Kejadian kemarin saat kak Nel meninggalkan diriku dan dunia ini adalah hal paling terburuk dan menyeramkan dalam kehidupanku. Aku merasa dunia ini tak hidup karena tak ada senyum kak Nel. Dunia ini serasa hampa tanpa suaranya. Dunia ini seakan kehilangan sinarnya tanpa kehangatan yang selalu di pancarkan kak Nel.
Aku merasa sangat menyesal atas apa yang telah ku lakukan. Aku merasa aku adalah orang terbodoh di dunia. Orang yang paling tak memilikki hati nurani. Seakan hati nurani itu telah beku. Sehingga tak dapat mencairkan suasana hatiku maupun pikiranku.
Aku merasa hatiku sangat sakit. Teriris dengan sangat kasar. Menusuk sampai ke dasar-dasarnya. Aku masih belum percaya kak Nel telah pergi. Kak Nel menderita karena keegoisanku. Keegoisanku karena cinta. Pasti kalian menganggap aku sudah gila. Hanya karena aku cemburu aku tak bisa mendapatkan kak Grimmjow aku sampai sepicik itu. Apakah aku pantas masuk ke rumah sakit jiwa?
-n o n o n o n o n o n o n o-
Hari ini adalah hari pemakaman kak Nel. Semua orang berkumpul melayat di rumahku.Aku saat ini baru saja turun dari tangga menuju tempat kak Nel berbaring di dalam peti mati.. Aku sekarang sudah ada di hadapan peti mati kak Nel. Aku menatap tubuh yang telah terbujur kaku. Hatiku sakit. Aku tak tega melihat ini lebih lama lagi. Aku pun memutuskan untuk berdoa.
Setelah selesai berdoa aku melihat kak Grimmjow yang saat ini berada di sampingku. Aku bisa melihat sepertinya dia adalah orang yang paling terpukul. Bagaimana tidak, orang yang dia cintai meninggalkannya. Walaupun bibirnya pernah mengucapkan kata putus dan membuat kak Nel menderita. Tapi aku dapat merasakan bahwa kak Grimmjow tetap mencintai kak Nel. Tetap menyayanginya dengan sepenuh hatinya. Aku jadi semakin bersalah atas kematian kak Nel.
Aku saat ini memang masih mencintai kak Grimmjow. Aku masih menyayanginya dengan sepenuh hatiku. Namun aku akan berjanji untuk menghilangkan perasaan ini. Menghilangkan sampai tak ada bekasnya lagi di hatiku. Menghilangkan nama dan wajahnya dari otakku.
Saat ini ruangan sudah sepi. Aku hanya melihat di sini tersisa kak Grimmjow, Tatsuki-chan, Ishida-kun, dan beberapa teman kak Nel.
Saat ibu menyadari kehadiranku di ruangan ini, aku dapat melihat ada aura tak bersahabat yang di pancarkan ibuku. Aura yang tak suka dengan kehadiranku. Aura yang seakan mengusirku. Ingin menelanku hidup-hidup.
Aku pun melihat ibuku mendekatiku dengan raut wajah orang marah. Raut yang terbentuk karena menahan amarah. Tanpa aba-aba ibuku langsung menamparku dengan sangat keras.
PLAKK…
Begitulah suara yang keluar mengema di dalam ruangan akibat tamparan ibuku yang masuk kategori keras dan terkesan kasar. Tamparan yang mampu membuat pipiku memerah.
"Hime kamulah penyebab kematian Nel. Ibu tidak terima. Kamu pembunuh!"
Itulah luapan emosi ibuku melalui kata-kata yang dia keluarkan. Aku pun kaget sejadi-jadinya atas perkataan ibu yang terkesan sangat kasar. Padahal aku adalah anaknya. Anak kandungnya. Aku pun dapat melihat ekspresi kaget semua orang yang berada di dalam ruangan. Bahkan ayah dan kak Grimmjow kaget melihat tindakan ibuku ini. Tatsuki-chan dan Ishida-kun pun begitu. Aku yakin mereka memilikki satu pikiran yang sama.
"Kamu pembunuh Hime. Kamu telah menghilangkan nyawa Nel. Kembalikan nyawa Nel!" marah ibuku kepadaku sambil bersiap kembali untuk menamparku.
"Sudah cukup Ran-chan. Ingat dia Hime, anak kita." tegur ayah sambil memegang tangan ibu.
