A beautiful gift from God II

Chapter 2 : A Painful Past
Orihime POV'S
Pagi ini matahari mulai menampakan sinarnya dan menembus celah-celah gorden kamarku, tapi aku belum berminat untuk bangun dari tidurku padahal aku sekolah hari ini. Saat aku akan mulai menutup mataku, tiba-tiba saja ada suara yang memangilku namaku dengan sangat keras. Hah… aku sangat mengenal suara ini, suara yang selalu saja menganggu tidurku dan tidak pernah mengizinkanku untuk melanjutkan mimpiku.
"O-RI-HI-ME… AYO CEPAT BANGUN, SEKOLAH!" teriak sebuah suara seorang perempuan sambil masuk ke kamarku yang mampu membuat kaca-kaca rumahku dan kaca-kaca tetangga pecah walaupun itu tidak pernah terjadi.
"AH NANTI SAJA, JANGAN GANGGU AKU! teriakku yang di sertai juga dengan suara keras dan membentak.
"Tidak ada nanti-nanti hime sayang, ayo cepat bangun kalau tidak akan ku seret kamu!" katanya sambil mengancamku, tapi sayangnya aku tidak peduli. Karena dia tak melihat gerak-gerikku untuk bangun, dia pun langsung menarik selimut yang aku pakai dan menarikku menjauh dari ranjang. Karena dia menarikku dengan sangat keras, akhirnya aku jatuh dengan posisi yang sangat indah.
"Duh… apa-apaan sih ini, kenapa aku di tarik sampai jatuh begini kak Neliel! marahku kepada kakakku yang memang sangat jahil. Kakakku yang mendengar protesku malah menghinaku dengan wajah tanpa dosa.
"Makannya kalau aku bilang itu dengarin hime dan jangan membantah, dasar kebo kerjaannya hanya tidur saja, HAHAHAHA…!" ketawa kak Neliel dengan kencang sambil memegang perutnya. Aku yang mendengar ketawanya pun hanya bisa mendengus sebal dan bersiap ingin memukul wajahnya yang masih menghinaku itu.
"Grr… awas ya kau nee-san, ku balas kau" ancamku kepada kak Neliel. Kak Neliel pun ternyata sudah melesat pergi meninggalkan kamarku.
"Coba saja Hime kalau kamu bisa, Wekk…!" kata kak Nel sambil menjulurkan lidahnya. Aku pun saat ini langsung mengejarnya dan terjadilah aksi kejar-kejaran.
Saat ini aku terus saja mengejar kak Nel dan kami sudah sampai di lantai bawah. Suara kami mengelegar di seluruh rumah kami yang besar. Saat aku hampir mendapatkan kak Nel, kak Nel ternyata sudah bersembunyi di belakang seorang wanita berambut blonde.
"Apa-apaan kalian ini Nel dan Hime, sudah besar masih saja berkelahi dan bermain kejar-kejaran…" kata perempuan itu dan ia pun melanjutkan perkataannya "…ingat umur kalian-kalian itu sudah tua." kata perempuan itu.
"Kak Nel duluan bu, masa dia narik-narik aku sampai aku jatuh dari tempat tidur dan dia bilangin aku kebo, siapa yang ga kesal coba!" kataku sambil mengembungkan pipiku kepada perempuan di hadapanku yang ternyata adalah ibuku, Rangiku Ichimaru.
"Loh memang kenyataan kan kamu itu memang kebo, ingat K-E-B-O, HAHAHAHA…! ketawa kak Nel dengan terbahak-bahak. Aku yang mendengar ketawanya semakin marah. Saat aku akan memukul kak Nel, ibuku menahan tanganku.
"Sudahlah Hime kamu tidak perlu sampai main tangan dan kamu Nel jangan menghina adikmu lagi apalagi sampai menarik-narik Hime, ingat kalian berdua!" marah ibu kepada kami berdua. Aku dan kak Nel hanya bisa meminta maaf kepada ibu.
"Maafkan kami ibu," ucapku dan kak Nel bersama-sama.
"Iya ibu memaafkan kalian. Sekarang kalian siap-siap ya." kata ibu kepada kami berdua. aku pun kembali ke kamarku untuk berberes diri sebelum pergi ke sekolah.
Saat ini aku sedang berada di meja makan bersama dengan seluruh keluargaku. Saat kami sedang makan, ayahku pun membuka pembicaraan.
"Ada apa tadi pagi, ayah sampai jantungan dan untung ayah tidak mati terkapar?" tanya ayahku kepada aku, ibuku, dan kak Nel.
"Itu biasa, kedua putrimu yang manis tapi rangas bertengkar karena masalah sepele," jawab ibuku.
"Astaga ada apa lagi di antara kalian, Nel dan Hime?" tanya ayah kepadaku dan juga kak Neliel
"Biasa ayah Hime susah sekali di banguninya, Nel ga ngerti kenapa si adik perempuanku ini susah bangun?" bingung kak Nel akan kebiasaanku yang satu ini. Ayah yang mendengar kebingungan kak Nel pun menjawab.
"Ya mungkin keturunan dari ibumu kale, ibumu dulu kan juga susah sekali untuk di bangunin. Bahkan nenekmu saja dulu sering di tendang oleh ibumu karena nenekmu selalu mengangu tidurnya, haha…!" ketawa ayahku karena mengingat cerita dari mertuanya itu tentang istrinya. Aku dan kak Nel hanya bisa heran sambil berpikir 'Ternyata ibu kita beranggas juga ya sampe ibunya sendiri di tendang?' Sedangkan ibu saat ini hanya bisa mengomel.
"Jangan di certain dong Gin kepada mereka, aku kan malu," kata ibuku kepada suaminya tercinta sambil tersipu malu dan menahan agar warna wajahnya tidak berubah menjadi warna tomat.
"Wah…wah… Ran kamu cantik kalau tersipu malu begitu, iya kan anak-anak?" tanya ayahku kepada aku dan kak Nel.
"Ya tapi kan lebih cantikkan aku yah, ya ga hime?" tanya kakakku kepadaku. Hah… aku hanya dapat menghela napas panjang mendengar kesombongan kakakku ini, dasar narsis stadium akhir.
"Ya kakak memang cantik sekali tapi di antara monyet-monyet, hahaha….!" balasku sambil tertawa kencang. Ayah dan ibu yang mendengar celotehanku pun ikut tertawa bersamaku. Kak Nel yang mendengar ketawa kami hanya mendengus sebal.
"Huh awas kau Hime, akan ku balas nanti!" ancam kakakku terhadapku. Aku yang mendengar hanya menjulurkan lidah.
"Sudah-sudah jangan berantem lagi, ayo cepat selesaikan sarapannya karena sebentar lagi kita akan berangkat." kata ayahku menengahi pertarungan aku dan kak Nel.
"Baik ayah," jawabku dan kak Nel serempak.
Saat ini aku dan ayah serta kak Nel sedang dalam perjalanan menuju tempat tujuan kami masing-masing. Ayah tentu saja akan berangkat ke perusahaan miliknya yang sangat terkenal bernama Ichimaru Corp, kak Nel akan pergi kuliah, sedangkan aku akan pergi ke sekolahku di SMP Yamatsu.
Saat ini aku telah sampai di sekolah. Aku pun langsung menuju ke kelasku yaitu kelas 3-A. Di kelas aku bertemu dengan kedua sahabtku sejak kecil, ya pasti kalian sudah tahu siapa jawabannya, mereka adalah Tatsuki Arisawa dan Uryuu Ishida.
"Ohayou Orihime, O genki desuka*?" tanya Tatsuki yang langsung menanyakan kabarku saat aku masuk ke kelas.
"Aikawarazu, genki desu*. Arigatou Tatsuki-chan," balasku kepada Tatsuki. Tatsuki hanya membalas ucapan terima kasihku dengan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ishida yang dari tadi hanya diam pun membuka pembicaraan.
"O…O…Ori…Orihime apakah nanti kau mau menemaniku pergi ke toko buku, so-soalnya aku mau membeli novel yang lagi terkenal saat ini?" tanya Ishida-kun kepadaku. Saat Ishida-kun menanyakkan hal ini, aku bisa melihat sepertinya Ishida-kun tampak malu-malu dan ada semburat merah menghiasi wajahnya tapi aku tidak terlalu memusingkan hal ini.
"Boleh saja Ishida-kun, lagian aku juga mau membeli buku resep makanan terbaru." balasku yang menerima ajakan Ishida-kun sambil tersenyum ramah kepadanya. Ishida-kun yang melihat aku tersenyum hanya memalingkan wajahnya.
"Hey kok aku tidak di ajak sih Ishida, kenapa hanya Orihime saja yang di ajak?' tanya sekaligus marah Tatsuki-chan kepada Ishida-kun. Aku yang mendengar pertanyaan dan muka cemberutnya Tatsuki-chan hanya tertawa kecil.
