The Devils Beside Me V

Chapter 5 : One more
Rukia mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu meraih jam wekernya, "Ah.. udah jam 6 aja.. Aku harus cepetan siap-siap ke sekolah nih.." Dia lalu mencoba duduk di tepi tempat tidurnya, kepalanya masih terasa agak berat "Mungkin karena kemarin tenagaku terkuras habis ya.." Katanya sambil memijit-mijit jidatnya.
"Yo, Rukia!"
"Ah.. Ichigo.." Rukia terpana.. Di pintu kamarnya, seorang pangeran setan berkepala oren tiba-tiba nongol dengan.. celemek! Ya, sodara-sodara, Ichigo memakai celemek renda-renda Rukia –yang pastinya kekecilan di badannya- lengkap dengan topi koki yang seingat Rukia, itu adalah propertinya waktu main drama di SD. Entah dimana Ichigo menemukan benda-benda sakralnya itu.
"Kenapa? Kau terpesona pada ketampananku ya?" Ichigo berpose ala JamesBond kehabisan oksigen.
"Huweekkksss..." Rukia pura-pura mau muntah saking narsisnya Ichigo.
"Ehhh... kau kenapa? Sakit ya?" Ichigo malah mengira Rukia benar-benar mual, berjalan mendekati tempat tidur. "Hmm.. agak hangat.." Tanpa diduga-duga Rukia, tangan Ichigo sudah menempel di dahinya.
"A..." Rukia kaget, "Aku nggak apa-apa kok.." Katanya sambil menepis tangan Ichigo.
"Haaa... Kau sudah bangun?" Renji muncul dengan kostum yang sama dengan Ichigo. Rukia jadi semakin percaya kalau mereka benar-benar bersaudara. "Bagaimana keadaanmu?" Renji menghampiri tempat tidurnya.
"Sepertinya dia agak sakit.." Kata Ichigo.
"Heehh..? Sakit bagaimana?" Renji meragukan Ichigo yang bahkan tidak bisa membedakan kudis dan kurap.
"Tadi dia 'Huweeks'.." Ichigo meniru gaya Rukia yang pura-pura mual tadi.
"Haaah..?" Renji mengeluarkan ekspresi O-EM-JI. "Huweks..?" Renji meniru gaya Ichigo.
"Iya.. Huweks.." Ichigo mempraktekkan gaya mualnya lagi.
"Huwekss..?" Renji meniru lagi.
"Iya!" Rupanya Ichigo sudah cape bergaya 'Huweks'.
"Aahh.." Renji menggeleng-gelengkan kepala. "Di TV aku lihat, orang yang 'Huweks'.." Renji meniru gaya Ichigo lagi, "Itu biasanya hamil.." Katanya dengan nada horor.
"UAPAAAA...?" Ichigo berteriak, yang disambut dengat anggukan hikmad Renji. "Berarti dia sudah menikah.." Kata Ichigo, lebih tepatnya kata-kata itu ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Tentu saja belum, baka!" Rukia kesal pada kedua pangeran gaje itu.
"Kalau begitu itu anak siapa?" Ichigo dan Renji menyerangnya bersamaan.
"Ya ampun...!" Rukia terlihat benar-benar frustasi, "Tuhan.. kenapa kau ciptakan dua mahluk ini?" Ratapnya. "Dengar ya.. Hufftt..." Rukia mengambil nafas. "Aku tidak hamil! Tidak semua 'huweks' itu berarti hamil! Dan kau, Renji, jangan pernah menonton TV lagi!" Rukia kini mengerti kenapa orang-orang meributkan undang-undang penyiaran.
"Haahh..?" Renji protes, dia mulai suka nonton TV sekarang.
"Stoopp..!" Rupanya Rukia tidak menerima segala bentuk protes. "Aku mau siap-siap ke sekolah!" Rukia memutuskan menghentikan diskusi aneh bin nggak ajaib itu sebelum Renji memaparkan pengetahuan-pengetahuan sesat lain yang didapatnya dari nonton acara tidak jelas.
"Maaf nona kecil.." Ichigo memegang bahu Rukia, menghentikannya yang mencoba berdiri. "Kau jadi hamil atau tidak..." Ichigo tampak serius dengan ucapannya. "Sepertinya kau harus istirahat di rumah hari ini.."
