The Devils Beside Me VIII

Chapter 8 : Let Me Follow You
"Rukia, sampai kapan kau mau kugendong, eh?" Tanya Ichigo begitu mereka sampai di depan pintu rumah.
"..." Tak ada jawaban, Rukia tetap saja bergelayut di leher Ichigo.
"Oi.. Rukia..?" Ichigo mulai khawatir, "Kau nggak pingsan lagi kan?"
"..." Rukia tak bergeming. Kerutan Ichigo semakin bertambah, difokuskannya pandangannya pada gadis dalam gendongannya. Mata Rukia yang terpejam membuat Ichigo semakin gelisah.
"Rukia.." Didekatkannya kepala orennya pada Rukia, berharap bisa melihat lebih jelas apa yang terjadi padanya. Tapi...
"Krrrr.." Suara nafas Rukia yang pelan dan perlahan telah menjawab semua kegelisahan Ichigo.
"Bodoh.. Kau tidur ya?" Ichigo tetap saja bertanya, meski pun tau tak akan ada yang menjawabnya. Ichigo tersenyum seraya menempelkan dahinya pada dahi Rukia, mengecek suhu tubuh gadis violet itu. "Masih sedikit panas, tapi sepertinya sudah mendingan daripada panasnya tadi siang... Tak ku sangka manusia dengan kekuatan roh sebesar ini bisa sakit, alergi sinar matahari pula.." Ichigo menyeringai memandang wajah tidur Rukia.
"Baiklah.. mari masuk dan istirahat... Ehh.." Ichigo menghentikan langkahnya. "Bagaimana caranya masuk rumah? Kan pintunya dikunci?" Ichigo celingukan.
"Tadi dia menaruh kuncinya di sakunya jeansnya.." Ichigo melirik Rukia, "Tidak... Tidak mungkin bisa ku ambil kan.." Muka Ichigo memerah. "Tapi bagaimana bisa masuk rumah? Kalau aku dalam wujud setan begini bisa saja menembus tembok ini, tapi dia kan tidak bisa.."
Ichigo mendorong-dorong pintu depan dengan kaki kanannya, "Kalau ku dobrak, dia pasti akan membunuhku.."
"Aha! Kenapa bodoh begini? Bangunkan sa..ja..." Kata-kata Ichigo terhenti saat melihat wajah tidur Rukia. Mata violet yang menyimpan kesepian itu terpejam, yang ada hanya wajah cantik yang terlihat rapuh dan lelah. Rukia memang gadis yang tegar. Tidak akan ada seorang anak perempuan berusia enam belas tahun yang mampu hidup seorang diri dan tanpa gentar mejalankan kewajibannya sebagai penakluk setan setelah kedua orang tuanya meninggal... Tidak akan ada yang mampu setegar itu selain Rukia. Rukia berusaha untuk menjalani sendiri hari-harinya dengan tegar. Tapi usaha itu menguras perasaannya. Dia lelah... Lelah sendirian dan kesepian...
Ichigo menatap wajah itu tanpa berkedip, muncul perasaan tidak tega untuk membangunkannya. "Kau bekerja keras hari ini... Terlalu memaksakan diri seperti biasanya..." Ichigo bershunpo ke teras belakang, di sana ada sebuah sofa panjang dan sebuah meja kecil.
"Kau bodoh... Jangan salahkan aku karena kau terpaksa tidur di luar. Siapa suruh menaruh kunci rumah di tempat 'tak terjangkau' seperti itu..." Ichigo duduk di ujung kanan sofa, lalu membaringkan kepala Rukia di pangkuannya sehingga badan dan kaki Rukia mendapat cukup tempat di sofa itu. "Tapi jangan khawatir.." Ichigo bersusah payah membuka haorinya, "Aku akan menemanimu..." Katanya seraya menyelimuti Rukia dengan haori...
"Hmm.." Rukia meletakkan lengan kanannya di atas mata, berusaha menghalangi sinar matahari pagi yang mengusik ketenangan tidurnya. Tapi berkas-berkas cahaya itu tetap saja gencar membangunkannya. Dengan kesal Rukia membuka mata. Tapi yang dilihat bukanlah pemandangan yang biasa. Bukan langit-langit kamarnya, tapi sebuah dagu!