"Aku tidak peduli Gin. Dia sudah membunuh Nel. MEMBUNUH NEL…!"
Teriakkan ibuku pun menggema di ruangan ini. Mungin sampai keluar area rumah ini. Aku pun mengeluarkan air mata. Aku tak menyangka ibu akan marah sampai seperti ini kepadaku. Aku tak menyangka apa yang aku perbuat mengubah ibuku seperti monster yang siap menerkam mangsanya tanpa kenal ampun.
"Sudahlah Ran-chan. Aku mohon kamu jangan sampai seperti ini. Aku mohon ya?"
"Hah… baiklah kalau begitu. Tapi aku tak mau lagi melihat Hime. Aku mau dia pergi dari sini," pinta ibuku kepada ayah.
Aku dan orang-orang di sekitar kami pun kembali kaget sekaget-kagetnya. Ibu mengusirku? Aku tak pernah habis pikir kalau ibu akan melakukan hal ini.
Aku pun terpaku. Tak ada suara atau kata satupun keluar dari mulutku. Aku seakan membatu. Menjadi patung tak bernyawa.
"Rangiku-san kenapa anda mengusir Hime. Bukannya dia anakmu?" tanya Tatsuki-chan kepada ibuku.
"Iya kenapa anda mengusir Orihime. apakah anda serius?" tanya Ishida-kun kepada ibuku.
"Alasan saya sangat jelas. Karena dia membunuh Nel. Saya tidak terima,"
"Tapi alasan itu tidak masuk akal nyonya Ichimaru. Dia tak pernah membunuh. Ini semua hanya kecelakaan." kata kak Grimmjow.
Aku merasa terharu karena mereka mau menghiburku. Mau mendukungku. Walaupun mereka tahu resiko yang akan mereka hadapi. Tapi mereka seakan tidak takut. Tidak gentar sedikitpun.
"Aku tidak peduli. Meskipun dia anakku, anak yang ku lahirkan dengan susah payah. Tapi aku tidak peduli!" gertak ibuku kepada Tatsuki-chan, Ishida-kun, dan kak Grimmjow.
Setelah mengatakan hal itu, aku melihat ibuku menuju ke atas. Entah apa yang dia lakukan. Kemudian aku dapat melihatnya turun sambil membawa tas milikku yang lumayan besar.
Buat apa tas itu?
Apa yang akan ibu lakukan?
Itu adalah pertanyaan yang muncul di pikiranku. Entah apa yang akan di lakukan ibuku. Setelah ibuku sampai di hadapanku yang masih membatu, dia melemparkan tas itu tepat di hadapanku. Tepat di wajahku.
"Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu tak perlu membereskan pakaianmu karena aku dengan berbaik hati telah membereskan pakaianmu. Sekarang pergi dari sini. Dan… JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!"
Setelah ibu mengatakan hal itu, tubuhnya limbung. Mungkin tubuhnya sudah tidak bisa di ajak bekerja sama lagi untuk tetap bertahan. Tetap bertahan untuk memarahiku, menghinaku, dan mengusirku dengan cara yang lebih kasar lagi.
Aku yang semula terdiam pun seakan di gerakkan oleh hati nuraniku untuk menolong ibu. Aku pun langsung menolong ibu. Memegang badanya dan berusaha menopangnya.
"Astaga Ran-chan!"
"Nyonya Ichimaru!"
"Ya ampun Rangiku-san!"
"Gila, Rangiku-san!"
Itulah ekspresi ayah, kak Grimmjow, Tatsuki-chan, dan Ishida-kun. Meraka pun segera berlari menolongku untuk menopang badan ibuku.
"Ran-chan bangun. Bangun Ran-chan…!" kata ayah sambil menepuk-nepuk pipi ibuku.
Tapi tak ada reaksi dari ibuku. ibuku tetap saja diam walaupun sudah di tepuk pipinya berulang kali.
"Ya sudah sekarang lebih baik kita bawa ibumu ke atas Hime. Grimmjow dan Ishida bisakah kalian membantuku?"
"Baiklah Ichimaru-san…."
"Ya Gin-san…"
-n o n o n o n o n o n o n o-
Saat ini aku, ayah, kak Grimmjow, Ishida-kun, dan Tatsuki-chan sedang berada di kamar ayah dan ibu. Ibu sendiri saat ini sudah tertidur di ranjangnya.Hening.
Tak ada yang berbicara.