"Apa?" Rukia tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Sudah setahun, sejak orang tuanya meninggal, tidak ada lagi yang menghawatirkannya seperti itu.
"Iya.." Renji menyambung. "Sepertinya kau harus istirahat, Rukia.. Kemarin kau terlalu memaksakan diri.."
"Tapi.. ini sudah minggu terakhir sebelum liburan musim panas.. dan aku sudah bolos dua kali di awal minggu ini.." Rukia ingat dua hari yang lalu dia bolos gar-gara bangun kesiangan dan kemarin dia pingsan di sekolah, jadi otomatis sudah dua hari berturut-turut dia tidak mengikuti pelajaran.
"Jangan bandel.. Kirim saja pesan pada temanmu.. Kau bisa pakai kupu-kupu neraka kan?" Ichigo bersikeras.
Rukia memasang tampang nelangsa. "Aku nggak perlu teknologi primitif itu.." Dia lalu mengambil ponselnya dia meja di samping tempat tidurnya.
"Apa itu?" Tanya Renji antusias.
"Ini ponsel alias telepon genggam.." Kata Rukia.
"Untuk apa benda itu?" Renji memperhatikan dengan seksama.
"Hhmm.. fungsinya kurang lebih sama dengan kupu-kupu neraka kalian.. Bisa untuk menyampaikan pesan.. Yah intinya ini benda untuk berkomukasi.." Rukia enggan menjelaskan fungsi fitur-fitur lainnya. Kalau dia menjelaskan tentang internet, kamera, mp3 player, bisa-bisa fic ini keburu tamat sebelum Renji mengerti.
Rukia memencet-mencet keypad ponselnya, berusaha menghubungi Tatsuki. Obrolan tidak penting di pagi hari itu telah menghabiskan waktunya untuk bersiap pergi ke sekolah. Kalau pun dia memaksakan diri tetap masuk sekolah, dia akan terlambat dan dihukum Mayuri-sensei yang terkenal kekejamannya.
"Moshi-moshi Tatsuki.." Rukia mengucapkan salam setelah orang di seberang mengangkat telepon. "Aku sepertinya tidak bisa sekolah hari ini.. Ah kenapa? Ehh.. itu.. A..aku masih sakit.." Rukia bingung mencari alasan, dia paling tidak bisa berbohong. "I..iya.. karena pingsan kemarin itu.. O..o.. itu kata dokter harus istirahat hari ini.."
SRETTT... Ichigo merebut ponselnya. "Dia harus istirahat paling tidak seminggu.." Kata Ichigo santai.
"Jangan lebay deh.." Bisik Rukia sambil mengambil kembali ponselnya. "Ah Tatsuki.. Tadi itu.."
"TADI ITU SIAPA?" Teriakan Tatsuki di telepon membuat Rukia menjauhkan ponsel 20cm dari telinganya.
"Oh.. bukan siapa-siapa.." Jawab Rukia cepat.
"AAHHH..!" Kali ini Renji yang berteriak. "Masakanku!" Renji lari ke dapur.
"Oh iya..!" Ichigo ikut-ikutan chef-nya berlari ke dapur.
"Itu siapa lagi?" Selidik Tatsuki. "Mereka yang kemarin ya..?"
"Eehh.. iya.. hehe." Rukia ketawa garing.
"Pacarmu?" Tatsuki kedengarannya penasaran sekali.
"Bukaannn..." Muka Rukia memerah.
"Lalu..?" Tatsuki makin menggodanya.
"Itu.. anak dari sepupunya saudara jauh ibuku yang menikah dengan paman dari..."
"Ah sudahlah.." Sela Tatsuki. "Mayuri-sensei sudah masuk kelas.. Bye Rukia.. cepat sembuh ya.. Salam sama pacarmu.. hehehe" Tatsuki suskes memuat Rukia merah.
"Aah Tatsuki..." Rukia menggelembungkan pipinya. "Arigatou.. Bye.."
Sementara itu di dapur...
"Fiuuuhhh...Untung nggak kebakaran.." Ichigo menyeka keringatnya.