"...?" Rukia memandang sekelilingnya. Dada bidang, kimono hitam, haori putih di atas tubuhnya, dan sebuah tangan kekar di dahinya.
Perlahan Rukia meletakkan tangan Ichigo di sofa dan menegakkan tubuhnya, "Semalaman aku tidur di teras belakang...? Bersama Ichigo?" Dilihatnya Ichigo masih tertidur pulas, "Dia pasti sangat lelah... Maaf ya Ichigo..." Rukia menyentuh lembut punggung tangan Ichigo, "Terimakasih..." Bisiknya seraya tersenyum lembut.
"Iyaa..."
"Hah?" Rukia tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, suara Ichigo... "Bukannya dia tidur..?" Bisik Rukia.
"Tadinya..."Ichigo membuka sebelah matanya.
"Aaa..." Rukia langsung menjauhkan tangannya dari Ichigo. "Sejak kapan kau bangun?" Semburat merah menghiasi pipi Rukia.
"Baru saja... Hoaahemm.." Ichigo menguap lebar.
"Kenapa kita tidur di sini? Kenapa tidak di dalam?" Tanya Rukia.
"Itu kan salahmu, bodoh!"
"Kenapa kau menyalahkanku?" Rukia menyilangkan tangan di dada, pertanda tidak terima disalahkan Ichigo.
"Dimana kau menaruh kunci?" Ichigo balik bertanya.
"Emm..." Rukia berusaha mengingat-ingat. "Eh.. itu.." Dia memasukan tangan ke saku belakang jeansnya dan menarik sebuah kunci dengan gantungan kelinci. "He..he.." Rukia tertawa garing.
Ichigo mendelik, "Makanya, jangan menruh kunci 'sembarangan'.."
"Maaf..."
"Kau sudah sembuh?" Tanpa basa-basi Ichigo menempelkan tangannya di dahi Rukia.
Blushh.. Rukia hanya bisa berblushing-ria...
"Oi... Wajahmu merah, kau sakit lagi ya?"
"Tidak... Aku baik-baik saja..." Rukia agak gelagapan dan segera bangun dari sofa. "Ah.. kita.. sebaiknya masuk saja.. istirahat di dalam.. ha..ha.."
"..." Ichigo memandanginya dengan heran.
Rukia berusaha memasukkan kunci dan memutarnya, tapi tidak pernah berhasil, "Pintu ini kenapa sih?" Omelnya.
Ichigo yang baru saja selesai memakai haori, berjalan medekati Rukia... Hap... Digenggamnya tangan kecil Rukia seraya menyeringai, "Hei bodoh, ini kan kunci pintu depan..."
"Aaahh.." Rukia hanya melongo dan merasakan wajahnya bertambah panas.
"Sini, biar aku saja..." Ichigo mengambil kunci dari tangan Rukia,"Kau tunggu di sini, akan ku bukakan pintu dari dalam.." Sekejap saja Ichigo sudah bershunpo ke pintu depan.
"Apa-apaan sih setan itu?" Rukia menarik nafas panjang berkali-kali, berusaha menstabilkan irama jantungnya.
Rukia berguling-guling tidak karuan di atas tempat tidurnya, "Huaaahh..." Keluhnya. Matanya masih mengantuk, meskipun tadi dia sudah melanjutkan jatah tidurnya –yang tadi malam terpaksa dia habiskan di teras belakang bersama seorang (?) setan oren- selama dua jam, tapi entah kenapa hari ini dia merasa malas sekali.
'Baru juga jam sembilan...' Pikir Rukia saat melirik jam wekernya. 'Lapar...' Dia merasakan seperti ada pertunjukan barong sai dalam lambungnya. Dengan enggan dia melangkah ke luar kamarnya. Lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
'Ichigo kemana ya...?' Rukia berjalan menyusuri lorong menuju kamar yang dihuni setan jeruk bersama saudara babonnya (tadinya).
TOK... TOK... Rukia mengetuk perlahan. Tidak ada jawaban...
'Mungkin dia tidur? Ku buka saja deh...' Dan perkiraan Rukia memang tepat. Ichigo terlelap di kasurnya, dengan kerutan permanen yang selalu menghiasi wajahnya, bahkan ketika sedang tidur seperti ini! Rukia tersenyum geli, baru kali ini dia melihat ada mahluk yang bisa tidur sambil mengerutkan dahinya. Perlahan ditutupnya pintu dan berjalan ke dapur.
