The Devils Beside Me VI

Chapter 6 : The Snake and The Fox
"Cih.." Dengus Renji saat menyadari bahwa lengan kirinya tidak bisa digerakkan.
"Ucapkan selamat tinggal pada tahtamu, Renji.." Pedang Gin melaju ke arahnya..
"Renji awas!" Rukia berteriak histeris..
Dan seketika itu...
"AAAARRGGHHHH..." Gin meraung.
"Hakuren!" Rukia tidak mau membuang waktu.
TRAANGGG.. Pedang Gin menghamtam perisai es yang dibuat Rukia untuk melindungi Renji.
"Aaarrggghhh..." Gin meringis, mencoba mlirik ke sebelah kanannya untuk melihat apa yang membuatnya meraung tadi. Sesosok mahluk besar menyerupai anjing rupanya telah menancapkan taring dan kukunya di pundak kanan Ichimaru Gin, yang membuatnya kehilangan fokus saat menyeran Renji tadi.
Rukia telah menghentikan langkahnya untuk mendekati Ichigo. Ulquiorra telah berdiri di hadapannya. Dari sudut matanya, dia melihat Ichigo berusaha bangun meskipun keningnya penuh darah. Di arah yang berlawanan, Rukia melihat Renji tetap diam di tempatnya, sementara Gin berusaha melepaskan diri dari Komamura yang semakin dalam menancapkan taringnya. Renji sadar sepenuhnya, kemana pun dia lari, pedang Gin pasti mampu mengejarnya, jadi berlindung di balik perisai es adalah pilihan terbaik saat ini.
Rukia terkejut, Ulquiorra mendekatinya dengan shunpo kecepatan tinggi.
"Hado ke-31!" Teriak Rukia sambil berusaha menghindari Cero Ulquiorra.
BLLAARRR... Hado dan Cero saling menabrak dan menimbulkan ledakan.
"Rukia...!" Panggil Ichigo seraya berlari menghampirinya.
"Aku tidak apa-apa.." Jawab Rukia, "Bantu saja Renji.."
Renji telah mengeluarkan bankainya dan besiap menyerang Gin yang masih berkutat dengan gigitan Komamura.
"Hihiou Zabi..."
BLAAARRRRR... Ucapan Renji terpotong oleh ledakan besar di hadapannya, untungnya dia segera melesat sebelum dinding es di depannya pecah dan menghujaninya dengan serpihan-serpihan tajam.
"Apa itu..?" Renji mempertajam pengelihatannya. Rupanya Gin yang sudah terdesak memutuskan untuk meledakkan reaisunya untuk melepaskan diri dari Komamura.
Komamura menghilang, yang terlihat sekarang hanya Gin dengan bahu tercabik. Sekarang mereka imbang, hanya bisa bertarung dengan satu tangan.
Tanpa membuang kesempatan, Renji melancarkan serangan.. "Hihiou Zabimaru!" Kerangka ular meliuk mendekati Gin dengan kecepatan super dan membidiknya dengan cahaya merah. Namun Gin mengayunkan pedangnya yang memanjang tiba-tiba dan membelah cahaya merah itu sebelum mengenainya. Gin bergerak menghindar dengan gesit untuk ukuran mahluk yang terluka parah. Renji menyesuakian gerakan dengan Gin, berusaha menyerang lagi..
Sementara itu, Rukia dan Ichigo masih menghadapi Ulquiorra..
"Aku belum selesai denganmu.." Tanpa menunggu ucapannya ditanggapi, Ichigo sudah menyerang Ulquiorra. Hanya sesaat saja kemudian keduanya sudah beradu pedang, beradu kekuatan, cahaya merah dan hitam melesat ke segala penjuru.
Di tengah semua kekacauan itu, Rukia melakukan penelusuran Reiatsu, mencari sesosok mahluk yang tadi menghilang, Komamura..