"Oh ya aku lupa, gomen Tatsuki. Apakah kau mau ikut juga Tatsuki?" ajak Ishida-kun kepada Tatsuki-chan yang menurutku sudah sangat telat itu.
"Ah tidak aku tidak ikut karena hari ini aku ada latihan karate. Aku tadi hanya pura-pura marah kepadamu Ishida. Aku merasa senang karena bisa membuatmu menyesal seperti tadi. Wajahmu lucu sekali tadi Ishida, ya ga Orihime, hahahahaha…!" tanya Tatsuki-chan kepadaku sambil tertawa.
"Ya aku setuju denganmu Tatsuki-chan, Ishida-kun tadi mukanya lucu, hahahaha…!" balasku sambil tertawa. Ishida-kun yang mendengar hanya bisa mengerutu ga jelas dengan muka merah.
"Urusai, sudah cukup tertawanya!" marah Ishida-kun kepada kami. Aku dan Tatsuki-chan tetap saja masih tertawa, tapi tawa kami terhenti karena guru pelajaran Bahasa Inggris masuk ke kelas.
"Baiklah anak-anak, kita mulai pelajarannya!" perintah sang guru sambil membuka buku miliknya.
SKIP TIME
Aku dan Ishida-kun saat ini sedang berada di salah satu mall yang berada di kota Tokyo. Kami saat ini sedang berada di toko buku. Setelah aku dan Ishida-kun selesai membeli buku yang kami inginkan dan sedikit berjalan-jalan di sekitar mall, Ishida-kun mengajakku makan di salah satu café Italia langanannya yang berada di dekat mall.
Saat ini kami sudah duduk dan memesan makanan yang kami inginkan. Aku sangat terkesan dengan desain café italia ini. Café ini tidak seperti café lainnya karena café ini berada di basement. Kami harus menuruni tangga agar dapat sampai di ruangan utama café ini. Saat kami sampai di bawah, mata kami di sambut dengan fireplace yang sangat antik karena sudah ada sejak tahun 1980, sejak café ini berdiri. Dan saat kami masuk ke ruang utamanya, desain ruangan café ini sangatlah unik. Meja-meja yang ada di sini semuanya di taruh lilin-lilin dan hiasan bunga dan meja-meja di sini di lapisi taplak berwarna merah kecokelatan dengan motif kotak-kotak. Di café ini juga dinding-dindingnya mengunakan batu-batuan langsung tanpa di tutup semen. Dinding-dinding batu ini hanya di cat menggunakan cat berwarna cokelat kemerahan dan di dinding-dinding café ini di hias dengan berbagai macam botol-botol bir, macam-macam biji kopi, dan peralatan memasak seperti wajan, sendok, sutil, dll. Di dalam café ini juga terdapat tungku pembakaran tradisional yang di datangkan langsung dari Italia untuk memanggang pizza. Café ini terdapat tiga ruangan sekaligus, yaitu indoor lantai pertama, indoor lantai dua dan outdoor. Saat ini aku dan Ishida-kun berada di ruangan outdoor. Di ruangan outdoor ini terdapat Gazebo-gazebo yang di desain seunik mungkin. Ruangan Outdoor ini berada di area taman belakang café. Di taman belakang café sendiri ada danau buatan dan di danau ini terdapat air terjun buatan yang sangat indah. Di tempat ini juga terdapat banyak pohon-pohon dan bunga-bunga yang sangat cantik. Waow… pokoknya café ini sangatlah keren.
"Orihime apakah kamu senang dengan café ini?" tanya Ishida-kun kepadaku.
"Ya aku sangat senang dengan restoran ini karena desain restoran ini sangatlah unik, doomo arigatou gozaimasu* Ishida-kun kamu sudah mengajak aku ke tempat seperti ini." balasku kepada Ishida.
"Dooitashimashite* Orihime." balas Ishida-kun sambil tersenyum kepadaku.
Saat ini makanan yang kami pesan sudah tiba. Aku sendiri memesan Panini* dan minumannya adalah espresso with oreo. Sedangkan Ishida-kun memesan Lasagna* dan minumannya adalah Caffé Macchiato*. Dan untuk desert, kami memesan Tiramisu dan Panna Cotta*.
"Silahkan di makan Orihime," kata Ishida-kun sambil mengajakku untuk memakan makanan yang telah ada dihadapan kami ini.
"Baiklah, itadakimasu." kataku sambil mengambil garpu dan pisau yang akan ku gunakan untuk memotong panini ini.
Saat aku hampir saja memasukan makanan ke dalam mulut, tiba-tiba makanan tadi jatuh bersama-sama garpunya ke lantai. Kalian pasti berpikir kenapa aku menjatuhkannya, ya kan? Jawabannya adalah karena aku baru saja melihat pemandangan yang sangat tidak menyenangkan dan membuat hatiku serasa teriris-iris sedikit demi sedikit sehingga menimbulkan luka yang sangat perih. Aku saat ini hanya terus memerhatikan pemandangan tersebut tanpa berkedip dan dengan mulut yang mengganga yang kalau di lihat seperti hantu. Ishida-kun pun menegurku atas sikapku yang aneh ini.
"Orihime kamu kenapa, kamu baik-baik saja kan?" tanya Ishida-kun kepadaku, namun aku tak menggubrisnya karena mataku belum bisa lepas dari pandangan tadi yang seakan menghisap seluruh jiwa dan ragaku ke dalamnya.
"Orihime sadar!" kata Ishida-kun sambil mengguncang-guncang tubuhku dengan sangat keras sehingga membuatku jiwa dan ragaku kembali ke tempatnya semula.
"Ah maaf Ishida-kun, aku tidak memperhatikanmu." maafku kepada Ishida-kun. Ishida-kun yang melihat aku sudah sadar kembali hanya menghela napas panjang namun ada raut kekhawatiran di wajahnya yang membuatku semakin merasa bersalah kepadanya atas sikapku tadi.
"Hah untuk kamu sudah sadar, aku kirain kamu kesambet sesuatu Orihime." kata Ishida-kun terhadapku. Aku yang mendengarnya hanya bisa meminta maaf.
"Maaf Ishida-kun aku tidak sengaja, sungguh." kataku sambil meyakinkan Ishida-kun bahwa aku melakukan semua itu bukan ada maksud untuk membuat Ishida-kun khawatir.
"Tidak apa-apa kok Orihime tenang saja, oh ya kalau aku boleh tahu kamu tadi kenapa apakah ada sesuatu yang menarik perhatianmu sampai segitunya?" tanya Ishida.
"A…ah… ti…tidak ada apa-apa kok ishida-kun." kataku sambil meyakinkan Ishida-kun.
"Oh baiklah jika kamu tidak mau menceritakannya, aku tidak keberatan. Oh ya ayo kita lanjutkan makannya, nanti makanannya dingin loh." kata Ishida-kun.
"Ah arigatou Ishida-kun." balasku kepada Ishida-kun.
Tak lama kemudian kami pun selesai makan dan meninggalkan restoran yang membuatku terkagum-kagum namun juga restoran yang membuat diriku sedih karena menahan perih. Ishida-kun pun mengantarkanku pulang.
Saat ini aku sudah berada di dalam kamarku setelah aku makan malam bersama keluargaku. Aku saat ini sedang berbaring di atas tempat tidur yang seharusnya ku anggap empuk dan biasanya aku akan langsung tertidur, tapi tidak kali ini. Aku pun kembali mengingat apa yang terjadi di café tadi.
FLASHBACK MODE ON
Saat aku tadi akan memasukkan makanan ke dalam mulutku, aku melihat di salah satu Gazebo ada pasangan yang membuatku tak bisa melepaskan pandangan dari mereka. Kalian pasti bertanya kenapa aku tidak bisa melepakan pandanganku dari mereka kan? Jawabannya adalah kerena aku mengenal mereka, tidak bahkan sangat mengenal mereka. Di dalam gazebo itu terdapat seorang laki-laki berambut biru yang memiliki mata sama dengan warna rambutnya dan seorang perempuan berambut hijau toska panjang dan memiliki mata berwarna hazel. Kalian sudah pasti tahu siapa mereka, ya kan? Saat aku melihat inilah, aku langsung kaget.
'K-Kak N-Nel dan Kak Grimmjow,' batinku menyebutkan kedua nama itu.
Saat ini aku masih terus memerhatikan kedua orang yang sekarang saat ini sedang melakukan acara suap-suapan. Mataku terus memerhatikan mereka tanpa berkedip sekalipun karena aku tidak ingin kehilangan sedetik pun untuk tak memerhatikan mereka . Saat ini mereka sedang bercengkrama satu sama lain dan tertawa bersama, serasa dunia milik mereka berdua padahal mereka tidak tahu bahwa ada hati yang tersakiti di sini. Ya jelaslah mereka tidak tahu bahwa ada hati yang tersakiti karena mereka memang tidak tahu siapa itu dan lagian hubungan mereka di dukung oleh semua orang.