"Wah... Nggak ada apa-apa..." Kata Rukia sambil mengeluarkan isi kulkasnya. Sepandai-pandainya Rukia mengobrak-abrik kulkas, sampai tiap inci dia periksa dengan sesama. Tapi dia cuma menemukan roti, sosis, selada, berbagai macam saus, jus dalam kemasan, dan sebatang cokelat yang sepertinya adalah sisa hadiah valentine tahun lalu.
Rukia mengambil cokelat itu, heran karena tidak biasanya dia melewatkan makanan kesukaannya. Setelah mengamati bungkus cokelat itu beberapa detik, Rukia melemparnya ke tong sampah. "Yaahh... Sayang sekali sudah kadaluarsa..."
Bau-bau harum membuat sang setan oren membuka matanya. Rupanya bau itu berhasil membangkitkan kehidupan cacing-cacing dalam perutnya. "Hmm..." Endusnya.
"Kau masak apa?" Tanya Ichigo pada Rukia.
"Hot dog..." Rukia melirik Ichigo yang kini sudah duduk manis di salah satu kursi. "Nih..." Dia menyodorkan satu porsi untuk Ichigo.
"Apa ini? Memang bisa dimakan?" Ejek Ichigo, tapi dari matanya jelas terlihat kalau dia ngiler setengah mati.
"Huh..." Dengus Rukia yang kesal dengan tigkah Ichigo. "Makan saja dulu, baru komentar!"
"Bentuknya aneh begini..." Ichigo mengamat-amati 'benda' yang disebut hot dog itu dengan muka pengen.
HAP! Dengan sekali gerakan, hot dog tak berdosa itu sudah menjejali mulut Ichigo.
"Hmmmph.. hmmmppphh?" Kata Ichigo dengan mulut penuh, yang artinya : 'Apa yang kau lakukan hah?'
"Makan saja pelan-pelan... Tidak usah buru-buru..." Rukia tersenyum geli melihat Ichigo, dia sukses menjejalkan makanan itu ke mulut setan bawel. Mau tak mau Ichigo menguyah dan melahap sarapannya tanpa komentar.
"Bagaimana ?" Tanya Rukia.
"Yaahh... Lumayan... " Komentar Ichigo, padahal dari tadi dia sudah menghabiskan dua porsi.
"Cih... Bilang saja terus terang kalau masakanku enak!" Sungut Rukia sambil mencuci piringnya.
"Ku bilang lumayan saja kau sudah harus bersyukur tau!" Ichigo ikut nimbrung di tempat cuci piring. "Auww.. Apa yang kau lakukan?" Teriaknya saat Rukia menciprati mukanya dengan air keran.
"Rasakan! Siapa suruh sok cool! Hahahahaha..." Rukia cepat-cepat kabur sebelum Ichigo bisa membalas.
"Aaahh dasar anak kecil...!" Raung Ichigo.
"Jangan lupa cuci piringmu, baka!" Teriak Rukia dari kamarnya.
Udara sore yang cerah membuat Rukia lumayan bersemangat, setelah menyisir rambutnya, dia melihat pantulan dirinya dalam cermin. Dengan terusan selutut berenda warna putih, dia terlihat manis sekali, tidak akan ada yang menyangka dia sudah SMA. Rukia tersenyum, mengambil dompet dan handphonenya lalu melangkah ke luar kamar.
"Mau kemana?" Ichigo mendongakkan lehernya dari sofa tempatnya nonton TV.
"Membeli bahan makanan..." Sahut Rukia seraya menutup pintu kamarnya.
"Ku antar..." Ichigo berdiri.
"Tidak usah. Aku bisa sendiri kok..." Rukia tersenyum.
"Pokoknya aku antar..." Ichigo yang blushing karena senyum Rukia segera merubah wujudnya menjadi manusia mode : on.
"Haaah...?" Rukia sweatdrop. Ichigo baru saja merubah pakaiannya persis seperti apa yang ditontonnya di TV. Celakanya, dia menonton Pirates of the Caribean, dan kelihatannya ngefans sama Jack Sparrow.
"Aku keren ya? Hehehe" Ichigo ge'er.