"Di mana dia? Kenapa bisa hilang begitu saja?" Pikir Rukia dengan cemas. Rukia samar-samar merasakan reiatsu Komamura yang tidak stabil. Rupanya ledakan reiatsu Gin mengganggu keseimbangan roh Komamura. "Syukurlah.." katanya perlahan dan kembali fokus pada pertarungan di hadapannya. Ichigo dan Ulquiorra masih bertarung dengan sengit..
Pedang Gin dan ular Renji masih saling menyerang, keduanya adalah senjata yang ideal untuk pertempuran dalam jarak jauh, tapi mereka lupa satu hal..
SRRRRRR... Tiba-tiba Gin bershunpo tepat sebelum kepala Zabimaru menerkamnya. Gin muncul di belakang Renji, dengan kerangka Zabimaru yang terjulur jauh dari tuannya, maka pertahanan Renji melemah, dan Gin rupanya mampu memahami kondisi itu. Di belakang tubuh Renji, dengan cepat Gin memanjangkan pedangnya..
"Bakudo ke-61" Seru Rukia ke arah Gin, yang gerakannya terkunci oleh enam berkas cahaya yang mengelilingi tubuhnya.
"Haku..." Rukia terlambat.. Tubuh Renji telah tertembus pedang Gin sebelum ia selesai membuat perisai untuk melindungi Renji. "Renjiiii...!"
Dengan sisa-sisa kekuatannya Renji mencoba untuk berdiri, Rukia berlari menghampirinya.
Gin menyeringai, dia yakin Renji tidak mungkin baik-baik saja setelah pedang menembus punggungnya.
"Komamura..." Bisik Rukia sambil membantu Renji menyeimbangkan tubuhnya.
GGGRRRRR...
"AARRGGGHHH...!" Gin berusaha menahan sakit akibat terkaman Komamura tepat di luka yang tadi. Tenaga Komamura jadi berlipat ganda karena nafsu membunuh dan emosi negatif yang dipancarkan Gin juga bertambah.
"Tuan Ichimaru.." Desis Ulquiorra. Segera ia membuat Ichigo mundur beberapa langkah dan kabur menghampiri Gin..
"Kau tidak akan kemana-mana!" Rukia menghadang dengan pedang putihnya.
"Cero.." Ulquiorra mengarahkan serangan ke cahaya Bakudo yang mengunci gerakan Gin.
PRRAANGGGG... Bakudonya pecah sehingga memungkinkan Gin untuk membalas serangan Komamura.
"Tsukishiro...!" Rukia mengambil kesempatan itu untuk mengurung Ulquiorra dalam pilar esnya. "Ichigo! Cepat bawa Renji masuk!"
Ichigo bershunpo menghampiri Renji dan memapahnya ke dalam rumah.
Rukia mengahmpiri Komamura yang asik 'bermain' dengan Gin.
"Hado ke-4!" Cahaya menyerupai kilat memisahkan pertarungan Gin dan Komamura.
"Hado ke-33" Cahaya biru meledakkan Gin... Tapi sesuatu melesat dari arah ledakan..
"Bakudo ke-81!" Sebuah dinding transparan muncul di hadapan Rukia dan menahan pedang Gin.
"Hiyaaahhh.." Pedang Gin berusaha menembus Bakudo Rukia.
"Hado ke-31!" Cahaya merah menyerang Gin, bersamaan dengan itu Rukia melompat menghindar.
BLAARRRR...
"Hakuren!" Rukia tidak mau membuang waktu, Gin membeku dalam gundukan es Rukia.
TRAAANGG...
Rukia menoleh.. pilar es yang mengurung Ulquiorra pecah.. Perlahan Ulquiorra keluar, tubuhnya sudah membiru, gerakannya goyah, bisa dipastikan sebagian syaraf di tangan dan kakinya mati, sehingga ia tidak bisa mengontrol tubuhnya.
KKEERRRTTT... Es yang mengurung Gin retak, reiatsu Gin memancar dari dalamnya.