Kami semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku sendiri tidak tahu apa yang di pikirkan oleh mereka. Tapi saat ini yang aku pikirkan banyak sekali. Serasa membuat otakku kelebihan kapasitas. Kalian pasti tahu apa saja yang kupikirkan kan?
"Terima kasih kepada kalian Grimmjow, Ishida, dan Tatsuki karena sudah mau melayat. Mau berbela sungkawa atas apa yang terjadi kepada keluarga kami." kata ayahku membuka suara. Memecah keheningan yang ada.
"Sama-sama Gin-san. Sekali lagi kami turut berbela sungkawa." balas Ishida-kun sambil membungkukkan badanya.
"Oh ya Gin-san, apakah Hime memang harus pergi meninggalkan rumah ini?" tanya Tatsuki-chan kepada ayah.
"Sepertinya memang harus begitu. Sebenarnya saya tak mau mengusir Hime karena dia anak saya. Tapi saya sendiri tak ingin Ran-chan sedih dan marah."
Aku sudah dapat menebak jawaban ayah. Tapi kata ayah memang benar. Aku memang harus meninggalkan rumah ini. Kalau aku selalu berada di rumah ini bisa-bisa setiap hari akan ada perang ketiga yang menghiasi rumah ini.
"Maaf apakah kalian bisa meninggalkan saya dan Hime berdua saja. Saya ingin berbicara empat mata dengan Hime,"pinta ayah kepada kak Grimmjow, Tatsuki-chan, dan Ishida-kun.
"Baiklah jika itu mau anda Ichimaru-san. Kalau begitu kami permisi pulang." kata kak Grimmjow sambil membungkukkan badannya dan berlalu pergi bersama Tatsuki-chan dan Ishida-kun.
Setelah pintu resmi tertutup, ayah pun membuka suara.
"Hime maafkan ayah karena ayah tak bisa membelamu. Kamu sepertinya harus meninggalkan rumah ini. Sepertinya kita harus memberi ibumu waktu agar ibumu bisa menenangkan pikirannya."
"Aku tahu ayah. Tidak apa-apa ayah tak perlu meminta maaf kepadaku. aku akan pergi meninggalkan rumah ini dan kota ini supaya ibu tak dapat lagi melihat rupaku..." aku menghela napas panjang dan kembali melanjutkan perkataanku "… oh ya di kota Karakura kita masih memilikki apartemen kan?"
"Iya kita memang masih memilikkinya. Tapi apakah kamu akan benar-benar pergi ke kota Karakura?'
Aku bisa melihat raut kekhawatiran di tunjukkan ayahku di wajahnya. Namun aku telah memutuskan hal ini. Aku merasa ini adalah jalan yang terbaik untuk kami semua.
"Ya Hime akan pergi ke kota Karakura. Lagian sebentar lagi Hime akan naik ke kelas tiga dan Hime bisa melanjutkan sekolah di sana."
"Baiklah jika itu keputusanmu Hime. Ayah akan mengurus sekolahmu di SMP kota Karakura nanti. Tapi kamu mau tinggal di mana sampai kamu lulus?" tanya ayah kepadaku.
Oh iya aku akan tinggal di mana. Aku pun memikirkan solusi untuk masalah ini. Dan tiba-tiba aku mendapat ilham.
"Hime akan tinggal di rumah Tastuki-chan. Ayah tak usah khawatir ya."
"Hem baiklah. Jaga dirimu baik-baik ya Hime."
Aku pun hanya bisa menganggukan kepala sebagai respon atas permintaan ayahku. Ya saat ini aku harus meninggalkan rumah ini. Meninggalkan ayah dan ibuku. meninggalkan rumah yang menyimpan berbagai macam kenangan yang sangat indah. Namun semuanya hancur berkeping-keping. Dan kemungkinan akan susah untuk di kumpulkan dan di susun lagi. Ya semuanya telah berakhir.
Aku pun menangis sejadi-jadinya sebagai bentuk luapan emosiku. Aku sudah tidak kuat bertahan. Aku lelah. Aku…
"Sudahlah Hime jangan menangis. Kamu harus kuat. Walaupun ayah tahu itu akan susah,"
"Hiks…hiks… ayah, a-aku…"
Aku pun menangis di dalam pelukkan ayahku. Ayahku memelukku dengan sangat erat. Aku bisa merasakan kehangatan yang ada. Yang di berikan seorang ayah kepada anaknya. Penuh dengan cinta dan kasih sayang. Hatiku serasa tenang.