'Kenapa aku harus melihat hal-hal seperti ini. Ya Kami-sama aku tidak kuat.' batinku yang mulai berkutat satu sama lainnya. Saat aku melihat kak Grimmjow mencium kening kak Nel, hatiku terasa sangat panas dan serasa mau meledak, namun semuanya hanya dapat ku tahan karena aku tak ingin perasaanku ini di ketahui oleh siapapun.
'Aku tidak suka ini, aku tidak suka ini dan sangat tidak suka!' batinku yang mulai di kuasai oleh perasaan yang bernama emosi. Tapi aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti datang ke gazebo mereka dan memarahi mereka, tidak aku tidak akan melakukan hal itu.
FLASHBACK MODE OFF
Aku pun menangis mengingat kejadian tadi. Aku sangat tidak suka akan kejadian tadi. Kejadian tadi seakan mengiris tubuhku satu persatu. Hatiku serasa panas dan sangat panas karena menahan amarah yang seharusnya sudah meluap seperti air mendidih dan sangking panasnya, air dari dalam panci itu keluar dari wadahnya. Kalian pasti tahu kan kenapa aku bisa merasakan hal seperti ini? Ya jawabannya sangat simpel karena aku menyukai kak Grimmjow, bukan bahkan sangat mencintainya. Aku tahu seharusnya aku tidak boleh berbuat seperti ini karena kak Grimmjow sudah menjadi milik kak Nel, tapi hatiku tidak bisa di ajak bernegosiasi lagi. Kebaikan yang terus di lakukan kak Grimmjow kepadaku memaksa hatiku untuk membuka pintu selebar-lebarnya untuk kak Grimmjow sehingga dapat memenuhi seluruh hatiku dan memberi berbagai warna-warna indah di dalamnya. Tapi aku tidak sepenuhnya salah kan. Aku pun kembali mengingat hal-hal apa yang membuatku jatuh cinta kepada kak Grimmjow serta pertemuan awalku dengannya.
FLASHBACK MODE ON
Aku dan kak Nel serta ayah dan ibu saat ini sedang berada di ruang keluarga sambil menonton film dan bercengkrama. Saat kami asyik bercengkrama, tiba-tiba bel pintu pun berbunyi. Aku, kak Nel, ayah, dan ibu berembuk untuk mencari siapa yang akan membuka pintu.
"Hime buka pintunya gih!" perintah kak Nel kepadaku. Aku yang malas pun hanya bisa mendengus sebal.
"Kenapa ga nee-san saja sih yang buka aku malas ah. Atau tidak kenapa tidak ayah saja yang buka paling-paling tamu di depan adalah tamu ayah." balasku sambil menunjuk ayah yang sedang makan popcorn.
"Oke kali ini aku setuju denganmu Hime…" kak Nel mengangkat tangannya yang tinggi pertanda setuju dengan usulku. "… ayah buka pintunya ya!" kata kak Nel sambil menunjukan puppy eyesnya.
"Hah kenapa harus ayah sih, ayah malas ah. Ran-chan kamu saja ya yang buka pintunya, ya…!" kata ayah sambil memohon yang lagi-lagi juga menggunakan puppy eyesnya. Ibu yang melihat ayah berbuat seperti itu pun berblushing ria.
"Ah Gin kamu jangan begitu ah, nanti kalau aku pingsan gimana." kata ibu sambil memeluk ayah. Ayah yang kesenangan pun langsung membalas pelukan ibu.
"Ah Ran-chan kamu bisa saja." kata ayah dan tiba-tiba langsung mencium ibu. Perang ciuman pun terjadi di antara mereka tanpa ada yang mau mengalah satu sama lain. Aku dan kak Nel hanya terperangah melihat mereka.
1 menit…
2 menit…
3 menit…
5 menit…
"AYAH IBU HENTIKAN AKSI GILA KALIAN INI!" teriakku dan kak Nel yang sukses membuat ayah dan ibu menghentikan aksi mereka.
"Ah…ha…ha… gomen." kata ayah dan ibu berama-sama.
"Hey kita hompimpa saja gimana?" usulku kepada keluargaku ini.
"Baiklah!" kata mereka semua serempak. Kami pun bersiap-siap melakukan ritual ini.
"Oke kita mulai hompimpa!" kataku.
Dan hasilnya adalah… Yey… aku kalah. Hah… sedih aku karena aku kalah kali ini karena biasanya aku selalu menang.
"Oke kalau gitu Hime yang buka pintunya, cepetan ya soalnya kasihan tuh orang bisa-bisa dia jadi bangkai di depan." perintah ibuku sambil tertawa kecil.
"Ya-ya…" kataku sambil berdiri dan berjalan menuju pintu. Hah… terpaksa deh aku harus membuka pintu malangnya nasibku tapi siapa tau malang nasibku di sini malah membawaku ke hal yang sangat menyenangkan dalam hidupku.
Saat aku sudah sampai di depan pintu dan membuka pintu, aku terkejut melihat orang yang berada di depanku saat ini. Seseorang di hadapanku ini saat ini sedang berdiri sambil tersenyum kepadaku. Dia saat ini memakai baju kaos berwarna hitam dan juga jaket kulit berwarna cokelat serta celana cokelat garis-garis dan memakai sneaker berwarna putih. Deg…deg…deg… ya ampun orang ini keren sekali apalagi warna rambutnya yang berwarna biru selaras dengan matanya. Hah… aku rasanya mau pingsan saja.
"Hey sampai kapan kau mau berdiri dan memandangiku?" kata orang itu sambil tersenyum kepadaku. Ya ampun Kami-sama senyumnya sangat indah dan menawan. Deg…deg…deg… kenapa ya jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya saat aku melihat senyumnya.
"Hey kau kenapa, apa kau kesambet sesuatu?" tanyanya kepadaku. Untuk beberapa detik pertama aku tidak memberikan reaksi yang berarti. Namun tak lama kemudian aku tersadar dari lamunanku tentangnya.
"M-maaf a-aku sudah cuek padamu, maafkan aku." kataku sambil membungkukkan badanku. Dia yang melihat aksiku ini hanya tertawa kecil. Aku pun kembali mengangkat badanku.
"Ha…ha… kau lucu sekali sih, sudahlah tidak perlu sampai sesopan itu." katanya sambil tertawa. Deg…deg…deg entah kenapa jantungku kembali berdetak sangat kencang. Blush… wajahku pun memerah.
"O-oh ya, ka-kamu ada perlu a-apa ke sini?" tanyaku terbata-bata karena aku sangat gugup berdiri di dekatnya.
"Oh aku sedang menca…" kata-katanya terpotong karena mendengar seseorang memangil namanya dari arah belakangku.
"GRIMMMMMMM!" teriak seorang perempuan di belakangku. Aku yang kaget pun langsung teloncat.
"AH a-ada apa tadi, HANTTUUUU…!" teriakku yang saking kagetnya.
"Apa sih Hime mana ada hantu di rumah ini." kata perempuan itu. Saat aku menoleh ke belakang ternyata perempuan itu adalah kak Nel. kak Nel dan orang tadi pun tertawa karena sikapku yang aneh bin ajaib.
"HAHAHAHA kamu ada-ada saja Hime, HAHAHA…!" ketawa kakakku dan orang itu. Aku pun hanya bisa menahan malu.
"Ah nee-san ini, ini semua kan karena nee-san." kataku dengan muka yang merah.
"Ya sudahlah, ayo Grim dan Hime masuk." ajak kak Nel kepada kami berdua.
Saat ini kami bersama ayah dan ibu berada di ruang tamu termasuk orang tadi yang di panggil kak Nel dengan sebutan Grim. Ayah pun membuka pembicaraan.
"Ara, siapa yang kamu bawa ini Nel?" tanya ayahku kepada kak Nel.
"Iya siapa ini pemuda ganteng ini Nel?" tanya ibuku. Kak Nel dan orang tadi hanya berblushing ria karena kesenangan telah di puji.
"Oh iya. Ayah, ibu, dan Hime perkenalkan dia adalah Grimmjow Jeagerjaques dan dia adalah pacarku." kata kak Nel sambil memeluk tangan si Grimmjow itu.
'Deg… kenapa aku ini, saat aku mendengar bahwa kak Grimjow adalah pacarnya kak Nel hatiku sakit sangat sakit.' batinku mulai bergejolak hebat sekan aku tidak bisa menerima bahwa kak Nel berpacaran dengan kak Grimmjow.
"Wah ternyata pacarnya Nel ya. Salam kenal Jeagerjaques-san, perkenalkan saya adalah ibunya Neliel, Rangiku Ichimaru. Pria ini adalah ayahnya Neliel, Gin Ichimaru. Dan anak perempuan di sana adalah adiknya Neliel, Orihime Ichimaru." kata ibuku sambil memperkenalkan dirinya sendiri dan aku serta ayah.