"Cero.." Ulquiorra mengarahkan telunjuk pada gadis di depannya.
BLAAARR.. Cero itu bertabrakan dengan cahaya hitam yang berpendar merah.. Mengetahui ada bala bantuan datang, Rukia segera memofuskan diri pada Gin yang tengah merangkak keluar dari serpihan es.
"Tensa Zangetsu!" Ichigo menghantam telak Ulquiorra, dia terkapar, lalu musnah jadi abu.
"Tsukishiro!" Rukia memunculkan lingkaran di permukaan tanah yang diinjak Gin.
Gin bershunpo segera bershunpo, tapi sebagian kaki kirinya mulai membeku..
"Cih..." kata Gin sambil membuka Garganta dan segera menghilang di dalamnya.
"Getsuga..." Ichigo terlambat, Garganta itu telah menutup...
Renji terbaring di atas futon, cahaya bening keunguan menyelimutinya.. Rukia dan Ichigo duduk diam di kanan kirinya, menatapnya dengan mata cemas..
"Hei...Jangan melihatku begitu.. Aku kan belum mati.." Renji mengeluarkan cengiran khas babonnya.
"Babon jelek sepertimu mana mungkin mati! Malaikat maut keburu kabur duluan gara-gara melihat tampangmu tau!" Ichigo lega karena Renji sudah bisa bercanda, itu artinya dia akan segera pulih. Renji punya daya tahan yang sangat tinggi.
"Lihat sendiri tampangmu jeruk! Nggak lebih tampan dari aku.."
"Kalian berdua.." Rukia menggelembungkan pipinya dengan kesal. "Di saat-saat begini masih saja bisa tertawa! Dasar abnormal.."
"Habis.. Muka kalian seperti mau memakamkan aku.." Renji menyeringai.
"Jangan banyak bicara!" Potong Rukia, "Lukamu parah begini.."
"Bodoh sekali kau sampai dikalahka Gin.. Sudah begitu, dia berhasil kabur lagi.." Ejek Ichigo.
"Memangnya itu siapa? Kalian kenal?" Tanya Rukia.
"Dia salah satu keluarga bangsawan di Kerajaan Setan, yang sudah lama ingin menggulingkan kekuasaan keluarga kami." Jawab Renji.
"Yang mana bangsawan? Yang berkimono putih atau yang berhaori seperti kalian?"
"Yang berhaori, namanya Ichimaru Gin! Tadi kan dia sudah memperkenalkan diri, masa kau nggak dengar?" Ichigo berkacak pinggang.
"Dia kan cuma bilang namanya saja! Dari mana aku tau dia bangsawan atau bukan, dia kan juga nggak memperlihatkan akte kelahiran!" Rukia menghadiahkan deathglare-nya pada Ichigo.
"Kimono hitam dan haori putih itu adalah pakaian yang dipakai keluarga bangsawan.." Jelas Renji. "Kalau kimono putih itu dipakai oleh pasukan kerajaan untuk membedakannya dengan rakyat biasa yang cuma pakai kimono hitam.."
"Ah iya.. aku ingat.. Pria rubah itu, siapa..? Ah iya Ichimaru.. Dia bilang kalo pria emo itu kepala pasukan nomor empat..?" Rukia berusaha mengingat-ingat. Susah memang karena baru saja memperkenalkan diri, mereka langsung terlibat dalam pertarungan.
"Kepala pasukan divisi empat.." Ralat Ichigo. "Di kerajaan kami, pasukan kerajaan dibagi dalam sepuluh divisi sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.. Tiap divisi dipimpin seorang kepala pasukan. Kesepuluh kepala pasukan itu adalah anggota elit kerajaan yang disebut 'Espada'.."
"Oohh.. Jadi si emo itu orang penting ya?"