Seandainya ibu bisa menerima keadaan ini seperti ayah. Ibu bisa menerima takdir yang ada. Tapi semuanya kembali lagi atas apa yang telah aku perbuat. Aku yakin ini semua adalah balasan atas apa yang telah aku perbuat. Balasan atas perbuataan nista yang aku lakukan.
Setelah aku diam dan tak ada suara sesenggukan yang keluar dari mulutku, ayah melepaskan pelukkannya. Aku pun keluar dari kamar ayah dan ibu di temani oleh ayah. Sesampainya kami di depan pintu rumah, aku pun pamit kepada ayah. Di sini lagi-lagi aku menangis. Ayah pun hanya bisa memelukku. Kembali berusaha menenangkan hatiku yang hancur. Setelah aku merasa tenang, aku melepaskan pelukkanku dan pamit kepada ayah.
Saat ayah sudah menutup pintu rumah, aku hanya berdiri memandangi rumahku.
"Sampai Jumpa semuanya. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan, ayah…ibu…"
-n o n o n o n o n o n o n o-
Setelah melalui perjalan yang lumayan jauh akhirnya aku sampai di depan rumah yang bertuliskan 'Keluarga Arisawa'. Aku pun memencet bel yang tersedia di rumah ini. Setelah lama aku menunggu akhirnya pintu terbuka. Di depanku kini berdiri seorang perempuan berambut pendek dan memiliki mata berwarna abu-abu sepertiku. Aku pun langsung memeluknya dan kembali mengeluarkan air mata. Aku kembali menangis. Wanita di depanku ini hanya bisa memelukku dan menenangkanku."Yang kuat ya Orihime…"
Itulah kata-kata yag dia ucapkan. Kata-kata yang seakan berusaha untuk menguatkanku. Entah aku bisa kuat atau tidak. Entahlah aku sendiri tidak tahu.
-n o n o n o n o n o n o n o-
Akhirnya aku telah mendapatkan raport kenaikan kelas. Aku, Tatsuki-chan, dan Ishida-kun naik kelas. Setelah acara pembagian raport selesai aku pun berisap-siap membenah diri untu pergi ke kota Karakura. Dan ternyata Tatsuki-chan dan Ishida-kun juga ikut aku ke kota Karakura.Astaga aku tak menyangka mereka bisa pindah sekolah. Saat ku tanyakan pada mereka, mereka hanya bilang mereka tak ingin ada apa-apa denganku. Mereka ingin menjagaku.
Aku sangat terharu atas perbuataan mereka yang sungguh tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Ternyata walaupun aku tak bisa mendapatkan lagi kasih sayang dari kedua orangtuaku, namun aku dapat mendapatkan kasih sayang dari kedua sahabatku ini. Inilah arti sahabat sesungguhnya. Karena sahabat adalah teman yang ada di saat kita senang maupun duka. Teman yang selalu ada memberikan kasih sayang dan selalu mengasihi kita dalam keadaan terpuruk sekalipun.
SKIP TIME THE JOURNEY
Saat ini aku, Ishida-kun, dan Tatsuki-chan telah tiba di kota Karakura. Kota kecil yang berada di Negara Jepang ini. Walaupun kota ini kecil tapi kuakui pemandangannya sangat indah dan menawan.
Aku pun bergegas menuju apartemen milik keluargaku terdahulu yang ada di kota ini. Sebelumnya aku, Ishida-kun, dan Tatsuki-chan berpisah karena Ishida-kun dan Tatsuki-chan sendiri juga memilikki kediaman di kota ini.
Aku pun telah sampai di apartemenku. Apartemen yang akan ku tinggali ini tidaklah besar dan mewah. Apartemen ini adalah apartemen yang sederhana tapi tetap layak di tinggali. Sepertinya aku akan nyaman tinggal di rumah ini.
"Yosh semangat Orihime Ichimaru. Kamu harus bisa!"
Aku pun tersenyum. Senyum yang berasal dari hatiku yang paling dalam. Senyum yang tak pernah lagi ku tampakkan semenjak kematian kak Nel. Aku pun hanya bisa menyemangati diriku sendiri. Ya aku memang harus kuat. Aku tak boleh lemah. Karena orang lemah hanya akan merepotkan orang-orang di sekitar kita. Tapi jika kita menjadi orang yang kuat, maka bukan hanya kita yang kuat tapi orang-orang di sekitar kita akan menjadi orang yang kuat juga, benar kan?