"Salam kenal Jeagerjaques-san, senang berkenalan dengan anda." kata ayahku dengan senyumnya yang khas sambil menjabat tangan kak Grimmjow.
"Y-ya sa-salam kenal juga Ichimaru-san dan tolong jangan panggil saya Jeagerjaques panggil saja saya Grimmjow." kata kak Grimmjow sambil membalas jabatan tangan ayah dengan wajah yang sedikit takut yang aku dan kalian tahu pasti apa alasannya dia berwajah seperti itu. Aku yang sempat terdiam pun juga menyapa kak Grimmjow.
"Sa-salam kenal kak Grimmjow." kataku sambil tersenyum.
"ya salam kenal um…" kata kak Grimmjow sambil memikirkan nama panggilan yang cocok untukku.
"Panggil saja saya Orihime atau Hime kak." kataku memberi solusi kepadanya.
"Baiklah Orihime salam kenal." katanya sambil tersenyum kepadaku. Ya ampun senyumnya mampu menenangkan dan melumerkanku, membuat hatiku jadi sejuk.
Saat ini aku sedang berada di dapur karena aku mendapat mendapat tugas untuk membuat teh. Saat ini pun aku juga memikirkan kak Grimmjow. Memikirkan senyumnya yang menawan, wajah tertawanya, pokoknya semuanya yang ada di dirinya aku menyukainya. Karena aku terlalu asyik memikirkan kak Grimmjow, air panas yang seharusnya aku tuang ke dalam cangkir memutar haluannya sehingga tangankulah yang tertuang air panas itu. Seketika itu pun aku menjatuhkan teko air panas ke lantai.
BRANG! Itulah suara yang mengelegar di dalam rumah saat teko tadi jatuh. Aku pun hanya meringis kesakitan saat ini.
"Auw sakit sekali!" ringisanku keluar karena menahan perih. Tiba-tiba aku mendengar seseorang berlari ke arahku dan langsung memegang tanganku.
"Orihime kamu kenapa?" kata orang tersebut. Kalian pasti sudah tahu jawabanya karena siapa satu-satunya di rumah ini yang saat ini memangilku dengan nama Orihime selain orang itu?
"Ah kak Grimmjow, aku tidak kenapa-kenapa kok." kataku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Tapi kak Grimmjow tidak percaya dan langsung melihat apa ada yang terluka di salah satu bagian tubuhku. Dan dia melihat tanganku yang memerah.
"Ya ampun tanganmu Orihime." kaget kak Grimmjow yang langsung menyeretku ke westafel dan langsung membasuh tanganku dengan air. Deg…deg…deg… lagi-lagi jantungku berdetak cepat. Aku pun terus menatap wajahnya dan tiba-tiba lamunanku buyar.
"Baiklah sekarang di mana kotak p3k nya?" tanyanya kepadaku. Aku pun hanya terdiam tidak membalas ucapannya. Tiba-tiba ayah, ibu dan kak Nel datang menghampiri kami.
"Hime apakah kamu baik-baik saja?" tanya mereka bertiga serempak dengan muka yang sama kagernya, apakah kalian bisa membayangkannya?
"A-ah a-aku baik-baik saja." balasku dengan wajah yang meyakinkan mereka namun sepertinya tidak berhasil.
"Ara jangan bohong putriku sayang, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya ayah kepadaku dengan wajah yang khawatir.
"Begini Ichimaru-san, Orihime tangannya terkena air panas. Jadi apakah saya bisa tahu di mana kotak P3K berada?" tanya kak Grimmjow dengan sopan.
"Oh silahkan ikut Nel Grim, Nel akan tunjukkan di mana kotak P3K berada." kata kak Nel sambil berjalan. Aku, ayah, ibu, dan kak Grimmjow mengikuti dari belakang.
"Biar ibu saja yang mengobati tangannya Hime." tawar ibuku kepada kak Grimmjow. Kak grimmjow yang mendengar tawaran ibupun menolaknya.
"Tidak usah nyonya Ichimaru. Biar saya saja yang mengobati tangan Orihime, saya tidak keberatan." tolak kak Grimmjow kepada ibu. Ibu yang mendengar hanya menghela napas.
"Ya baiklah kalau itu maumu, terima kasih ya." kata ibuku sambil tersenyum ramah.
"Kalau begitu kita ke kamarku saja Grim, Hime." ajak kak Nel sambil berjalan ke atas.
Saat ini aku, kak Nel, dan kak Grimmjow berada di kamar kak Nel. Kak Grimmjow saat ini sedang sibuk mengobati dengan memberi salep ke tanganku yang terkena air panas tadi dan kak Nel sendiri membantu mengipasi tanganku.
"AUW…!" teriakku karena menahan rasa perih yang sanggup membuatku meringgis kesakitan.
"Apa kamu baik-baik saja Hime, sabar ya." semangat kak Nel kepadaku supaya aku dapat bersabar menunggu. Akhirnya pengobatan pun selesai di laksanakan.
"Yey mission complete." kata kak Grimmjow sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Kak Nel dan aku yang melihat aksi kak Grimmjow hanya bisa tertawa.
"Hahaha kau lucu sekali Grim, dasar!" kata kak Nel yang sampai sekarang masih tertawa. Aku merasa bahwa muka kak Grimmjow memerah saat melihat tawa kak Nel yang memang sangat manis. Hah… lagi-lagi hatiku merasa panas karena melihat hal ini.
"Hah kau ini Nel aku kan malu." kata kak Grimmjow sambil memeluk kak Nel. mataku pun sempurna membulat karena pemandangan di hadapanku ini.
"G-Grim ka-kamu ini apa-apaan sih," kata kak Nel dengan muka merah seperti kepiting rebus. Tiba-tiba saja kak Grimmjow mendekatkan wajahnya ke wajah kak Nel. sedikit lagi akan terjadi pertemuan antara kedua bibir, namun aku langsung menghentikannya.
"Ehem…!" kataku menghentikan aksi ciuman mereka. Mereka pun hanya bisa berblushing ria karena malu.
"Hah sepertinya aku menjadi obat nyamuk di sini, hehehehe… . Nee-san dan kak Grimmjow aku permisi dulu ya aku mau kembali ke kamarku. Sampai jumpa." kataku sambil berlalu keluar dari kamar kak Nel dan menutup pintu kamar tersebut.
Saat pintu tertutup aku pun mengeluarkan air mata. Aku sudah tidak kuat menahan air mata yang seharusnya sudah bisa tumpah di kamar kak Nel tadi. Tapi aku seperti memerintahkan air mataku untuk tak keluar karena aku tak ingin mereka tahu perasaanku ini. Aku pun memutuskan untuk melanjutkan tangisanku di dalam kamarku.
"Hiks…hiks… kenapa aku menangis melihat mereka seperti itu, ada apa denganku?" kataku sambil menangis terisak-isak.
"Apa aku menyukai kak Grimmjow. Tapi kan aku baru mengenalnya apakah aku langsung bisa jatuh cinta secepat ini?" tanyaku kepada diriku sendiri.
Aku tak mengerti kenapa aku bisa merasakan hal ini dengan waktu yang sangat singkat.
Aku hanya merasa senang berada di sisi kak Grimmjow. Berada di sisi kak Grimmjow membuatku perasaanku mengalir dengan tenang seperti air dan aku merasa dia adalah orang yang sangat baik. Aku merasa sangat iri kepada kak Nel karena dia bisa beruntung mendapatkan kak Grimmjow. Seandainya aku mengenal kak Grimmjow terlebih dahulu apakah kak Grimmjow juga akan mencintaiku? Apakah menurut kalian perasaanku kepada kak Grimmjow ini adalah cinta atau sekedar suka saja? Hah… daripada aku memikirkan hal ini lebih jauh dan hanya membuatku pusing, mending aku memutuskan untuk mengistirahatkan kepalaku yang serasa seperti kapal pecah.
Saat ini sudah sekian lama aku mengenal kak Grimmjow. Aku semakin yakin bahwa perasaanku selama ini adalah perasaan yang di namakan cinta. Kenapa aku merasa yakin? Alasannya adalah karena kak Grimmjow selalu membantuku dalam segala hal. Contoh-contohnya seperti dia sering membantuku dalam hal belajar karena kak Grimmjow sendiri adalah mahasiswa yang termasuk dalam kategori pintar.
Contoh lainnya seperti kak Grimmjow sering menemaniku ketika aku membutuhkan seseorang untuk di ajak membeli barang karena kak Nel sendiri sibuk dengan kuliahnya. Dan contoh bantuannya yang paling membuatku sangat senang dan terharu adalah ketika dia mengendongku sampai rumah karena waktu itu aku pernah pingsan di tengah jalan. Bukan hanya itu dia juga dengan setia merawatku dengan senang hati.