"Ichigo.." Panggil Renji.
Ichigo cepat-cepat menoleh, merasakan perubahan nada suara Renji yag mendadak jadi serius. "Apa..?"
"Kita sudah terlalu lama membuang-buang waktu di sini.."
"Baru juga 3 hari.." Ichigo berusaha terdengar secuek mungkin, tapi di dalam hatinya, dia merasakan kegelisahan yang selama dua malam ini mengganggunya.
"Jangan bodoh!" Renji tidak membentak, tapi suaranya terdengar dingin. "Kau tau perbedaan waktu dunia manusia dan dunia setan.."
Ichigo cuma bisa diam. Dia tau betul hal itu. Waktu di dunia setan bergerak sepuluh kali lebih cepat daripada di dunia manusia. Itu artinya sudah hampir 30 hari mereka meninggalkan kerajaan. Ichigo sudah menyadari itu, sudah dua hari dia memikirkannya. Dia hanya berusaha membohongi dirinya dan Renji, kalau mereka baru menghabiskan sedikit waktu jadi masih tersisa cukup banyak waktu untuk dihabiskan di rumah ini..
"Hei.. Ichigo.." Panggil Renji saat menyadari sepupunya itu tidak menyimaknya.
"Iya aku tau.." Jawab Ichigo ketus. Usaha membohongi dirinya tidak berhasil. Waktu memang tidak pernah mau menunggu.
"Kita harus kembali.." Renji melambatkan ucapannya.
"Tapi.." Ichigo spontan menyuarakan ketidakrelaannya.
"Apa..?"
"Eh.." Ichigo berpikir keras mencari alasan. "Itu.. Kita kan beum mendapatkan kekuatannya.." Akhirnya dia menemukan alasan yang pas untuk tetap berada di tempat itu.
"Aku tidak bisa merebut kekuatannya.." Renji tersenyum, "Dia bisa mengubahku jadi kucing kapanpun dia mau.. Bagaimana denganmu?"
"Aku... Dia menyelamatkan nyawaku.. Aku bukan setan yang tidak tau balas budi.." Ichigo memalingkan wajahnya.
"Jadi.. kita tidak punya alasan lagi untuk berada di sini.." Renji membaca gelagat Ichigo.
"Kalau kita tidak mengambil kekuatannya.." Ichigo menoleh pada Renji. "Apa... mereka juga tidak akan melakukannya? Apa dia juga tidak akan melakukannya?"
"Aku tidak bisa bilang 'tidak'..." Renji sangat tau bagaimana kekusaan bisa membuat orang rela melakukan segalanya. "Mereka membutuhkan kekuatan itu untuk naik tahta.. Dia juga pasti menginginkannya.."
"Kalau mereka.. atau dia.. mendapatkan kekuatan itu.. Mereka akan berkali lipat lebih kuat, apa kita masih akan bisa menghentikan semua ini..?" Ichigo mencoba bersikap realistis.
"Aku tidak tau..." Renji menghela nafas, suaranya terdengar sangat lelah.
Sementara itu, Rukia yang berdiri di luar dapur tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka.. Dia mematung, merasa tidak sanggup beranjak dari sana.
RUKIA'S POV
Aku tau, sudah tau sejak awal bahwa tujuan mereka datang ke sini adalah untuk merebut kekuatanku.. Mereka juga sudah mengatakannya berkali-kali..
Tapi kenapa, sekarang mendengar mereka membicarakan ini aku malah merasa sakit?
Ichigo sudah bilang, dia akan merebut kekuatanku bagaimana pun caranya. Waktu itu aku tidak merasakan rasa sakit ini.. Tapi kenapa sekarang berbeda? Kenapa mendengarnya bicara begitu mendadak terasa menyakitkan..?
Sarapan yang dingin dan canggung.. Mereka duduk di meja makan dalam diam, hanyut dalam pikiran masing-masing..
"Aku sudah selesai.." Rukia meletakkan sumpitnya di meja.
"Aku juga.." Ichigo membereskan sisa makanannya. "Nah babon, sekarang giliranmu mencuci piring! Hahahaha.." Ichigo berusaha mencairkan suasana, menaruh tumpukan piring dan mangkuk kotor di hadapan Renji.
