The Devils Beside Me XI

Chapter 11 : Be Ware!
"Kenapa kau ada di sini?"
Rukia memutar kepala, menoleh pada sumber suara. "Kau...?" Namun tenggorokannya terasa tercekik. 'Tampan sekali...' Lanjut Rukia dalam hati, karena mulutnya menolak perintah otak untuk mengeluarkan suara. Rukia hanya bisa megap-megap sambil memandangi laki-laki di hadapannya. Laki-laki berambut hitam sebahu itu tampak begitu mempesona dengan kimono hitam dan haori putih bermotif kelopak sakura hitam pula.*)
"Aku tidak akan mengulang pertanyaanku..." Kata laki-laki itu dingin.
"..." Rukia masih menganga terpesona. 'Ya ampun... Ada juga yang seperti ini...'
"Kau bodoh atau tuli?" Kata-kata laki-laki tampan itu terasa telak menancap di ubun-ubun Rukia.
"Ka... Kau..." Rukia berusaha menyadarkan dirinya dari pesona yang ditebar laki-laki itu. Saat itu lah, indera keenamnya mulai bekerja normal dan menangkap 'keganjilan', yang tidak bisa dipahami Rukia.
"Terserah aku mau ada di mana. Itu bukan urusanmu!" Rukia menyadari kalimat yang tiba-tiba saja meluncur dari mulutnya pasti terdengar aneh, mengingat dia baru saja menunjukkan wajah terpesona-nya pada laki-laki itu.
"Urusanku karena ini wilayahku." Sahut laki-laki itu dengan iritnya.
"Baiklah! Kalau begitu, aku mau pulang ke kastilku saja! Puas?" Rukia langsung berbalik. 'Lama-lama bersama laki-laki ini bisa membuatku sesak nafas, bukan cuma karena karismanya yang luar biasa atau aura dinginnya! Tapi juga... Hei! Benar! Aku kenal reiatsu ini...' Rukia menghentikan langkah pertamanya untuk meninggalkan laki-laki itu. Bingung antara keinginan menoleh atau cepat-cepat kabur.
"Kastil?" Ulang laki-laki itu. "Jangan membuatku tertawa."
'Ini dia... Reiatsu ini...' Rukia sibuk berpikir. 'Mirip dengan reiatsu di kamar Yamamoto-sama...' Mata Rukia membulat, semakin ragu untuk menoleh ke belakangnya, ke arah laki-laki yang semenit tadi membuatnya terpesona.
"Kau pikir aku tidak tau siapa kau..." Laki-laki itu menggantung kalimat tanyanya, yang membuat Rukia makin terbelalak.
'Ini...' Pikir Rukia, 'Ini pasti DIA!'
"...Manusia?" Lanjutnya dengan nada melecehkan.
"Ap... Apa maksudmu?" Rukia memberanikan diri menatap mata abu-abu sosok itu.
"Jangan main-main denganku, manusia."
"Aku tidak... Aku tidak mengerti!" Rukia pesimis kebohongannya ini dapat meyakinkan laki-laki itu. Tapi dia merasa tidak pantas menyerah dan membuka kedoknya begitu saja di hadapan setan tampan ini.
"Kau bisa saja memanipulasi reiatsumu untuk mengelabui semua setan di sini." Laki-laki itu melangkah mendekati Rukia, "Tapi aku? Tidak akan bisa kau bohongi." Dia meletakkan tangannya di leher Rukia.
"Mau apa kau?" Rukia menggenggam pergelangan jari-jari kokoh yang melingkar di lehernya. "Lepaskan!"
"Tidak seharusnya kau berada di sini..."
"Lep..." Ucapan Rukia terputus, dia merasakan satu reiatsu yang dia kenal mendekat ke arah mereka. Rukia menoleh ke belakang. Samar terdengar suara derap langkah, namun siapa yang datang tidak terlihat karena terhalang oleh tembok koridor. "Ichi..." Bisiknya seraya dengan tergesa menepis tangan laki-laki itu.