Ya ampun aku sangat senang dengan semua perlakuan baiknya itu walaupun aku tahu kebaikannya itu berdasarkan karena dia memang baik hati dan karena aku adalah adik dari orang yang di kasihinya. Dan alasan yang paling menguatkan adalah karena aku selalu saja merasa gugup ketika berhadapan dengan kak Grimmjow dan hatiku selalu saja tidak bisa di kontrol ketika dia berada di dekatku. Saat ini aku sudah yakin bahwa aku memang benar-benar mencintainya.
Tapi aku telah salah saat ini. Aku tidak salah jika aku jatuh cinta dan mencintai seseorang karena itu adalah hal yang lumrah, ya kan? Tapi aku telah salah mencintai orang yang notabene adalah pacar kakakku sendiri. Aku tidak mau menyakiti hati kakakku karena aku sangat sayang dengannya. Aku tidak mau kak Nel terluka karena perbuatanku yang sangat tidak wajar ini. Aku pun memutuskan untuk akan selalu mendukung kak Nel walaupun aku tahu resiko yang tidak baik untuk diriku sendiri. Aku rela melakukan segala hal bahkan kalau bisa seribu nyawa akan ku berikan kepada kak Nel.
Aku pun selalu mendukung kak Nel dan kak Grimmjow dan aku juga berusaha untuk menjauhi kak Grimmjow karena aku tak ingin perasaanku ini tumbuh dengan subur. Tapi semakin lama aku menjauhi kak Grimmjow semakin lama juga aku merasakan dia selalu mendekat dan selalu memberi warna-warna baru dalam hatiku. Astaga apa yang harus kulakukan, apakah ada yang dapat memberikanku saran bagaimana cara menjauhkan diriku dari kak Grimmjow?
Namun aku merasa tidak salah kalau aku mencintainya, memangnya ada larangan untuk tidak boleh mencintai orang yang sudah menjadi milik orang lain, bukannya ini takdir dari Tuhan dan kita memang harus menjalaninya bukan? Itulah yang aku pikirkan bahwa aku tidak salah dalam hal ini dan aku akan selalu mencintai kak Grimmjow.
Aku pun memutuskan hal yang gila, yaitu menyatakan perasaanku kepada kak Grimmjow. Aku sudah tidak kuat menahan perasaanku. Seakan rantai yang selama ini aku gunakan untuk mengikat sebuah perasaan bernama cinta tidak kuat lagi untuk mengikatnya. Ya aku akan menyatakan dan mengungkapkan perasaanku kepada kak Grimmjow.
Aku saat ini sedang berada di taman yang terdapat di kota Tokyo. Kenapa aku berada di sini? Jawabannya karena aku sedang menunggu seseorang yang selama ini merusak jalan pikiranku. Siapa lagi kalau bukan Grimmjow Jeagerjaques.
Setelah sekian lama aku menunggu kehadirannya akhirnya batang hidungnya muncul. Seseorang berambut biru memakai baju t-shirt berkerah warna cokelat dan celana hitam yang tengah berlari-lari menuju tempat aku duduk.
"Hosh… maaf aku telat Orihime. apakah kamu lama menungguku?" tanyanya dengan napas tersengal-sengal.
"Tidak lama kok kak Grimmjow. aku baru saja sampai." balasku yang sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Ya aku kan tidak mau membuat kak Grimmjow merasa bersalah.
"Baiklah apa yang mau kau bicarakan Orihime?" tanya kak Grimmjow sambil tersenyum ramah kepadaku. Ya ampun aku yakin pasti wajahku sudah berubah warna menjadi warna merah.
"E-eum be-begini kak Grimmjow. A-aku…" kataku tergagap karena jujur aku mali untuk mengungkapkan perasaanku.
"Ya apa yang mau kau bicarakan Orihime?" tanya kak Grimmjow untuk kedua kalinya tetap di barengi senyumnya yang mampu membuat para wantita mendidih.
Aku pun terdiam beberapa saat. Aku berusaha mengumpulka semua keberanianku untuk menguangkapkan persaanku.
'Oh ayolah Orihime kamu kan sudah bertekad pada dirimu sendiri bahwa kau akan mengungkapkan perasaanmu'
"Eum se-sebenarnya aku mau mengatakan ba-bahwa aku menyukaimu kak Grimmjow." kataku sambil menunduk malu karena tak berani melihat wajah kak Grimmjow.
"Bagaimana bisa Orihme. Kamu tahu kan kalau aku sudah menjadi milik nee-sanmu?" tanya kak Grimmjow kepadaku.
"Aku tahu kalau kak Grimmjow sudah menjadi milik kak Nel. Tapi entah kenapa aku bisa mencintai kak Grimmjow. Semua kebaikan yang di lakukan kak Grimmjow. Senyum kak Grimmjow sudah membuatku gila dan tak bisa menahan diri untuk mencintai kak Grimmjow…" aku menghela napas sebelum melanjutkan perkataanku "… aku mencintaimu kak Grimmjow. Sangat mencintaimu." Kataku sambil menatap wajah kak Grimmjow.
Aku dapat melihat wajah kak grimmjow yang terkejut mendengar alasanku. Sesaat kemudian dia menutup matanya dan menjawab pertanyaanku.
"Terima kasih Orihime kalau kamu sudah mencintai aku. Aku sangat hargai perasaanmu itu. Tapi aku tidak bisa dan kau pasti sudah tahu alasannya. Aku mencintai kakakmu sekarang sampai selamanya. Maaf Orihime." kata kak Grimmjow sambil menunduk meminta maaf kepadaku.
Aku memang sudah menduga jawaban kak Grimmjow. Aku pun menangis saat kak Grimmjow menolakku. Rasanya hatiku seperti di hujam beribu-ribu bahkan berjuta-juta pisau. Rasanya sangat sakit.
"Ya aku tahu alasannya kak Grimmjow. Terima kasih kakak sudah datang dan mau mendengarkan pengakuanku. Sampai jumpa lagi kak." kataku sambil beranjak pergi.
Aku pun berlari dengan kencang sambil menangis. Aku tak peduli dengan pandangan orang-orang terhadapku. Yang aku inginkan saat ini adalah pulang atau pergi ke suatu tempat untuk menumpahkan segala emosiku.
Tes…tes…tes…
Tiba-tiba hujan pun turun. Awalnya berupa rintik-rintik namun kelamaan menjadi sangat deras. Aku merasa sepertinya langit memahami perasaanku yang sangat sedih ini sehingga ia juga menumpahkan berjuta-juta air.
"AKH… KENAPA AKU HARUS MENGALAMI HAL INI, KENAPA!" teriakku kepada siapa saja.
FLASHBACK MODE OFF
Setelah kejadian itu aku pun menjauhkan jarak antara diriku dan kak Grimmjow. Aku selalu menghindarinya. Aku saat ini kembali menangis mengingat kejadian masa lalu yang membuatku sakit.
Aku saat ini sudah tidak peduli lagi kalau kak Grimmjow adalah milik kak Nel, kakakku sendiri. Aku sudah terlanjur jatuh ke jurang yang sangat dalam sehingga akan susah untuk keluar lagi. Aku akan melakukan berbagai cara untuk dapat merusak hubungan mereka, menyingkirkan kak Nel dari sisi dan hati kak Grimmjow. Aku sudah d tolak oleh kak Grimmjow dan tak ada satu orangpun yang boleh memilikinya. Hati dan pikiranku saat ini sudah tidak dapat lagi memikirkan cara yang logis dan melakukan hal-hal yang selama ini aku lakukan, yaitu mendukung kak Nel. Emosi dan cemburu yang sangat tidak bisa di kontrol saat ini sudah menutupi seluruh hati nuraniku dan menutup mata hati nuraniku secara perlahan namun pasti. Ya aku akan melakukannya.
Aku pun memulai segala aksi licikku. Saat ini aku sedang bersama seorang pria. Memiliki ciri-ciri berambut pink seleher dan memiliki mata yang senada dengan warna rambutnya. Dia adalah Szayel Aporro Granz teman kuliah sekaligus sahabat dari kak Nel dan kak Grimmjow. Kenapa aku memutuskan untuk mengajaknya bernegoisasi menghancurkan hubungan kak Nel dan kak Grimmjow? Jawabannya sangat simpel karena lelaki di hadapanku ini diam-diam menyimpan rasa kepada kakakku. Aku mengetahuinya dari kak Nel sendiri karena kak Szayel dulu pernah menyatakan perasaannya kepada kak Nel.
Aku sebelumnya sudah menanyakan hal ini kepadanya dan dia memang membenarkan semuanya. Aku saat ini hanya ingin kembali memastikan perasaannya dan mengajaknya melakukan negoisasi.
