The Devils Beside Me IX

Chapter 9 : Please Stop Arguing Me
"Aku akan ikut denganmu ke sana. Ke kerajaan setan..." Kata Rukia mantap.
"Tidak akan pernah terjadi! Kau mau bunuh diri?" Geram Ichigo, emosinya memuncak.
"Tidak. Selama dua hari ini aku telah memikirkannya masak-masak."
"Kau..." Ichigo mencengkeram bahu kiri Rukia dan mendekatkan wajahnya pada Rukia. Ichigo menekankan setiap kata yang meluncur dari mulutnya, "Rukia Kurosaki! Kau akan tetap di sini... Aku tidak akan pernah membiarkanmu menginjakkan kaki di Hueco Mundo!"
"Ichigo..."
"Jangan membantah, Rukia!" Bentak Ichigo.
"Dengar dulu..." Nada Rukia terdengar memelas.
"Tidak! Kau tau sangat berbahaya bagimu pergi ke kerajaan setan!"
"Aku tau..." Pelas Rukia.
"Kalau manusia dengan kekuatan roh sepertimu masuk ke dunia setan dalam keadaan perebutan kekuasaan segenting ini, bisa kau bayangkan? Semua setan akan berlomba-lomba merebut kekuatanmu! Mereka akan berusaha membunuhmu! Apa kau tidak mengerti?" Ichigo menumpahkan emosinya.
"Aku mengerti, Ichigo... Amat sangat mengerti."
"Kalau begitu berhentilah membantahku..."
"Kau lah yang tidak mengerti!" Teriakan Rukia menyela kalimat Ichigo.
Sejenak yang terdengar hanya hembusan angin musim panas yang seperti berusaha mendinginkan suasana hati mereka.
"Kau lah yang tidak mengerti..." Rukia menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengembalikan kesabarannya yang terasa menguap.
"Aku lah yang paling mengerti keadaan di duniaku..." Kata Ichigo tajam.
"Tapi kau melupakan dua hal penting, pangeran... Pertama, kau akan membutuhkan aku untuk menyembuhkan kakekmu! Kedua, kau sendiri yang bilang, kau dan Renji, kalian berdua tidak akan memiliki kesempatan untuk mengalahkan Nii-sama'mu? Pernahkah kau berpikir dengan melibatkan aku, setidaknya akan membuka celah, walau pun hanya sedikit, untuk dapat mengalahkannya?"
"Dan kau akan mengorbankan nyawamu untuk kesempatan kecil itu?" Suara Ichigo terdengar sagat dingin, bahkan Rukia sempat merinding mendengarnya.
"Aku mengerti risikonya dan aku akan mengambilnya." Kata Rukia tegas.
"Cih... Kau mahluk paling naif yang pernah ku temui, Rukia..." Cibir Ichigo.
"Terserah. Tapi coba pertimbangkan kata-kataku tadi. Sebagai cucu dan pangeran yang bijak, seharusnya kau menyetujuinya..."
"Iya kalau itu bukan kau."
"Jangan kekanakan, Ichigo!" Rukia menarik lengan Ichigo, memaksanya untuk memandang mata violetnya. "Pikirkan kerajaanmu! Kakekmu! Keinginan terbesarnya! Pikirkan Renji! Kau lihat bahkan kekuatan militermu berada di luar kendali! Kalian bahkan tidak memiliki cukup kekuasaan dan kekuatan untuk mengendalikan situasi! Dan saat akhirnya satu kesempatan kecil menhampirimu, kau mau membuangnya begitu saja? Aku tidak bermaksud menyombongkan diriku, tapi aku pikir aku bisa berguna untuk menyelesaikan masalah kalian... Cobalah berfikir dari sisi itu..."
Ichigo terdiam, dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia mengakui semua yang dikatakan Rukia ada benarnya. Bahkan sepenuhnya benar. Tapi ada suara di dalam dirinya yang mengatakan bahwa menerima bantuan Rukia, menyeret gadis itu dalam kericuhan perebutan tahta, dan membahayakan hidupnya adalah perbuatan tak termaafkan. Tetapi dia memerlukan satu kesempatan, satu kesempatan saja, untuk bisa mengalahkan Byakuya. Dan Byakuya bahkan bisa membahayakan Rukia lebih dari seisi kerajaannya.