"Iya.. Selain keluarga kerajaan, dewan istana yang terdiri dari keluarga bangsawan, panglima besar dan Espada termasuk kelompok sangat berpengaruh juga, karena mereka memiliki akses terhadap kemiliteran.. Masalahnya.." Renji menggantung kata-katanya dan melirik Ichigo.
"Masalahnya... Tidak semestinya para Espada yang dipimpin langsung oleh panglima besar, ikut serta dalam perebutan tahta.. Apalagi memihak salah satu keluarga bangsawan.." Ichigo melanjutkan penjelasan Renji.
"Jadi.. itu berarti.." Rukia bergidik.
"Iya.. artinya, peralihan kekuasaan kali ini benar-benar kacau, ini gawat.." Ichigo menekankan kata-katanya.
"Tapi bagaimana mungkin..?" Rukia menghentikan proses penyembuhannya dan membantu Renji duduk.
"Nii-sama bisa melakukan apa saja..Dia punya pengaruh yang sangat kuat di dalam istana.." Sambung Renji, "Aku akan menghentikan Nii-sama.. Aku harus pulang secepatnya.."
"Hahh..? 'Aku'..? Kau tidak memperhitungkan aku ya?" Ichigo tampak kesal.
"Lihat saja dirimu.. kepalamu masih berdarah-darah begitu. Kalau kau pulang, sama saja dengan bunuh diri tau!" Renji menunjuk-nunjuk dahi Ichigo.
"Aku tidak apa-apa! Justru kau harus menghawatirkan dirimu sendiri! Melawan Gin saja K.O, bagaimana kau mau mengalahkan Nii-sama?"
Renji tidak bisa membalas kata-kata Ichigo.
"Kita yang harus menghentikan Nii-sama! Kita yang harus menghentikan semua kekacauan ini! KITA!" Ichigo meninggikan suaranya.
"Heh stroberi baka! Aku yakin baru sampai perbatasan kerajaan saja kau pasti sudah pingsan!" Omel Renji. "Jangan bodoh Ichigo! Lagipula.. Gin sudah tau dimana Rukia berada.."
"Gin tidak akan mengadukan keberadaan Rukia pada Nii-sama, bodoh! Mereka bersaing memperebutkan tahta, apa untungnya bagi Gin kalau dia memberitahu Nii-sama? Justru dia akan rugi.. Kalau Nii-sama mendapatkan Rukia, Gin atau pun yang lainnya tidak akan punya kesempatan jadi raja!"
"Heii.. hei.." Rukia melerai, dia tak habis pikir kenapa sekarang dia yang jadi topik pembicaraan. "Kenapa malah aku yang kalian ributkan? Aku bisa jaga diri.."
"Dengar ya.." Renji tidak sabaran. "Kalau Gin dan Ulquiorra..."
"Ulqui.. siapa?" Rukia kesulitan mengeja nama itu.
"Ulquiorra! Si emo itu namanya Ulquiorra!" Ichigo menjelaskan dengan kesal.
"Kalau Gin dan Ulquiorra sudah tau keberadaanmu, Rukia.. maka tidak menutup kemungkinan kalau para bangsawan dan Espada lain akan segera mencium persembunyianmu.." Jelas Renji.
"Tapi aku kan tidak sedang sembunyi!" Protes Rukia,"Ini kan rumahku sendiri!"
"Yaah apalah itu.. terserah.." Gumam Renji tak peduli.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan kekuatan Rukia.." Kata Ichigo pada Renji, seolah orang yang mereka bicarakan tidak ada di sana.
"Iyaa.. Makanya kubilang tadi! Kau di sini dan aku pulang!" Renji semakin tidak sabaran.
"Eehh..? Kenapa aku?" Samar-samar terlihat rona merah di pipi Ichigo.
"Huufft.." Renji menghela nafas, berharap dengan begitu maka dia bisa lebih sabar menghadapi saudaranya yang lemot. "Pertama... Aku lebih tua, meskipun cuma lebih tua 20 tahun.."