"Kak Szayel, apakah kamu masih menyayangi kak Nel sama seperti dulu?" tanyaku membuka pembicaraan.
"Ya aku memang masih menyayanginya. Aku sudah berusaha semampuku untuk melupakan perasaan di dalam hatiku untuk Neliel. Namun sepertinya aku tidak di izinkan untuk melepaskan perasaan ini." balas kak Szayel sambil melihat kearah luar café tempat kami bertemu.
'Awal yang sangat bagus, aku yakin rencanaku akan berhasil.' batinku berbicara.
"Kak Szayel apakah kau mau memisahkan kak Nel dari sisi kak Grimmjow?" tanyaku yang langsung mendapat respon dari kak Szayel. Kak Szayel dengan sempurna membelalakan matanya.
"Apa yang sebenarnya kamu inginkan Orihime?" tanya kak Szayel tentang maksud dan tujuanku menanyakan hal seperti ini.
"Ya keinginanku sangat mudah…" kataku sambil tersenyum menyeringai "… Aku ingin kak Nel berpisah dari kak Grimmjow karena tak ada yang boleh memilikki kak Grimmjow. Tak ada seorangpun!" kataku kepada kak Szayel. Kak Szayel lagi-lagi membelalakan matanya secara sempurna. Hah… bosan aku dari tadi melihat ekspresinya yang seperti itu.
"Gila kamu Orihime. Kamu sadar kan dengan apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya dengan tidak percaya bahwa aku akan tega menyakiti hati saudara kandungku sendiri.
"Hah… ya iyalah aku serius. Asal kamu tahu ya kak Szayel, aku sudah muak dengan semua ini. Aku tidak mau hatiku selalu merasakan rasa sakit karena aku ingin hatiku juga merasa gembira. Aku tak ingin ada yang memiliki kak Grimmjow. Kalau aku tidak bisa mendapatkan kak Grimmjow maka tak ada seorangpun yang boleh memilikinya. Termasuk kak Nel ." jelasku panjang lebar. Kak Szayel ternyata tidak memasang wajah yang seperti tadi lagi. Dia menganti ekspresinya dengan senyum menyeringai.
"Haha aku setuju denganmu Orihime. Aku juga tidak ingin melihat Neliel dan Grimmjow bersama-sama. Aku ingin menghancurkan hubungan mereka sampai ke akar-akarnya dan takkan ku biarkan perasaan mereka tumbuh lagi. Sama sepertimu Orihime. Jika aku tidak bisa mendapatkan Neliel maka tak ada seorangpun yang boleh memilikinya. Termasuk Grimmjow sahabatku sendiri." balas kak Szayel yang setuju denganku. Aku yang mendengar balasan kak Szayel pun tersenyum senang.
"Kalau begitu kita bisa bernegoisasi kan kak Szayel?" tanyaku kepada kak Szayel sambil mengulurkan tanganku dengan maksud untuk berjabat tangan.
"Tentu saja Orihime. Senang bekerja sama denganmu." katanya sambil membalas jabatan tanganku.
Saat ini aku sedang berada di sekolah. Aku sedang berada di kelas dan duduk di kursiku sambil membaca buku. Sampai tiba-tiba handphoneku berdering melantunkan lagu Insomnia milik Craig David menandakan telepon masuk. Aku pun mengangkat telepon.
"Moshi-moshi ini Orihime. Dengan siapa di sana?" tanyaku dengan nada penasaran.
"Moshi-moshi Orihime ini aku Szayel."
"Oh kak Szayel. ada apa ya?" tanyaku sambil mangut-mangut walaupun kak Szayel tidak mungkin dapat melihatnya.
"Orihime apakah sepulang sekolah nanti kamu bisa ke kampusku?" tanya kak Szayel.
"Oh memangnya ada apa ya kak?" tanyaku.
"Aku akan menjalankan rencanaku hari ini dan aku butuh bantuanmu untuk menyempurnakan rencanaku." jelas kak Szayel.
"Oh begitu. Tentu saja dengan senang hati aku akan membantumu kak Szayel." kataku sambil senyum menyeringai.
"Okelah kalau begitu Orihime. Sampai jumpa nanti."
Kak Szayel pun mengakhiri pembicaraan dengan menutup teleponnya. Saat ini aku merasa sangat penasaran dengan apa yang akan di lakukan oleh kak Szayel. Aku berharap rencana ini akan berhasil merusak segala hubungan kak Nel dan kak Grimmjow. Hah… aku sudah tidak sabar mendapatkan kak Grimmjow.
SKIP TIME
Bel sekolah pun berdentang dengan keras seperti alunan musik rock yang dapat memberikan semangat baru bagi para siswa-siswi. Para siswa-siswi sendiri mengangap bahwa bel pulang sekolah adalah bel kemenangan begi setiap pelajar. Para siswa-siswi juga mengangap bahwa gerbang sekolah adalah gerbang kebebasan yang sangat indah yang dapat melepaskan segala rasa lelah yang menumpuk ketika di sekolah tadi. Begitu juga bagiku.
Aku pun bersiap-siap merapikan segala buku-buku yang ku gunakan di pelajaran terakhir tadi. Saat aku sudah selesai merapikan buku dan bersiap menuju gerbang kebebasan, Tatsuki-chan dan Ishida-kun memanggilku.
"Hai Orihime, pulang bareng yuk?" ajak Tatsuki-chan kepadaku.
"Iya Orihime pulang bareng yuk." Ishida-kun pun juga mengakjakku pulang bareng.
"Gomenne Tatsuki-chan, Ishida-kun. Aku tidak bisa pulang bareng kalian karena aku ada urusan penting." tolakku dengan halus kepada mereka.
"Oh begitu. Baiklah kalau kau memang tak bisa pulang bareng kami." balas Tatsuki-chan yang kelihatannya kecewa dengan keputusanku.
"Sekali lagi maaf ya. Oh ya aku duluan ya Tatsuki-chan, Ishida-kun. Jaa ne." kataku sambil berjalan keluar dan melambaikan tangan.
Saat ini aku sudah berada di kampus kak Szayel sekaligus kampus kak Nel dan kak Grimmjow. aku pun mengambil handphone bermaksud untuk menelpon kak Szayel.
Tut…tut…tut…
"Halo Orihime ada apa. Apa kamu sudah sampai?" tanya kak Szayel.
"Ya aku sudah sampai kak dan sekarang aku berada di depan kampus. Apa kak Szayel bisa menjemputku?" tanyaku.
"Baiklah kamu tunggu di sana ya. Aku akan segera kesana." kata kak Szayel sambil menutup telepon.
Aku pun memutuskan untuk menunggu sambil duduk di kursi dekat gerbang. Tak lama kemudian seorang lelaki berambut pink datang menghampiriku sambil berlari.
"Hosh…hosh… apa kamu menunggu lama Orihime?" tanya kak Szayel sambil ngos-ngosan karena lelah berlari.
"Tidak juga kak Szayel." balasku.
"Baiklah aku akan menjelaskan rencanku kepadamu." kata kak Szayel sambil duduk di sampingku.
"Oke." kataku sambil tersenyum menyeringai.
Saat ini aku sedang berjalan menuju fakultas manajemen tempat kak Grimmjow belajar. Aku pun kembali mengingat rencana kak Szayel tadi.
FLASHBACK MODE ON
"Jadi apa rencananya kak Szayel?" tanyaku kepada kak Szayel. kak Szayel yang mendengar pertanyaanku pun tertawa kecil.
"Sabar-sabar Orihime kamu kayak orang terkejar setan saja. Hehehehe…" ketawa kecil kak Szayel membuatku malu.
"Ya aku kan sudah gak sabar mau menghancurkan mereka kak Szayel?" kataku dengan semburat merah di wajahku.
"Hahaha… Okelah kalau begitu. Jadi nanti kamu tinggal menemui Grimmjow saja di kelasnya dan bawa dia bersamamu. Aku nanti akan berada di taman belakang fakultas manajemen. Saat aku akan melakukan aksiku yang paling utama, aku akan memberitahumu lewat SMS. Mengerti kan Orihime?" jelas kak Szayel panjang lebar.
"Yelah…" balasku yang mengikuti gaya berbicara Mail di serial kartun Upin dan Ipin.
"Baiklah itu saja yang ku bicarakan. Sekarang mari kita mulai rencana kita." Kata kak Szayel sambil mengulurkan tanggannya kepadaku dengan maksud berjabat tangan.
"Oke." balasku sambil membalas jabatan tangan kak Szayel dengan di sertai senyum menyeringai.
FLASHBACK MODE OFF
Aku pun kembali tersenyum menyeringai mengingat rencana tadi. Aku berharap semoga rencana ini berhasil. Saat aku sedang melamun memikirkan hal di atas, aku pun menabrak seseorang dan terjatuh ke lantai.
"Auw…!" kataku yang terjatuh di lantai sambil menutup mata.