Rukia juga diam, membiarkan kata-katanya meresap ke dalam diri Ichigo. Dia tau, Ichigo sedang mempertimbangkan. Dia bisa merasakan kebimbangan Ichigo, seperti dia merasakan kebimbangan hatinya sendiri. Terkadang dia merasa aneh. Kenapa mau membahayakan dirinya begitu jauh pada mereka yang baru dikenalnya. Kenapa bersikeras membantu mereka yang awalnya ingin membunuhnya. Tapi, merekalah yang memberikan kehidupan kedua pada Rukia. Saat kedua orang tuanya meninggalkannya, Rukia mati. Seluruh jiwa dan perasaannya mati. Merekalah yang menghidupkan kembali hatinya. Mereka yang telah membuat rumahnya 'hidup' lagi. Mereka yang telah mengisi kekosongannya dengan kehangatan. Rukia tidak mau kehilangan kehangatan itu lagi.
"Aku..." Ichigo memecah keheningan, menyuarakan kebimbangannya, "Aku hanya tidak mau kau terluka..." Nada bicaranya melembut.
"Aku tidak akan mati semudah itu... Aku bahkan pernah mengalahkan Renji dan mengubahnya jadi kucing..." Canda Rukia.
Walau pun matanya sayu, Ichigo mencoba tersenyum. Dia merasa tertusuk. Dia melupakan fakta bahwa Rukia jauh lebih kuat dari penampilannya. Dan dia menemukan satu fakta penting lagi, "Aku takut tidak bisa melindungimu..."
"Ichigo..." Rukia memegang kedua lengan Ichigo dengan kedua tangannya, "Kalau kau tidak bisa percaya padaku, setidaknya percayalah pada dirimu sendiri... Seperti aku percaya padamu... Aku percaya, kau mampu melindungiku, seperti kau melindungi keluarga dan kerajaanmu... hmm?" Rukia memiringkan kepalanya seraya tersenyum, "Kau akan melindungi aku kan?"
"Tentu..." Ichigo tersenyum.
"Kalau begitu, ayo pulang... Kita masih harus menyembuhkan lukamu" Rukia menarik tangan Ichigo pergi dari tempat itu, sebelum dia merubah keputusannya dan tidak mengijinkan Rukia pergi ke dunia setan.
"Rukia! Tunggu!" Seru Ichigo.
'Oh.. Jangan bilang aku harus mengulangi perdebatan menyebalkan tadi' Pikir Rukia.
"Ada apa?" Tanya Rukia seraya berbalik menatap Ichigo.
"Belanjaannya..." Ichigo mengangkat dua kantung dari rumput tempat mereka duduk tadi.
"Fiuuuhh..." Rukia mengelus dada.
Rukia sedang duduk di hadapan Ichigo di teras belakang, dan mengarahkan kedua telapak tangannya ke dahi Ichigo. Sinar bening keunguan menari-nari di dahi Ichigo, menutup lukanya.
"Bagaimana? Sudah baikan?" Rukia memperhatikan bekas luka Ichigo yang telah menghilang, dan menghentikan penyembuhannya.
"Iya..." Ichigo menggosok-gosok kepalanya yang sudah tidak terasa nyeri lagi.
"Huaaahhh..." Rukia merentangkan tangannya, mereganggkan otot-otot lengannya.
"Terimakasih..." Ucap Ichigo.
"Eh...?" Rukia menghentikan gerakan peregangannya, berusaha mencerna apa yang dikatakan Ichigo. "Untuk?"
"Untuk menyembuhkanku..." Ichigo memperbaiki posisi duduknya, menyandar di sofa. "Untuk tidak membunuh Renji saat itu. Untuk mengubah hidup kami. Untuk selalu membantu kami. Untuk segala yang telah kau lakukan..."
"Kau salah... Kalianlah yang mengubah hidupku..." Rukia ikut menyandarkan tubuhnya di sofa, menerawang menatap langit.
"Kau tau?" Ichigo menoleh Rukia.
"Apa?" Rukia melirik ke arahnya.
"Aku masih tidak habis pikir kalau aku menyetujui ide gila mu untuk mengajakmu ke dunia setan..." Ichigo tersenyum.
"Hmmph..." Rukia tersenyum geli, "Jangan bahas itu lagi... Besok kita akan berangkat, jadi jangan coba-coba menyesali keputusanmu!" Ancam Rukia dengan bercanda.
"Aku bingung..." Ichigo mengembalikan pandangannya pada purnama di atas mereka.
"Bingung kenapa?"