"Ah iya.." Tidak disangka Ichigo, Renji bereaksi diluar perkiraannya. Terlalu kalem untuk ukuran seorang Renji. Dalam keadaan normal, minimal Renji akan mencak-mencak dan menolak. Tapi keadaan ini memang abnormal, buktinya Renji sudah mengangkut perabotan kotor ke tempat cuci.
Rukia berdiri dari duduknya, ia memandang Ichigo, mengerti benar kalau usahanya barusan gagal total. Ia bisa melihat kebingungan di mata mahluk oren itu. Ichigo yang merasa diperhatikan, lalu menoleh..
"Rukia, ada apa?"
Rukia tersenyum kecut. "Ayo ke ruang tamu.." Karena Ichigo tidak bereaksi, Rukia melanjutkan kalimatnya. "Aku akan menyembuhkan sisa lukamu tempo hari.."
"Oh.. bekas gigitan Komamura itu.." Ichigo mengusap lukanya yang sudah menutup. "Aku sudah tidak apa-apa kok.." Dia menunjukkan seringai lebarnya, berusaha berbohong. Padahal meskipun lukanya sudah menutup sempurna, tapi terkadang masih terasa sakit dan berat. "Lagipula kemarin kau terlalu menguras tenaga.. Kau harus istirahat.."
"Aku sudah cukup istirahat.." Rukia menguatkan diri dan hatinya. "Lagian.. janji adalah hutang.. Jadi harus dibayar.. Ayo cepat!" Rukia pura-pura galak.
"Iya nona kecil..." Ichigo menggeser kursinya. 'Setidaknya.. aku harus menikmati saat-saat ini..' pikirnya.
Berapa kali pun melihatnya, Ichigo tetap saja terpesona pada cahaya hangat keunguan itu. Dia bisa merasakan kekuatan Rukia yang lembut, nyaman dan menenangkan.
'Rasanya aku sanggup memberikan apa pun hanya supaya bisa seperti ini terus sepanjang hidupku..' katanya dalam hati. 'Eeehh tungggu, apa yang kupikirkan? Ini tidak boleh terjadi kan..'
"Hei.. jangan gelisah begitu dong.. Penyembuhannya bisa lama nih.." Tegur Rukia dengan kesal. Pasien satu ini tidak pernah bisa diam.
"Iyaa.." Kata Ichigo dengan nada sok cuek. "Punggungku sakit tau, dari tadi duduk begini.." Dengusnya.
"Tahan dong! Sebentar lagi selesai!" Omel Rukia.
SSRRRRRRRR...
"Apa itu?" Renji muncul dengan cepat dari dapur. Rukia dan Ichigo spontan langsung berdiri begitu merasakan kehadiran reiatsu aneh itu.
"Ada yang datang.." Bisik Rukia seraya menghampiri pintu. Tapi ada lengan besar yang menghalangi jalannya.
"Biar aku saja.." Kata Ichigo dengan tegang.
"Tunggu.." Renji menyusul Ichigo yang sudah mencapai pintu terlebih dahulu.
"Oh ya ampun.. Tak kusangka yang membuka pintu adalah kalian berdua.." Terdengar sebuah suara berseru dari halaman.
"Ichimaru Gin.." Renji mengepalkan tangannya.
"Hmm.. Sambutanmu sangat tidak ramah, pangeran.. Jangan lupa, aku juga seorang bangsawan.." Kata pria bernama Ichimaru Gin itu sambil mengembangkan senyum khasnya, senyum rubah..
"Siapa..?" Rukia yang tiba-tiba muncul dari sela-sela tubuh Renji dan Ichigo yang memenuhi pintu masuk. Tiba-tiba Rukia tercekat. Pria berambut putih di depannya menggunakan pakaian yang sama dengan Ichigo dan Renji, dan terlihat tampan. Tapi bukan itu yang membuatnya kehilangan kata-kata. Ada sesuatu dari pria ini yang membuatnya merasa tidak nyaman. Bukan perasaan takut, Rukia tidak pernah taku pada setan mana pun.. Tapi seringai pria itu membuatnya merinding.