Saat aku membuka mataku aku dapat melihat sosok yang menabraku. Ternyata dia adalah orang yang aku cari.
"Orihime apakah kamu baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?" kata kak Grimmjow sambil berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.
"Oh aku tidak apa-apa kok kak Grimmjow." balasku sambil menerima uluran tangan kak Grimmjow dengan muka yang mungkin merona merah.
'Deg…deg… lagi-lagi jantungku berdetak dengan cepat'
"Hah syukurlah kalau begitu. Oh ya kamu ngapain di sini Orihime. Kamu pasti cari Nel kan?" tanya kak Grimmjow.
"Ya begitulah. Apa kakak melihatnya?" tanyaku.
"Eum aku belum bertemu Nel hari ini." kata kak Grimmjow sambil berpikir.
"Oh begitu. Apakah kakak mau membantuku mencari nee-san?" tanyaku yang di balas anggukan kepala oleh kak Grimmjow.
"Tentu saja Orihime. Ayo!" kata kak Grimmjow sambil menarik tanganku.
'Wah rasanya kakiku seperti sudah tak nampak di tanah lagi' batinku sambil tersenyum senang.
Aku dan kak Grimmjow pun terus mencari kak Nel. Hampir semua ruangan sudah kami masuki namun tidak ada tanda-tanda gadis berambut hijau toska itu. Saat ini aku dan kak Grimmjow sedang berada di depan gerbang kampus. Tiba-tiba handponeku bergetar. Ternyata ada pesan masuk. Aku pun membuka isi pesan tersebut.
Dari : Kak Szayel A.G.
'Orihime sekarang kamu ke taman belakang fakultas manajemen ya. Aku tunggu.'
Itulah isi pesan yang ternyata datang dari kak Szayel. Aku pun langsung mengajak kak Grimmjow untuk mencari kak Nel yang lebih tepatnya mengunjungi kak Nel di taman belakang.
"Kak Grimmjow kita belum mencari di taman kampus belakang fakultas ini kan?" kataku kepada kak Grimmjow. Kak Grimmjow yang mendengar pertanyaanku pun sepertinya kaget.
"Kamu tahu darimana kalau kampus ini memiliki taman belakang Orihime?" tanya kak Grimmjow sambil mendelikan matanya. Aku tak menyangka sebelumnya kalau kak Grimmjow akan menanyakan hal seperti ini. Aku pun langsung gugup dan berusaha mencari alasan yang tepat.
"E-eum a-aku tahu dari nee-san." kataku sambil memalingkan wajahku.
"Oh begitu rupanya. Baiklah kita kesana yuk." ajak kak Grimmjow. Hah… untung kak Grimmjow tidak curiga aku menanyakan hal seperti ini.
Aku dan kak Grimmjow pun sudah sampai di taman belakang fakultas manajemen. Aku dan kak Grimmjow pun berkeliling mencari kak Nel. Saat kami melangkahkan kaki kea rah ujung taman ini, kami melihat seorang lelaki berambut pink dan seorang perempuan berambut hijau toska sedang berciuman. Mereka kelihatannya sangat menikmati adegan ini. Aku pun menengadahkan kepalaku kearah kak Grimmjow. Aku bisa melihat dia sangat terkejut melihat pemandangan yang aku yakin membuat jantungnya tak berdetak beberapa saat. Aku juga dapat melihat urat-urat kak Grimmjow menegang karena menahan amarah yang sangat besar.
'Bagus rencana kami berhasil. Ayo marah kepada nee-san, kak Grimmjow.'
"SZAYEL DAN NEL APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN!" bentak kak Grimmjow dengan emosi yang sudah tak dapat lagi dia bendung.
Kak Nel yang mendengar sebuah suara yang sudah tidak asing di telinganya mendorong tubuh kak Szayel dengan sangat keras sehingga membuat tubuh kak Szayel mendarat di tanah. Kak Nel pun langsung shock seketika saat melihat kak Grimmjow berada di tempat kejadian kak Nel mengkhianatinya.
"G-Grim…jow…" kata kak Nel dengan tergagap karena shock.
Kak Grimmjow tidak mendengarkan kak Nel yang memanggil namanya. Kak Grimmjow langsung mendatangi lelaki yang telah dengan teganya mengkhianatinya sebagai sahabat. Tanpa aba-aba kak Grimmjow langsung menarik kerah baju kak Szayel dan lagi-lagi tanpa aba-aba kak Grimmjow langsung menghadiahi bogem mentah ke wajah kak Szayel.
"SZAYEL BEDEBAH KAU!" teriak kak Grimmjow sambil memukul perut dan wajah kak Szayel.
"Siapa yang bedebah. Aku tidak merasa begitu kok Grimmjow?" balas kak Szayel dengan senyum mengejek sambil mengelap darah yang keluar dari hidung dan mulutnya.
Kak Grimmjow yang melihat senyum memaukkan kak Szayel langsung kembali menyiapkan aba-aba untuk memberi hadiah kedua kepada kak Szayel. Saat kak Grimmjow bersiap untuk menghajar kak Szayel, kak Nel langsung menghentikan aksi kak Grimmjow dengan menahan tangannya.
"Su-sudah cukup Grimmjow. Jangan lakukan hal kasar seperti ini lagi. Aku mohon?" kata kak Nel dengan suara parau akibat menangis.
Kak Grimmjow yang melihat kak Nel menghentikan aksinya menjadi sangat heran. Aku dapat melihat jelas dari wajah kak Grimmjow dia kecewa atas sikap kak Nel yang malah membela kak Szayel. Kak Grimmjow pun melepaskan cengkraman tanggannya pada kerah baju kak Szayel dan langsung membalas perkataan kak Nel.
"Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini Nel? Kenapa kamu malah membelanya?" tanya kak Grimmjow secara beruntun kepada kak Nel. Kak Nel pun terdiam beberapa saat sebelum kembali menjawab pertanyaan kak Grimmjow.
"A-aku tidak mau melihat Sza-szayel terluka Grim. Sudah cukup hentikan Grim. Hentikan pertarungan konyol ini." kata kak Nel.
"KENAPA? KENAPA KAMU MALAH MEMBELANYA NEL? KENAPA?" teriak kak Grimmjow kepada kak Nel. Kak Nel yang mendengar kemarahan kak Grimmjow hanya bisa menunduk dan terus mengeluarkan air mata.
"Nel lihat maaku. LIHAT MATAKU NELIEL ICHIMARU!" teriak kak Grimmjow sambil memaksa kak Nel untuk menatap wajahnya. Kak Nel mau tak mau harus memperhatikan wajah kak Grimmjow.
"Nel aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kenapa kamu malah membela Szayel daripada aku?" tanya kak Grimmjow lagi kepada kak Nel dengan pertanyaan yang sama seperti tadi.
"A-aku…" kata kak Nel yang sepertinya takut untuk memberitahu kak Grimmjow tentang apa yang terjadi.
"Baiklah kalau itu maumu Nel. aku tidak akan menggangumu lagi. Sampai Jumpa Neliel Ichimaru." Kata kak Grimmjow sambil berjalan meninggalkan tempat kejadian perkara. Kak Nel tentu saja tidak akan tinggal diam membiarkan kak Grimmjow pergi begitu saja.
"Tunggu Grimmjow. Aku mohon jangan pergi," mohon kak Nel kepada kak Grimmjow sambil menahan tangan kak Grimmjow.
"Maaf Nel aku tidak bisa. Sampai jumpa lagi jika kita memang di izinkan untuk bertemu." kata kak Grimmjow sambil melepas gengaman tangan kak Nel di tanggannya dan pergi menghilang dari tempat yang dengan sukses membuat perasaanya tak karuan.
Kak Nel yang melihat kak Grimmjow pergi pun langsung jatuh terduduk sambil memegang wajahnya dengan kedua tanggannya. Aku pun menyamar menjadi seorang adik yang turut prihatin atas kejadian yang menimpa saudara tercintaku ini. Padahal kalian pasti tahu kan kalau perasaanku bukanlah perasaan yang prihatin. Melainkan ada perasaan senang di hatiku. Perasaan senang seperti baru saja mendapatkan hadiah utama dalam sebuah permainan. Rasanya hatiku seakan menari-menari di atas penderitaan kakakku ini. Aku pun langsung memeluk kakakku.
"Nee-san yang sabar ya. Mungkin kak Grimmjow bukanlah orang yang terbaik untuk nee-san." kataku menyemangati kak Nel sambil memeluknya dengan erat.
"Hiks…hiks… Hi-hime a-aku…" kata kak Nel dengan terbata-bata karena menangis.