"Apa yang akan ku lakukan sesampainya di sana? Masalah mana yang perlu kubereskan lebih dulu?"
"Apa ancaman yang menurutmu paling serius?"
"Espada, para bangsawan, Nii-sama..."
"Hmmm..." Rukia berpikir sejenak. "Sepertinya aku punya rencana..." Rukia menepuk-nepukkan telunjukknya di pipi.
"Apa?" Tanya Ichigo.
"Aku belum yakin... Tapi, tolong ceritakan tentang duniamu..." Pinta Rukia.
"Untuk apa?" Ichigo penasaran.
"Ingin tau saja..." Rukia tersenyum misterius.
"Hmmm... Baiklah..." Ichigo tidak menyerah pada tatapan memaksa Rukia. Kerajaan setan, terbagi dalam tiga wilayah besar. Pertama, Hueco Mundo yang merupakan perbatasan antara dunia manusia dengan dunia setan. Hueco Mundo adalah gurun pasir yang mengelilingi kerajaan, dan selalu dalam keadaan malam hari..."
"Gelap dong?" Sela Rukia dengan wajah polos.
"Ya iyalah bodoh!" Ichigo menahan tawa melihat deathglare Rukia. "Kedua, Rokungai adalah wilayah dimana penduduk kerajaan setan tinggal. Dan terakhir adalah Las Noches, yang merupakan daerah dimana para bangsawan dan anggota elit kerajaan tinggal. Semua kastil bangsawan, istana raja, markas pasukan dan pusat pemerintahan, semua ada di Las Noches."
"Hmm..." Rukia manggut-manggut.
"Lalu apa yang kau rencanakan?"
"Tidak akan ku beri tau sekarang... Hehehe..." Rukia menggoyang-goyangkan telunjuknya di depan wajah Ichigo.
"Bilang saja kau tidak punya rencana, dasar anak kecil..."
"Aku punya!" Rukia membela diri.
"Apa?" Tuntut Ichigo.
"Aku tidak akan masuk ke jebakan murahan macam itu! Pokoknya besok baru ku beritau..." Rukia memasang senyum bangga. " Ah sudahlah... Ayo istirahat Ichigo..." Rukia bangkit dari duduknya, "Besok pagi kan kita harus berangkat..."
"Duluan saja, aku mau melihat bintang sebentar lagi..." Mata Ichigo terpaku di langit.
Rukia mengamati arah pandangan Ichigo, tidak ada apa-apa di sana. "Baiklah..." Rukia menepuk bahu Ichigo, "Aku ke dalam dulu..."
Setelah derap langkah Rukia menghilang di balik pintu kamarnya...
"Aku juga punya rencana, bodoh..." Ichigo menatap nanar langit malam di hadapannya. "Kalau aku telah sampai pada batasku, dan tidak bisa melindungimu lagi... Aku akan mengirimmu pulang dan memastikan kau aman sampai di rumah... Meski itu hal terakhir yang bisa ku lakukan..." Ichigo menghela nafas, "Komamura..." Bisiknya, "Tolong jaga dia kalau saat itu tiba..."
"Kau siap?" Ichigo melongokkan kepalanya ke celah pintu kamar Rukia yang terbuka.
"Iya..." Kata Rukia sambil menggendong ranselnya.
"..." Ichigo sweatdrop.
"Kenapa? Aku cantik ya? Hahahaha" Goda Rukia.
"Dasar bodoh! Kau mau pergi seperti itu?"
"Aku rasa aku sudah menyesuaikan dengan suasana di sana..." Rukia melihat lagi penampilannya di cermin. Cantik, meskipun terlihat agak tomboy. Kaus berwana putih pas badan, celana pendek jeans, dan sepatu kets. Rukia merasa pakaian itu tidak akan menghalanginya saat 'bertarung'. Mereka ke sana kan mau perang, jadi tidak ada alasan baginya untuk mengenakan gaun, meskipun dia berjalan bersama seorang pangeran.
"Kau bodoh atau idiot?" Ichigo menepuk-nepuk kepala Rukia, membuat rambutnya berantakan.
"Tidak dua-duanya! Aku ini je-ni-us!" Rukia kesal dan menyingkirkan tangan Ichigo dari kepalanya.
"Kalau kau berpenampilan seperti ini..." Ichigo bergabung dengannya di depan cermin agar bayangan mereka terlihat bersisian. "Bahkan setan autis pun tau kalau kau manusia !"