"Ichimaru..." Laki-laki itu melanjutkan ucapan Rukia yang terputus.
Sementara Rukia blingsatan mencari tempat bersembunyi. Mengacak-acak rambutnya tanda panik, tanpa memperhatikan setan yang mau mencekiknya tadi. "Ah!" Pekiknya tertahan, lalu tanpa pikir panjang melompat ke semak berbunga di belakang setan tampan itu, tepat sesaat Ichimaru Gin menunjukkan batang hidungnya.
Sementara itu di dalam semak...
'Aduh bodoh!' Rukia memaki dirinya sendiri.. 'Kenapa aku malah sembunyi di sini sih?'
Rukia hendak melompat ke luar dari semak ketika melihat dari celah dedaunan, Ichimaru keluar dari bangunan istana dan memasuki taman. Rukia mengurungkan niatnya untuk kabur dan lebih memilih menyembunyikan reiatsunya. Semak itu cukup rimbun, sehingga bila manusia seukuran Rukia jongkok di dalamnya, maka tidak akan kelihatan dari luar.
"Byakuya-sama!" Rukia mendengar suara Ichimaru dari kejauhan.
'Ternyata setan itu benar-benar Nii-sama'nya Ichigo dan Renji... Tapi kok tidak mirip?' Rukia tenggelam dalam pikirannya, tapi tetap siaga satu, pasang mata dan telinga.
Gin mendekati Byakuya yang masih saja tidak merubah posisi maupun ekspresinya. Aura dingin Byakuya jelas memancar, tapi ternyata tidak bisa membekukan senyum rubah Gin yang semakin mengembang.
"Selamat siang, Byakuya-sama..." Sapa Gin dengan amat sangat terlalu bersahabat.
"Apa maumu?" Tanggapan dingin Byakuya membuat sweatdrop mahluk dalam semak, tapi tidak Gin. Kelihatan sekali bahwa dia kebal menghadapi badai salju macam Byakuya.
"Wah... Wah... kenapa kau begitu dingin?" Gin menyeringai kecil.
"Jangan basa-basi denganku." Kata Byakuya dengan ekspresi kau-mau-mati-cepat-ya-?-.
"Baiklah, Yang Mulia... Kenapa pangeran seperti anda bisa ada di tempat seperti ini sementara rapat dewan istana berlangsung?" Tanya Gin to the point sambil tetap mempertahankan senyum indahnya.
"Jalan-jalan." Jawab Byakuya singkat.
'Ya ampun... Mahluk itu irit banget sih! Kata-katanya limited edition!' Pekik Rukia dalam hati.
"Benarkah?" Mata Gin sedikit membuka, memperkuat kesan rubah di wajahnya. "Bersama siapa?"
"Menurutmu?"
"Entahlah... Tidak ada setan lain di sini..." Gin memandang sekitarnya.
"Tepat." Ucap Byakuya tajam. "Sekarang kau boleh pergi." Kata-katanya lebih terdengar seperti ultimatum daripada permintaan.
"Hmm... Baiklah..." Gin melangkah tenang melewati Byakuya. Namun, tiba-tiba terhenti tepat dua langkah di belakang punggung Byakuya. "Aku ke sini karena dari jauh mendengarmu bercakap dengan seseorang." Lanjutnya, "Siapa dan dimana dia?"
"Tidak ada untungnya bagiku menjawab pertanyaanmu." Sahut Byakuya ketus.
"Begitu?" Gin melirik Byakuka sepintas. "Apa dia begitu penting hingga kau menyembunyikannya dariku?"
"Aku tidak pernah mengganggapmu begitu penting hingga aku harus menanggapi semua omong kosongmu." Kalimat panjang Byakuya rupanya berefek.
"Cih..." Cibir Gin sebelum dia pergi dari tempat itu.
Setelah reiatsu Gin menghilang perlahan, Rukia muncul dari kerimbunan semak-semak. Byakuya masih berdiri di sana, memandang kolam dengan tatapan aneh.