"Sudahlah nee-san lupakan saja kak Grimmjow. Lagian cowok macam apa dia yang sudah dengan teganya meninggalkan nee-san. Cuma karena kejadian seperti ini dia dengan seenaknya memutuskan hubungan." kataku yang semakin menjelek-jelekkan kak Grimmjow. Aku pun memeluk kak Nel dengan erat pertanda bahwa aku turut merasakan apa yang dia rasakan.
Saat aku memeluk kak Nel, kak Szayel mengacungkan jempol buatku. Aku pun juga membalas dengan mengacungkan jempol milikku. Hah aku sangat senang hari ini. Aku akan selalu mengingat bahwa hari ini adalah hari terindah buatku.
Setelah kejadian beberapa waktu lalu saat di mana kak Nel dan kak Grimmjow putus, kak Nel berubah drastis. Kak Nel yang sebelumnya anak yang sangat periang menjadi anak yang sangat murung. Tubuh kak Nel memang masih utuh dan masih dapat bergerak seperti biasa. Namun jiwa dan raga kak Nel seakan hilang dari tubuhnya. Kak Grimmjow ternyata benar-benar meninggalkannya. Kak Nel sendiri tak tahu harus berbuat apa. Kak Nel sendiri telah memaafkan perbuatan kak Szayel, orang yang telah menghancurkan hubungannya dengan orang yang ia kasihi.
Perasaan menyesal sempat menghampiri diriku. Karena keegoisanku ini aku sudah merusak hubungan dua orang yang saling mencintai. Memutuskan hubungan mereka sampai ke akar-akarnya. Takkan pernah membiarkan perasaan itu muncul lagi. Aku sekan adalah malaikat pencabut nyawa yang sudah memutuskan rantai kehidupan seseorang. Melantukan nada-nada kematian dan mimpi-mimpi buruk.
Selama ini aku selalu menepis perasaan bahwa aku menyesal dengan segala tindakan kejiku kepada kak Nel. Namun semakin aku menepis perasaan itu semakin kuat pula perasaan menyesalku.
Saat ini aku memutuskan selalu mendukung kak Nel bagaimanapun caranya. Namun bukan untuk menyemangati kak Nel yang lagi patah hati. Namun aku ingin agar kak Nel dengan segera melupakan perasaanya kepada kak Grimmjow.
Hari ini aku sedang berjalan-jalan bersama Tatsuki-chan di sekitar pertokoan. Aku dan Tatsuki-chan sudah membeli macam banyak barang seperti tas, sepatu, baju, dll.
"Wah…wah… berapa ya sudah uang yang terkuras hari ini?" kata Tatsuki-chan sambil menghela napas panjang.
"Hahaha Tatsuki-chan ada-ada saja," balasku sambil tertawa kecil.
"Huh kamu kan kaya Orihime jadi kamu tak perlu pusing. Sedangkan aku?" kata Tatsuki-chan.
"Kamu kaya juga kok Tatsuki-chan. Kaya monyet. Hahahahaha…" kataku sambil tertawa dengan keras.
"Grr… dasar kamu ya Orihime Ichimaru." kata Tatsuki-chan sambil mencubit lenganku. Aku pun hanya bisa meringis kesakitan saat di cubit oleh Tatsuki-chan.
"Huh dasar kamu ya Tatsuki Arisawa. Oh ya Tatsuki-chan aku pulang duluan ya. Takut di marahin ni." kataku.
"Oh begitu. Baiklah aku antar pulang ya." kata Tatsuki.
"Oh tidak perlu Tatsuki-chan aku pulang sendiri saja. Dah Tatsuki-chan." Penolakanku membuat wajah Tatsuki-chan menampakkan perasaan kecewa.
"Baiklah kalau begitu Orihime. Sampai Jumpa." kata Tatsuki-chan sambil beranjak dari tempat kami berdiri tadi.
Aku saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Saat dalam perjalanan aku bertemu dengan kak Szayel. Aku pun memutuskan untuk mendatanginya.
"Kak Szayel apa yang kakak lakukan di sini?" tanyaku kepadanya.
"Oh hai Orihime. Eum sebenarnya begini aku mau meminta bantuanmu lagi uuntuk membantu rencanaku." kata kak Szayel sambil tersenyum.
"Eum boleh saja kak szayel. Bantuan apa ya kira-kira kak Szayel?" tanyaku kepada kak Szayel.
"Kamu akan tahu nanti Orihime. Kita lihat saja nanti," balas kak Szayel sambil tersenyum licik.
Aku tidak mengerti kenapa kak Szayel tersenyum seperti itu. Aku merasa perasaanku tidak enak. Namun aku menepis semua perasaan itu. Aku memutuskan untuk mengikuti permainnya.
Saat aku dan kak Szayel berbincang-bincang, tiba-tiba ada seorang perempuan berambut hijau toska lewat di hadapan kami. Dia kak Nel. Kak Nel yang melihat kami pun menyapa kami.
"Hai Hime dan Szayel. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya kak Nel kepadaku dan kak Szayel.
"Ah tidak a-ada apa-apa kok kak Nel. Oh ya kak Nel sendiri sedang apa di sini." balasku sambil mengajukan pertanyaan kepada kak Nel.
"Ah aku memang sering jalan-jalan di sekitar sini Hime." kata kak Nel.
"Oh ya Nel dan Orihime. Kita ke seberang sana yuk." ajak kak Szayel kepada kami berdua sambil menunjuk trotoar di seberang.
"Baiklah terserah saja. Bagaimana denganmu Hime?" tanya kak Nel kepadaku.
"Baiklah kalau begitu." balasku yang setuju dengan ajakan mereka.
Kak Nel pun jalan duluan di ikuti oleh aku dan kak Szayel. Saat kami akan menginjak zebra cross, aku merasa kak Szayel mendorongku dari belakang. Aku yang terdorong pun otomatis mencondongkan tanganku ke arah badan kak Nel. Kak Nel pun terdorong ke tengah zebra cross. Tiba-tiba datang truk yang melaju dengan sangat kencang. Kak Nel yang masih belum bisa menyeimbangkan tubuhnya otomatis tidak bisa menghindar dari truk yang melaju. Aku pun berusaha menyelamatkan kak Nel. Namun aku tak sempat menyelamatkan kak Nel.
"AKH…!" teriak kak Nel sebelum tubuhnya terlempar.
Tubuh kak Nel pun terlempar beberapa meter dari tempatnya berdiri. Aku yang melihat kejadian ini langsung berlari menghampiri kak Nel. Astaga luka yang di terima kak Nel sangatlah parah. Tubuhnya penuh luka di mana-mana dan kepalanya pecah. Namun ajaibnya kak Nel masih bisa bernapas walaupun tersengal-sengal.
Aku pun mencari keberadaan kak Szayel. Namun sayang keberadaanya sudah menghilang. Tak ada jejak-jejak lagi yang tertinggal.
"Hi-Hime...," panggil kak Nel. Aku otomatis kembali memfokuskan diriku kepada kak Nel.
"Ya ada apa nee-san." kataku kepada kak Nel.
"Hi-hime a-aku sudah ti-dak ku-kuat lagi..." kata kak Nel sambil menahan sakit yang semakin kuat.
"Nee-san jangan ngomong sembarangan. Nee-san harus kuat. Hime mohon kak." kataku sambil menitikan air mata.
Sungguh kali ini aku menangis bukan karena aku pura-pura ikut turut prihatin. Kali ini aku benar-benar menangis karena aku tak tega melihat kak Nel seperti ini. Kami-sama aku mohon jangan biarkan kak Nel mati.
"Hime ka-kak mohon maaf bi-bila kakak ada salah terhadap-mu…" kata kak Nel sambil mendesah. Kak Nel pun melanjutkan pembicaraanya "… aku titip ayah dan ibu ya. Tolong jaga mereka seperti kamu menjaga nyawamu sendiri." pinta kak Nel kepadaku.
"Nee-san aku mohon bertahanlah." kataku memohon kepada kak Nel agar dapat bertahan.
"Ma-maaf Hime. Nee-san su-sudah tidak kuat la-lagi. Sayonara Hime..." kata kak Nel sambil menghembuskan napas terakhirnya.
"NEE-SAN…!" teriakku memangil nama kak Nel.
Aku pun langsung menangis sejadi-jadinya. Aku sangat menyesal dengan apa yang telah aku perbuat selama ini kepada kak Nel.
Tes…tes…tes…
Hujan pun turun dengan derasnya membasahi bumi. Aku pun kembali menangis sejadi-jadinya.
"Kami-sama kenapa? KENAPA KAMU MENGAMBILNYAWA KAKAKKU, KENAPA TIDAK NYAWAKU SAJA? KENAPA!" teriakku dengan emosi yang sudah tidak dapat di bendung lagi.
Aku pun membiarkan diriku dan tubuh tak bernyawa kak Nel di basahi oleh hujan. Aku sungguh menyesal dengan yang terjadi. Sungguh menyesal.
BERSAMBUNG_TO BE CONTINUED

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.