"Lalu... ?" Rukia menyadari kekhilafanya.
"Ya seperti aku ini..." Ichigo menunjuk-nunjuk kimono dan haorinya dengan tidak sabaran.
"Tapi aku tidak kimono hitam..." Rukia membuka lemarinya.
"Haahh..." Ichigo menepuk jidatnya, "Kemari kau..." Dia menarik Rukia mendekat padanya yang berdiri di depan cermin. Menyentuh bahu kecil Rukia, dan.. taraa... Seketika pakaian Rukia berbah menjadi seperti dirinya. Kimono hitam, dan haori putih bermotif bulan sabit.
"Eh ?Kenapa aku juga pakai haori ?"
"Haori adalah lambang kebangsawanan. Akan jauh lebih mudah bagimu untuk masuk ke Las Noches bila kau bangsawan." Ichigo menyilangkan tangan di dada, dan mengangkat dagunya, "Lagipula kau tidak akan diijinkan mengikutiku kalau kau hanya rakyat biasa!"
"Cih..." Dengus Rukia, "Memangnya siapa yang mau mengikuti pangeran jeruk sepertimu?"
"Untuk bisa melindungimu, aku harus memastikan kau selalu ada di dekatku!" Ichigo ngeloyor menuju pintu kamar, menginggalkan Rukia yang kemerahan karena kata-katanya. "Apa yang kau tunggu?" Ichigo melirik Rukia, "Ayo cepat!"
"I..iya..." Rukia segera menghampiri ranselnya dan menggendongnya.
"Aduuhh!" Ichigo berteiak frustasi. "Kenapa kau bawa-bawa benda bodoh itu lagi?" Omel Ichigo seraya menunjuk ransel yang menggelayut mesra di bahu kanan Rukia.
"Oh... Ini Cuma baju ganti dan perlengkapan mandiku..." Ucap Rukia sambil melirik ransel besarnya.
"Bangsawan tidak akan kekurangan pakaian apalagi peralatan mandi! Letakkan itu! Lagipula mana ada setan bawa-bawa buntelan!" Perintah Ichigo. Dengan patuh Rukia meletakkan kembali ranselnya.
"Ayo..." Ichigo membalikkan badannya.
"Tunggu dulu!" Seruan Rukia berhasil menghentikan langkahnya.
"Hhh..." Ichigo menghela nafas dan berbalik, "Jangan singgung lagi tentang pakaian atau pun bekal!"
"Bukan..." Kata Rukia dengan mata terpejam, sekilas Ichigo melihat aura ungu bening yang selalu mengelilingi Rukia menghilang. Gadis itu membuka mata, "Bantu aku memanipulasi reiatsu..."
"Aahh..." Ichigo menepuk jidatnya lagi, menyesal karena melupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari dresscode dunia setan. Reiatsu! Reiatsu manusia dan setan berbeda, karena itu, meskipun menyamar jadi kaktus juga, kalau reiatsu tidak dimanupulasi, tentu akan ketauan dengan mudahnya.
"Aku sudah menyembunyikan reiatsuku, kau tinggal mengalirkan sedikit reiatsumu padaku untuk membuatku 'terasa' seperti setan pada umumnya!" Perintah Rukia.
"Ah iya..." Ichigo mengarahkan telapak tangan kanannya pada Rukia dan mengalirkan reiatsu hitam padanya. "Sudah..." Ucap Ichigo setelah proses itu berlangsung beberapa menit.
"Aahh..." Rukia mengangkat kedua telapak tangan ke depan wajahnya dan mengamat-amatinya... "Ternyata begini rasanya menjadi setan... Aku merasa... Umm... Jahat...?" Rukia nyengir kuda.
"Tidak semua setan itu jahat." Ichigo tersenyum geli mendengar pernyataan kekanak-kanakan Rukia, dia berjalan ke arah pintu dan membuka Garganta. "Ayo berangkat!"
Setelah bershunpo cukup jauh, Ichigo mencari sudut yang agak terlindung pada tembok besar di hadapannya, dan menurunkan Rukia dari gendongannya.
"Heh, kau kenapa?" Tanya Ichigo begitu melihat muka Rukia seperti habis sunbathing, padahal di Hueco Mundo tidak ada matahari. "Kau sakit?"
"Tidak!" Rukia memalingkan wajah meronanya. 'Sial, kalau saja aku bisa shunpo!'