"Kau memang sudah tua dari lahir.." Sahut Ichigo. PLETAAKK Jitakan Renji mendarat di kepala Ichigo.
"Kedua... Aku lebih berpengalaman.."
"Dalam hal kalah bertarung.." PLETAAKK
"Ketiga... Kau kan lagi sekarat!"
"Jangan lebay deh.." PLETAAKK
"Keempat! Yang calon raja kan aku!" PLETAAKK..
"Renji!" Teriak Rukia, "Jangan dijitak terus dong.. nanti kepala Ichigo tambah bocor!
Blushh.. muka Ichigo berubah merah, cepat-cepat dia memalingkan wajahnya. "Baiklah.. aku akan tinggal di sini sampai sembuh dulu! Setelah itu aku akan menyusul pulang! Jangan Protes!" Ichigo berusaha terdengar segarang mungkin.
"Bodoh! Saat kau pulang nanti, urusan di kerjaan pasti sudah kubereskan! Hahaha.." Renji sesumbar.
"Wah.. wah.. aku khawatir itu tidak akan terjadi.." Ledek Ichigo. "Kau kan calon raja nggak beres.."
"Apa?"
"Stooopppp!" Rukia menempelkan kedua telapak tanganya di jidat Renji dan Ichigo, berusaha mengehntikan pertengkaran nggak penting itu. "Aku akan segera menyembuhkan Ichigo dan mengirimnya pulang!"
"Baiklah.." Renji berdiri. "Aku pulang dulu ya.."
"Hati-hatilah Renji, jangan gegabah.." Nasihat Rukia.
"Iyaa nona kecil.." Renji membuka Garganta, pemandangan Gurun Hueco Mundo -perbatasan antara dunia manusia dan setan—terlihat di dalam lubang Garganta.
"Jangan melakukan hal-hal bodoh! Manfaatkanlah otakmu..!" Ichigo ikut-ikutan menasihati.
"Aku tidak sebodoh itu, kepala jeruk!" Renji melompat kedalam Garganta.. "Mmmm..." dia memikirkan kata-kata perpisahan. "Sampai jumpa.." Karena dia masih berharap bisa bertemu mereka lagi..
"Tidak.. tidak.. kau tidak bisa sekolah.." Ichigo menggeleng-gelengkan kepalanya. Pagi pertama setelah kepulangan Renji masih tetap diisi acara perang mulut.
"Tapi kaaann.." Rukia protes keras.
"Lebih baik kau istirahat dan memulihkan kekuatan untuk menyembuhkanku.." Ichigo berjalan ke luar dan menutup pintu kamar Rukia. "Jangan kabur!" Teriaknya dari luar.
"Setan bawel!" Rukia balas berteriak. Ia lalu bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi.
"Cepat, Rukia!" Seru Ichigo dari dapur. "Sarapannya sudah siap!"
"Ah.. iya..!" Rukia cepat-cepat menyelesaikan ritual mandinya.. "Eh tadi dia bilang apa? Sarapan..?" Rukia mengerutkan dahinya.. "DAPURKU...!" Teriaknya.
"Enak?" Ichigo menanyakan rasa makanan buatannya dengan antusias super tinggi.
"Ya ampuun.. nggak perlu seheboh itu nanyanya.. Kau kan cuma masak telor ceplok.." Rukia menggeleng-gelengkan kepala.
"Iyaa.. tapi bagaimana rasanya?" Desak Ichigo.
"Yaahh.. begitulah.. seperti telur pada umumnya.."
"Dasar pelit!" Dengus Ichigo.
Tiba-tiba lagu After Dark-nya Asian Kungfu Generation mengalun dari ponsel Rukia. Rukia menghentikan sarapannya dan mengangkat telepon..
"Halo..? Iya saya sendiri.." Rukia tampak serius mendengarkan. "Apa?" Wajahnya mendadak tegang. "Baik.."
"Ada apa?" Tanya Ichigo.
"Aku mau ke pantai..."
"Haahhh...?"

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.