-n o n o n o n o n o n o n o-
SKIP TIME AND MONTH12 bulan sudah aku bersekolah di SMP Karakura. Apakah kalian ingin mengetahui ceritaku selama 12 bulan ini? ( note : selama Orihime bersekolah di SMP Karakura, Orihime belum bertemu dengan Ichigo cs)
Keadaanku saat ini sangatlah memperihatinkan. Hatiku yang awalnya sudah ku susun dengan susah payah dan sebentar lagi akan tersusun semuanya kembali berantakan. Kembali hancur seperti dulu. Aku saat ini semakin merasakan diriku ini tak ada lagi gunanya di dunia ini.
Selama 12 bulan aku telah resmi menjadi penduduk di kota Karakura dan menjadi siswi kelas 3 di SMP Karakura banyak kejadian-kejadian yang membuatku kehilangan semangat hidup. Membuat hidupku semakin hancur.
Masalahnya bukan karena aku tak bisa menghidupi kehidupanku karena seluruh kehidupanku di biayai ayah secara diam-diam. Bukan juga karena aku selalu di marahi guruku karena aku tak mengerjakan PR. Bukan juga karena aku dan kedua sahabatku itu bertengkar. Namun semuanya karena cinta yang selalu membuatku sakit hati.
Apakah kalian tahu kalau selama ini, selama aku berpacaran dengan seseorang aku selalu di khianati. Di saat aku mencintai orang itu aku selalu di sakiti. Di tusuk dari belakang.
Pacarku yang pertama ini namanya Tatsuya Kinzaki. Dia menyatakan perasaanya kepadaku setelah 2 bulan aku berada di SMP Karakura. Aku pun menerimanya karena aku memang memiliki perasaan khusus kepadanya. Tatsuya sendiri adalah seorang ketua OSIS di SMP Karakura. Tapi ternyata dia hanya memanfaatkanku. Dia hanya ingin membuat sekretaris OSIS-nya, Mizaki Shiaki menjadi cemburu. Dan setelah sang sekretaris mengatakan bahwa dia memilikki perasaan khusus kepada sang ketua OSIS, Tatsuya langsung memutuskanku.
Pacarku yang kedua bernama Yamato Inazuki. Dia menyatakan perasaanya kepadaku beberapa minggu setelah aku putus dengan Tatsuya. Yamato sendiri adalah seorang kakak kelas yang sangat baik dan perhatian. Aku sayang sekali dengannya. Namun asal kalian tahu, lagi-lagi Yamato ternyata hanya memanfaatkanku. Dia menggunakanku untuk membuat mantan pacarnya cemburu. Mantan pacarnya bernama Sharon Kunai. Setelah Yamato berhasil mendapatkan kembali Sharon, dia memutuskanku.
Masih banyak lagi mantan-mantan pacarku yang lainnya yang melakukan hal yang sama dengan kedua mantan pacarku di atas. Semua tujuan mereka hanya satu, yaitu untuk membuat mantan pacar atau orang yang mereka kasihi cemburu dan kembali kepada mereka. Entah kenapa mereka semua memilikki tujuan yang sama dan yang di jadkan korban adalah aku.
Namun aku telah mendapatkan jawabannya. Jawaban yang keakuratannya 100%. Jawaban yang tak di ragukan lagi kebenarannya. Jawabannya karena ini semua adalah karma. Karma karena kesalahanku terhadap kak Nel. Ingat apa yang telah kita tabur di masa lalu pasti akan kita tuai hasil yang sama di masa yang akan datang. Ya pepatah ini sangat cocok untuk keadaanku saat ini.
Karena semua kejadian inilah aku memutuskan untuk tak pernah lagi mencintai siapapun. Karena semua kejadian yang telah aku alami selama ini, mulai kejahatanku atas kak Nel, kematian kak Nel, dan keretakkan hubunganku dengan ibu inilah aku berubah menjadi orang yang tertutup, mengasingkan diriku dari orang lain. Sekarang aku menjadi orang yang tidak mudah percaya begitu saja kepada orang lain. Percaya akan kata-kata manis yang terucap dengan tingkah yang manis juga dari orang lain. Dan hal terberat yang aku putuskan adalah menjauhkan diriku dari kedua sahabatku. Aku ingin aku hidup seorang diri saja tanpa berbaur atau dekat dengan siapapun. Aku tak ingin lagi ada yang tersakiti dan aku juga tak ingin aku di sakiti lagi.