-FLASHBACK-
Hup! Mereka mendarat di gurun pasir Hueco Mundo yang gelap dan dingin.
"Ayo!" Tanpa babibu, dan tanpa permisi lagi, Ichigo mengangkat tubuh Rukia dalam gendongannya.
"Apa yang kau lakukan?" Pekik Rukia.
"Aww... Kau membuatku budek!" Ichigo melengos, menyembunyikan rona di pipinya.
"Turunkan aku!" Perintah Rukia.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Berjalan kaki ke Las Noches?" Cibir Ichigo.
"Tentu saja, kecuali di sini ada kereta api!" Sungut Rukia dalam gendongan Ichigo.
"Kalau kau jalan kaki, mungkin kau akan sampai seminggu lagi, mengingat kakimu yang pendek-pendek itu!"
BLETAK! Sebuah jitakan mendarat di kepala Ichigo.
"Aduh! Jangan memukulku! Aku ini serius tau! Las Noches itu jauh! Kalau tidak pakai shunpo, entah kapan sampainya!" Teriak Ichigo. "Dan..." Ichigo memotong Rukia yang kelihatan mau protes lagi. "Kau kan tidak bisa shunpo! Jadi menurut saja!"
Dan mereka pun melesat, melewati lautan pasir... Pemukiman... dan tiba di tembok besar dan tinggi ini.
-END OF FLASBACK-
"Jadi yang di balik tembok ini adalah Las Noches?" Rukia mengalihkan topik pembicaraan dari wajahnya.
"Iya... Ayo..." Ichigo menariknya pergi dari sudut itu, mendekati sebuah gerbang kayu yang menjulang dan terlihat kokoh.
"Ichigo-sama!" Seru beberapa setan yang memakai pakaian yang sama. Rukia menebak mereka adalah pasukan pengawal.
"Buka gerbang!" Kata Ichigo dengan tegas dan penuh wibawa. Rukia hanya melongo melihat perubahan 'kepribadian' Ichigo.
"Baik!" Pasukan pasukan itu membungkuk hormat, kemudian mulai membuka gerbang berat itu sedikit-demi sedikit. Saat tercipta celah untuk dua orang, Ichigo dengan ekor matanya memberi isyarat pada Rukia untuk berjalan mengikutinya.
Namun, seseorang berkimono putih keluar dari gerbang yang setengah terbuka. Menampakkan sosok tinggi besar yang menyeramkan. Tiba-tiba saja sosok itu menggeram...
"Ichigo-sama... Dari mana saja anda selama ini?" Sosok itu menggumamkan nama Ichigo dalam suara rendah dan geraman. "Siapa ini?" Sosok besar berkimono putih itu memandang tajam Rukia.
Rukia menelan ludah, melirik Ichigo dengan ekor matanya. Dia melihat Ichigo berusaha mengendalikan kepanikan dan menjaga wibawanya. Rukia pun berusaha mengendalikan diri agar terlihat seacuh mungkin.
'Bangsawan itu angkuh kan?' Pikir Rukia.
"Siapa ini?" Tatapan matanya pad Rukia semakin tajam menyelidik.
"Kau tidak mengenalku?" Kata-kata dengan nada dingin itu meluncur dari mulut Rukia. Ichigo terperangah, tidak bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini. Mungkin penjara? Atau lebih buruk lagi? Mereka menyamar dengan hampir sempurna –setidaknya begitulah pikiran Ichigo- tapi dia lupa menyiapkan identitas palsu untuk Rukia. Siapa Rukia sekarang? Pikiran itu memenuhi otaknya.
"Aku tidak mengenalmu!" Geram sosok besar itu. Matanya tidak mau lepas dari Rukia.
Yang Ichigo saluti adalah ekspresi Rukia yang sangat datar dan dingin. Mungkin kalau itu bukan Rukia, kalau itu orang lain, pasti sudah kalang kabut dibawah tatapan intimidasi seorang laki-laki besar dan garang.
"Cih... Lancang sekali..." Kata Rukia kalem.
"Kau..." Sosok itu menggeram lagi.
"Aku Rukia..." Potong Rukia sebelum sosok itu mengamuk.
"Rukia...?" Ulang si pria besar.
"Ya!" Ichigo buka suara. "Kuchiki Rukia!" Tandasnya.
Sosok tinggi besar itu mengerjap-ngerjap, seketika mukanya pucat... "Kuchiki Rukia?"

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.