereka diwajibkan mempraktekkan senam secara berpasangan, Naruto harus kebat kebit lantaran dipasangkan dengan Sasuke. Dia tak tahu apa yang membuatnya grogi dan nervous. Dia adalah seorang biang keladi. Banci tampil. Dan tak ada seorang pun yang bisa menginterupsi ulahnya jika dia sudah berdiri di depan banyak orang. Tetapi kali ini, dia tak ubahnya seperti ikan paus yang terdampar di pantai. Mati gaya! Walaupun sudah didaulat untuk berpasangan, yang pasti akan dinilai dari kekompakan, Naruto dan Sasuke tak bergeming untuk berbaur dan berlatih seperti teman-teman mereka yang lain. Bukannya Naruto tak ingin menghampiri Sasuke dan
mengajaknya ngobrol sebentar sebelum mulai latihan. Hanya saja … dia merasa sangat… gugup untuk menyapa kawan barunya tersebut. Naruto menghela napas panjang dan mengubah arah pandangannya dari Sasuke ke pasangan yang sedang dinilai di tengah lapangan. Rock Lee dan Neji. Mereka melakukan senam itu dengan cara aneh yang super duper tidak kompak. Rock Lee begitu semangat menyeret-nyeret Neji kesana kemari sementara Neji, dengan tampang malas- malasan, hanya bisa pasrah mengikuti kemana pasangannya melangkah. Naruto tak mau nanti dia harus berakhir begitu. Dia menyukai guru olahraga mereka dan itu membuatnya bersemangat untuk melakukan yang terbaik dalam pelajaran ini. Akhirnya dengan kebulatan tekad dan hati, Naruto melangkah menuju Sasuke yang tengah duduk di pinggir lapangan. Juga tengah serius-atau-bosan melihat cara kerja dua pesenam amatiran yang sedang tampil. "Hai! Kurasa kita juga butuh latihan sebelum maju nanti!" Naruto menghampiri dan duduk di sebelah Sasuke. Sasuke menoleh dan memberikan Naruto sensasi aneh yang membuat dadanya berdesir. 'Ya, ampun! Kau kenapa sih, Naruto! Kau bahkan belum genap 3 jam mengenalnya, kan?' maki si pirang dalam hati. "Memangnya kau nggak bisa melakukannya dengan benar kalau tidak latihan? Bodoh!" jawab Sasuke dingin.
TRING! Wajah Naruto berubah. Darahnya yang semula memompa hebat  ke jantung dan membuatnya berdebar, kini langsung naik ke kepala. "Apa! Dasar tidak punya sopan santun!" pekik Naruto. Membuat semua mata terarah padanya. Bahkan Rock Lee yang tengah menggendong Neji di punggungnya pun menghentikan aktivitasnya. Neji hanya bisa meronta-ronta sambil berteriak
'Turunkan aku! Turunkan aku!' Naruto tak mempedulikan pandangan menghakimi kawan-kawannya terutama dari anak- anak cewek. Saat ini dia sedang berurusan dengan si rambut hitamdihadapannya. Bukan mereka. "Naruto, kau ini apa- apaan, sih?" tanya Iruka-sensei, guru olahraga mereka. Naruto ganti memberikan pandangan tajam pada beliau. "Aku nggak mau dipasangkan sama orang macam dia!" teriak Naruto sambil mengacungkan telunjuk pada Sasuke yang sudah bangkit berdiri. Kali ini
si raven itu menatap Naruto dengan pandangan yang lebih dingin dari yang tadi pagi. "Sekarang giliran kita. Kalau kau masih mau merengek, jangan halangi kami untuk melanjutkan pelajaran. Bodoh!" katanya tak kalah dingin dengan sorot mata tajamnya. "K-hau!" geram Naruto. "Sudahlah! Kalian ini   apa-apaan, sih? Sebagai teman satu tim, harusnya kalian kerja sama, kan?" lerai Iruka-sensei. "Tapi dia yang mulai, Sensei! Kau dengar sendiri apa yang dia katakan padak-?" "Sudah!" Iruka-sensei memotong Naruto dengan galak. "Kalian berdua kuhukum! Selagi jam pelajaranku dan kami semua berolahraga, aku mau kalian membersihkan seluruh halaman belakang sekolah!" Naruto syok mendengar suara Iruka-sensei yang menggelegar. Dia adalah guru penyabar yang belum pernah sekalipun marah meskipun statusnya adalah guru olahraga yang seharusnyaterkenal killer. Kalaudia bisa berteriak keras begitu, pasti dia serius. Naruto menatap Sasuke sambil menggigit bibirnya dengan geram. "Apa? Kau lihat apa yang sudah kau lakukan? Bodoh!" pancing si raven. "KAU INI!" teriak Naruto lagi. "NARUTO! SASUKE! CUKUP! Sekarang lakukan saja hukuman kalian!" setelah mendengar nada murka Iruka-sensei untuk kedua kalinya, Naruto terdiam sambil mengepalkan tangan sementara Sasuke mulai berjalan meninggalkan lapangan diiringi tatapan teman-teman sekelas mereka.
XXX
"Kau tahu! Ini semua gara-gara kau!" omel Naruto sambil menyapu dedaunan dengan tidak ikhlas. Membuat pekerjaannya jadi percuma karena daun yang sudah tertumpuk rapi jadi berantakan lagi
saat dia melampiaskan kekesalannya. Yang diajak bicara, Sasuke, diam seribu bahasa. "Sudah capek mengataiku? Lidahmu dicuri kucing, eh, Uchiha?" Naruto makin berani berkoar-koar. Sasuke menghentikan pekerjaannya menyerok sampah. Dia terdiam cukup lama sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menghampiri Naruto. Dia merenggut lengan Naruto dengan kasar dan mendesak si
mata biru itu ke pohon di belakangnya. "AW! Kau ini apa- apaan!" Naruto mencoba melepas cengkeraman Sasuke, tapi ternyata dia kuat juga. Sasuke tak berhenti disitu begitu saja. Tangannya yang bebas menangkap dagu Naruto dan yang selanjutnya terjadi adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh si pirang bermata birutersebut. Sasuke menciumnya.Ciuman yang panas dan berapi-api hingga Naruto merasa jiwanya tersedot keluar saatbibir Sasuke melumat miliknya. Membuat seluruh tubuhnya terasalemas dan tak berdaya.Beberapa saat kemudian, Sasuke melepasnya. Membiarkan Naruto yang masih syok melorot duduk dengan warna merah parah di seluruh wajahnya. Jejak air liur menggantung diujung bibir kanannya yang tengah menganga. Lututnya terasa lemas dan kepalanya terlalu kosong untuk bisa memprotes apa yang baru saja dilakukan oleh
teman sekelas barunya tersebut. Bagaimana pun hal itu bisa disebut sebagai pelecehan, kan? "Bukan kucing yang mencuri lidahku. Tapi kau!" ujar si rambut hitam dengan nada mengejek sebelum meninggalkan Naruto sendirian disana. Saat mulai bisa bergerak, yang pertama kali Naruto lakukan  adalah menghapus jejak liur dibibirnya. Dipandanginya lama. Ituadalah bukti nyata bahwa hal yang tadi, yang ingin dia anggaphanya ilusi belaka, benar-benar nyata. Itu adalah ciuman pertamanya. Dan ciuman pertamanya berakhir tragis di bibir seorang lelaki juga? Naruto menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Merasa bahwa setelah ini dia tak akan sanggup kembali ke kelas dan bertemu dengan pria yang mencuri first kiss-nya. Sasuke Uchiha.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.