-n o n o n o n o n o n o n o-
BACK TO NORMALSaat ini matahari telah menampakkan diri dari persembunyiannya. Sinarnya telah terpancar. Sinar yang memancarkan kehangatan.
Sinar matahari yang berhasil masuk melalui celah-celah dinding Orihime membuatnya terbangun dari tidurnya di depan pintu. Ya setelah insiden pengusiran yang dia lakukan, dia tertidur di depan pintu sambil memimpikan kejadian di masa lalu. Orihime pun melihat jam dengan mata yang masih sayu.
Jam 10.00 a.m.
'Untung saja hari ini hari minggu. Jika tidak aku pasti akan bolos sekolah hari ini,' batinnya.
Setelah matanya mulai bisa di fungsikan untuk melihat keadaan sekitar dengan jelas dia pun langsung berdiri dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk berbenah diri.
Tak lama kemudian Orihime kelar dari kamar mandi. Orihime pun langsung mengambil pakaian dan memakainya. Orihime menggunakan baju kaos berwarna putih dengan balero berwarna hitam dan rok mini berwarna hitam dan menggenakan sepatu gladiator berwarna putih. Setelah menggunakan pakaiannya Orihime beranjak menuju pintu depan dan keluar dari rumahnya. Tanpa Orihime sadari bahwa saat dia menutup pintu rumahnya dan beranjak pergi meninggalkan apartemennya, sepasang mata berwarna hazel memperhatikan setiap gerak-geriknya.
-n o n o n o n o n o n o n o-
Saat ini Orihime berada di sebuah kafe yang terletak tak jauh dari apartemen milknya. Dia hanya sendiri di sini. Tak ada yang menemaninya. Dia hanya merenung sambil sesekali meminum esspreso yang tadi dia pesan.ORIHIME POV'S
Hah kenapa tadi malam aku bisa merenungkan kejadian yang seharusnya tak perlu ku renungkan. Karena kalau aku merenungkannya hatiku bisa sakit. Hatiku bisa terluka dan akan susah untuk di sembuhkan lagi.
Apa yang harus ku lakukan. Aku sudah bosan dengan kehidupanku selama ini. Aku merasa aku sudah tak ada gunanya lagi di dunia ini. Mungkin dunia ini juga ingin membuangku ke suatu tempat agar aku tak berada lagi di sini. Walaupun aku berusaha untuk menutupi diriku dari orang lain tapi tetap saja hidupku tidak menyenangkan, malah memaukkan.
Apa aku bunuh diri saja ya supaya aku tak merasakan apa-apa lagi? Supaya aku tidak lagi merasakan sakit hati dan merasakan karma yang semakin lama semakin menghantuiku? Aku tahu kalau aku bunuh diri akan susah bagiku untuk di terima di surga tapi dengan senang hati di terima oleh iblis di neraka. Namun saat ini instingku mengatakan mendingan aku bunuh diri saja walaupun insting ini berasal dari bisikkan iblis.
Ya sepertinya aku akan melakukannya.
-n o n o n o n o n o n o n o-
BACK TO NORMAL POVSaat ini di sekitaran kota Karakura terlihatlah seorang lelaki berambut hitam dan memilikki mata berwarna hijau emerald sedang berjalan. Banyak kaum hawa yang terpikat oleh ketampanannya, bahkan ada yang sampai teriak-teriak tidak jelas. Namun sang lelaki hanya diam seribu bahasa tanpa menyapa ataupun memberikan senyuman manis kepada para kaum hawa. Sang lelaki hanya terus berjalan.
Lelaki ini bernama Ulquiorra Schiffer. Lelaki yang sangat tampan. Lelaki yang mampu membuat mabuk kepayang kaum hawa. Mata emeraldnya yang sangat indah mampu membuat orang-orang terus menatapnya dan ingin terus menatapnya. Dan uniknya laki-laki ini memilikki kulit yang berwarna putih pucat tak seperti kulit putih rata-rata manusia normal. Entah handbody apa yang di gunakannya.
Saat Ulquiorra melewati salah satu gedung, Ulquiorra melihat sosok bayangan yang tampak jelas. Sosok bayangan wanita berbaju putih dan memilikki rambut berwarna hijau toska. Jika di lihat wanita ini sangatlah cantik. Dan jika di lihat lebih jelas lagi kakinya tidak nampak di tanah.