"Halo nona.." Sapa Gin seraya mendekat.
"Berhenti di sana, Gin.." Kata Ichigo dingin, dia mulai melangkah maju, diikuti oleh Renji.
"Wah.. wah.. aku cuma bermaksud menyapa tuan rumah.."
"Kenapa kalian di sini?" Tanya Ichigo tajam. Ya, bukan Cuma Gin, ada satu pria lagi di sana, berjalan dalam diam di belakang Gin. Dia menggunakan kimono putih, tanpa sedikit pun ekspresi di wajahnya.
"Harusnya aku yang bertanya kan..?" Gin masih tetap tersenyum. "Kenapa kalian berdua ada di tempat Rukia Kurosaki.." Gin membuka sedikit matanya yang sipit.
"Kau mengenalnya, Rukia?" Tanya Renji.
"Tidak.." Rukia berusaha mengendalikan perasaannya dan berjalan mendekat. "Siapa mereka?"
"Aku Ichimaru Gin, dan ini kepala pasukan divisi empat dari kerajaan setan, Ulquiorra.."
"Mau apa kalian?" Kali ini Rukia sudah berdiri di depan Ichigo dan Renji.
"Tentu saja.. kami menginginkanMU.." Tiba-tiba Gin bershunpo dan muncul tepat di hadapan Rukia, dan menyentuh dagunya.
"Menyingkir kau!" Ichigo mengayunkan pedangnya ke arah Gin, tapi dia sudah bershunpo lagi kembali ke tempatnya semula.
"Kalian tidak akan mendapatkan apa-apa.." Kata Renji tajam. "Kembalilah ke kerajaan, ini perintah!"
"O..o.." Gin menggoyang-goyangkan telunjukknya tepa di depan seringai rubahnya. "Kau tidak bisa memerintahku sebelum kau naik tahta, pangeran.." Katanya mengingatkan. "Serahkan gadis itu.."
"Tidak akan.." Geram Ichigo.
"Kalau begitu kami akan mengambilnya dengan paksa.." Setan bernama Ulquiora buka suara.
"Coba saja kalau kau bisa, Ulquiorra.." Tantang Ichigo. "Aku harap diangkat menjadi kepala pasukan divisi empat tidak membuatmu lupa sampai mana tingkat kekuatanmu.."
Ulquiorra menghhunus pedangnya, Ichigo telah bersiap-siap menyerang..
"Hentikan.." Kata Rukia tajam. "Pergilah dari sini.."
"Hanya jika bersamamu, nona.." Sahut Gin..
"Aku sudah memperingatkan kalian.." Rukia tersenyum tipis.
"Aku juga sudah memperingatkanmu nona.."
SRREEETT.. Gin tiba-tiba muncul di samping Rukia dan mencengkram tanganya.
"Hakuren!" Rukia mengacungkan pedang ke arah Gin, seketika badai es muncul, menghantam dan berusaha menghentikan Gin. Tapi Gin mengelak di waktu yang tepat, meskipun sebagian lengan kanannya membeku.
"Cih.. rupanya tidak akan mudah.." Seringainya bertambah lebar.
"Zabimaru...!" Renji menyerang Gin dari belakang, tidak memberikan kesempatan padanya untuk mendekati Rukia lagi.
"Rukia, mundurlah!" Seru Ichigo yang sedang menahan serangan Ulquiorra.
"Cero.." Sebuah cahaya menghantam Ichigo saat dia berusaha memperingatkan Rukia.
"Ichigo!" Rukia berlari menghampiri Ichigo yang terpental jauh.
"Ichigo?" Renji tidak kalah kaget.
"Kau melihat kemana, hah?" Kata Ichimaru saat pedangnya tiba-tiba memanjang dan menjangkau dada Renji. Renji berusaha menghindar, tapi lengannya kirinya tertebas juga..
"Cih.." Dengus Renji saat menyadari bahwa lengan kirinya tidak bisa digerakkan.
"Ucapkan selamat tinggal pada tahtamu, Renji.." Pedang Gin melaju ke arahnya..
"Renji awas!" Rukia berteriak histeris..
Dan seketika itu...
"AAAARRGGHHHH..."

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.