"Kita mau belanja... Bukannya mau cosplay..." Rukia berjalan ke arah rak dan mencari-cari sesuatu. "Pakailah yang lebih 'normal'..."
"Ini kan bagus, kau saja yang tidak punya selera." Cibir Ichigo.
"Tapi tidak cocok, baka! Semua orang akan menertawakanmu kalau kau pergi dengan pakaian seperti itu..." Rukia agak kesal menghadapi Ichigo yang keras batok kepalanya.
"Lalu yang normal itu seperti apa, nona kecil?"
"Tunggu..." Rukia menarik salah satu majalah dari tumpukan buku-buku. "Ini yang namanya normal..."
Ichigo membolak-balik majalah itu, dan akhirnya menatap satu halaman dalam waktu lama.
"Hmm..?" Rukia heran melihatnya.
"Baiklah..." Dengan cepat Ichigo mengubah pakaiannya.
"..." Kali ini Rukia speechess.
"Bagaimana?" Desak Ichigo yang dari tadi menunggu dikomentari.
"Ehm... Seleramu bagus juga..." Kata Rukia jujur. Jeans dan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku itu memang kelihatan sangat cocok bagi Ichigo.
"Sudah ku duga... Aku memang tampan..." Ichigo mengeluarkan gaya sok cakep yang membuat Rukia menyesal telah memujinya.
"Yeaahh.. Terserah..." Rukia melewatinya dan berjalan ke pintu depan.
"Hei.. Tunggu! Pangeran mau lewat!"
Rukia sibuk mengagumi pemandangan di depannya, dan Ichigo sibuk menjilati es krimnya. Kini mereka berdua duduk di bawah jembatan layang, menghadap ke tepi sungai dan menikmati pemandangan matahari terbenam dengan kantung belanjaan menumpuk di sebelah kiri dan kanan.
"Kau tau Ichigo? Sudah lama aku tidak ke sini... Padahal waktu kecil aku suka sekali bermain di sini sampai petang..." Kenang Rukia.
"Sekarang juga masih kecil..."
BLETAKK... Satu jitakan mendarat mulus di dahi Ichigo.
"Aduh! Sakit bodoh!"
"Kau yang bodoh!"
"Kau..."
Seketika dua insan yang dimabuk es krim itu terkesiap, mereka mendengar sesuatu yang membuat tubuh mereka menegang.
"Roh-roh itu..." Rukia mendengarkan dengan seksama.
"Benarkah...?" Bisik Ichigo.
Tiba-tida saja Ichigo berdiri, saat dia bersiap-siap untuk melangkah pergi, Rukia yang masih duduk di bawah menahan tangannya.
"Mau kemana?"
"Pulang..." Jawab Ichigo tanpa memandang Rukia. Pikirannya kalut.
"Pulang...?" Jawaban Ichigo terasa ambigu di telinganya. Pulang ke rumahnya atau...
"Kembali ke kerajaan setan..." Jawab Ichigo perlahan.
"Tapi tidak sekarang." Rukia bangkit dari duduknya, "Aku masih harus menyembuhkan lukamu tempo hari..." Rukia menggigit bibir, menyesal karena melupakan janjinya.
"Tidak ada waktu lagi. Pertarungan terakhir itu akan segeran dimulai..."
"Masih ada waktu sampai besok. Setidaknya sembuhkan dulu lukamu, dan kita juga harus bersiap-siap..."
"Kita...?" Potong Ichigo. "Apa maksudmu?" Dia berbalik dan menghadap Rukia.
"Kau tidak akan kembali ke sana sendirian." Rukia menatap mata Ichigo lekat-lekat.
"Omong kosong apa ini Rukia?" Ichigo sangat kentara menahan emosinya.
"Aku akan ikut denganmu ke sana. Ke kerajaan setan..." Kata Rukia mantap.
"Tidak akan pernah terjadi! Kau mau bunuh diri?" Geram Ichigo, emosinya memuncak.
"Tidak. Selama dua hari ini aku telah memikirkannya masak-masak."
"Kau..." Ichigo mencengkeram bahu kiri Rukia dan mendekatkan wajahnya pada Rukia. Ichigo menekankan setiap kata yang meluncur dari mulutnya, "Rukia Kurosaki! Kau akan tetap di sini... Aku tidak akan pernah membiarkanmu menginjakkan kaki di Hueco Mundo!"

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.