Ingat tidak nampak!
Ulquorra saat ini hanya bingung dengan apa yang di lihatnya. Namun dia yakin jika roh ini adalah hantu. Entah apa tujuannya menampakkan diri di hadapan Ulquiorra. Ulquiorra hanya diam berdiri memandanginya. Namun tak lama kemudian hantu wanita ini menyuruh Ulquiorra untuk mengikutinya. Setelah hantu wanita ini bergerak, Ulquiorra pun hanya mengikutinya karena Ulquiorra penasaran dengan apa yang akan di lakukan sang hantu. Sang hantu dan Ulquiorra masuk ke dalam gedung tersebut.
ULQUIORRA POV'S
Apa yang akan di lakukan hantu ini. Apa tujuannya menyuruhku mengikutinya. Hah aku bingung. Semoga saja dia tak membunuhku atau apalah.
Aku pun terus mengikutinya. Saat ini aku sedang menaikki tangga yang ada di dalam gedung ini. Tak lama kemudian aku sampai di depan sebuah pintu yang menuju ke daerah bagian atas gedung ini. Saat aku membuka pintu ini, aku dapat melihat sesosok perempuan berambut orange sedang bersiap-siap melompati pagar yang tersedia untuk menutupi sekitar area gedung. Gila ini lantai 20 dan dia mau loncat.
NORMAL POV'S
Ulquiorra yang melihat sang perempuan telah bersiap untuk mengakhiri hidupnya langsung berlari dan menangkap tubuhnya sambil menarik tubuh sang wanita. Setelah di rasa aman, Ulquiorra langsung membawanya ke tengah-tengah halaman.
"Hey onna kamu gila ya. Kenapa kamu mau bunh diri?"
Tak ada respon dari sang perempuan atas pertanyaan yang di lontarkan Ulquiorra. Sebagai jawabannya sang perempuan hanya menangis.
"Hey kenapa kamu malah menangis,"
"Hiks…hiks… a-aku…"
Karena sang perempuan terus saja menangis dan membuat Ulquiorra kewalahan, Ulquiorra hanya bisa memeluknya. Mencoba menenangkan sang gadis. Mencoba berbagi kehangatan. Setelah sang gadis terdiam dan tak ada lagi alunan tangisan terputar, Ulquiorra membawanya pergi dari tempat yang seharusnya akan di jadikan tempat kejadian perkara oleh polisi jika sang gadis berhasil melaksanakan aksinya.
Sebelum Ulquiorra keluar sepenuhnya, Ulquiorra teringat akan hantu wanita yang memilikki mata berwarna hazel tadi yang membawanya ke tempat ini dan membuatnya berhasil menyelamatkan satu nyawa. Namun saat Ulquiorra mencari hantu wanita ini, hantu wanita ini sudah tidak ada lagi. Dia sudah pergi. Setelah merasa tak ada lagi jejak-jejak sang hantu, Ulquiorra meninggalkan tempat ini sepenuhnya.
Setelah Ulquiorra dengan resmi menutup pintu, sang hantu wanita kembali menampakkan dirinya. Bibir sang hantu wanita membentuk senyuman yang sangat indah. Tak lama kemudian sang hantu menghilang.
-n o n o n o n o n o n o n o-
Ulquiorra membawa sang gadis ke kafe yang sama dengan yang di kunjungi sang gadis sebelumnya. Ulquiorra pun memesankan sang gadis matcha tea khas Jepang dan chocolate milkshake untuknya."Silahkan di minum tehnya supaya kamu lebih tenang."
Setelah Ulquiorra menyuruhnya meminum teh yang tadi di pesankan olehnya, sang gadis pun meminum tehnya. Ulquiorra sendiri terus memperhatkan sang gadis bermata iris abu-abu ini. Setelah Ulquiorra merasa sang wanita sudah bisa di ajak bicara, dia pun membuka suara.
"Eum tadi kenapa kamu mau bunuh diri onna. Apakah kamu ada masalah berat sehingga kamu memutuskan bunuh diri?" tanya Ulquiorra kepada sang gadis.
"A-aku… aku tak ta-tahu…"
"Kenapa kamu tidak tahu. Tidak mungkin kamu tidak ada masalah apalagi sampai tidak tahu masalah apa yang kamu hadapi. Tidak mungkin kamu di gerakkan oleh hantu kan?"
"Mungkin sa-saja…"
Ulquiorra pun saat ini hanya geleng-geleng kepala. Dia tidak mengerti apa yang di pikirkan gadis ini. Namun Ulquiorra belum menyerah. Dia akan terus mencoba mengorek informasi dari sang gadis.
"Oh ya aku sampai lupa. Siapa namamu Onna. Hajimemashite watashi wa Ulquiorra Schiffer. Douzo yoroshiku onegaishimasu," ucap Ulquiorra sambil menjulurkan tangannya bermaksud untuk bersalaman.
"Watashi wa Orihime Inoue,"
Awalnya Orihime ragu untuk memberikan tangannya. Namun karena dia yang melihat Ulquiorra dengan setia menunggunya membalas jabatan tangan yang dia berikan, akhirnya Orihime menyalami tangan sang lelaki berkulit pucat ini. Kedua tangan mereka pun bertemu. Ulquiorra tersenyum walaupn sangat tipis, namun Orihime dapat melihatnya. Senyum yang tulus dari hati. Tapi hal itu tidak membuat Orihime menerima kehadiran Ulquiorra begitu saja. Ingat tentang salah satu yang telah Orihime prinsipkan dalam hidupnya
'Sekarang aku menjadi orang yang tidak mudah percaya begitu saja kepada orang lain. Percaya akan kata-kata manis yang terucap dengan tingkah yang manis juga dari orang lain'
Itulah prinsip yang akan selalu di jaga keteguhannya oleh Orihime. Dia tidak mau lagi terjebak di kesalahan yang sama.
"Aku tanya sekali lagi Orhime, kenapa kamu mau bunuh diri?"
"Apakah itu menjadi urusanmu. Aku rasa aku tidak kenal kamu dan kamu pun baru saja mengenalku. Jadi aku rasa buat apa aku menceritakan semua masalahku kepadamu. Kamu itu adalah orang asing bagiku,"
Pertanyaan yang di lontarkan Ulquiorra di jawab secara sarkatik oleh Orihime. Ulquiorra hanya kembali geleng-geleng kepala melihat tingkah perempuan satu ini.
'Ini cewek dingin benget. Mau mengalahkanku ya soal menjadi orang yang dingin,' batin Ulquiorra.
"Kalau tidak ada yang ingin di bicarakan, saya permisi," ucap Orihime sambil bangkit berdiri dari kursi yang di dudukinya tadi.
Ulquiorra yang melihat Orihime berjalan melewatinya langsung dengan sigap memegang tangan Orihime. Ulquiorra mencegah Orihime pergi sendirian. Ulquiorra takut jika Orihime akan bunuh diri lagi.
"Aku antar ya,"
"Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri. Tidak usah repot-repot,"
"Kamu yakin mau pulang sendiri. Apakah kamu tidak akan bunuh diri lagi?"
"Ya aku yakin. Tolong lepaskan tanganku!"
Orihime pun membentak Ulquiorra. Ulquiorra yang di bentak pun melepaskan tangan Orihime dan membiarkannya pergi. Tapi Ulquiorra mempunyai inisiatif sendiri. Tentu saja inisiatifnya adalah mengikuti Orihime sampai ke rumahnya.
-n o n o n o n o n o n o n o-
Saat ini Ulquiorra tetap dengan setia dan pantang menyerah mengikuti segala gerak-gerik Orihime. Mulai dari Orihime pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan-kebutuhannya dan saat Orihime masuk dan membeli beberapa buah-buahan.ULQUIORRA POV'S
Saat ini aku masih saja mengikuti setiap gerak-geriknya. Sepertinya saat ini dia sdang dalam perjalanan menuju rumahnya karena saat ini kami sedang berada di areal perumahan warga.
Namun aku merasa ada yang aneh dengan gerak-gerik Orihime. aku merasa dia berjalan dengan tertatih-tatih. Tubuhnya seakan lemas tak berdaya.
Dan ternyata benar saja, tubuhnya limbung jatuh ke tanah. Aku pun langsung berlari menolongnya.
"Orihime bangun. Jangan tidur di jalan."
Sepertinya aku merasa ucapanku ngawur.
'Ingat Ulquiorra dia bukan tidur, tapi pingsan,'
Karena Orihime dari tadi tidak bangun-bangun, aku pun membawanya ke apartemen milikku.
-n o n o n o n o n o n o n o-
BERSAMBUNG_TO BE CONTINUED
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.