"Kembalilah ke duniamu." Suruh Byakuya tanpa menoleh sedikit pun.
Rukia tau Byakuya bicara padanya, tapi dia lebih memilih tidak menjawad dan berjalan perlahan mendekati Byakuya, sambil membersihkan dedaunan dan ranting di atas kepalanya. "Te... Terimakasih!" Ucap Rukia sambil agak membungkuk.
"Untuk?"
"Menyelamatkanku..."
"Aku tidak melakukannya."
"Tapi kau tadi kan tidak mengatakan persembunyianku pada Ichimaru..." Kata Rukia polos.
"Aku hanya tidak suka urusanku dicampuri." Potong Byakuya.
"Terserah! Tapi aku tetap berterimakasih!" Kata Rukia seraya tersenyum.
Byakuya membalikkan badannya. Lalu berjalan perlahan meninggalkan Rukia, "Kali ini mungkin aku menyelamatkanmu." Byakuya semakin menjauh, namun Rukia masih bisa mendengarnya berkata, "Tapi bukan berarti lain kali aku tidak akan membunuhmu."
"Aku kenal mata itu, Byakuya. Kau tidak bisa menipuku..." Bisik Rukia pada punggung sang pangeran yang perlahan menghilang di dalam istana.
"Rukia...!" Rukia mendengar teriakan dari belakang tubuhnya. Reiatsunya, suaranya... Sudah sangat familiar...
Rukia berbalik dan bersiap-siap mengomel, "Ichigo!" Pekiknya, "Orang suruhanmu itu telah membuatku nyasar tau!"
Bukannya menanggapi Rukia, Ichigo malah bertanya, "Itu tadi, Nii-sama kan? Aku merasakan reiatsunya, makanya buru-buru ke sini!"
"Iya. Itu Byakuya-sama..." Rukia memandang ke arah Byakuya menghilang tadi.
"Kau tidak apa-apa? Dia tidak melakukan apa-apa padamu kan?" Ichigo memberondong Rukia dengan pertanyaan.
"Tidak." Rukia tersenyum.
"Syukurlah!" Ichigo menepuk-nepuk kepala Rukia, "Tadinya ku pikir kau kenapa-napa..."
"Mana Renji?"
"Dia masih di ruang dewan istana. Aku kabur karena khawatir padamu, habis Hanataro itu ceroboh sekali..." Ichigo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalian sama bodohnya!" Omel Rukia yang berusaha menahan senyum malunya.
"A... Ayo pergi dari sini!" Ichigo berjalan mendahului Rukia, menyembunyikan pipinya yang kemerahan.
"Ichigo!" Rukia berlari-lari kecil berusaha menyejajarkan langkahnya dengan Ichigo.
"Hm...?"
"Aku pikir..." Rukia ragu menyelesaikan kalimatnya.
"Apa?" Ichigo menghentikan langkahnya, mencurahkan perhatian penuh pada apa yang akan didengarnya dari mulut Rukia.
"Aku pikir... Ehmmm... Mungkin Byakuya tidak jahat..."
"Haah...?" Ichigo terperangah.
"Jadi Retsu-san, tolong siapkan kamar untuk Kuchiki-san ini..." Renji memperkenalkan Rukia pada kepala pelayan istana, Unohana Retsu.
"Baik, Renji-sama. Saya akan mempersiapkan satu kamar tamu untuk Kuchiki-sama." Unohana Retsumembungkuk sedikit lalu melangkah pergi.
"Oi... Ichigo?" Rukia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ichigo, meski dengan sedikit berjinjit. "Ichigoooo...?"
"Ah...!" Ichigo tampaknya baru sadar dari lamunannya. Dia celingak-celiguk seperti mencari-cari sesuatu. Matanya berhenti pada punggung Unohana Retsu yang ketika itu membelok di koridor. "Retsu-san!" Panggil Ichigo sambil berlari mengejarnya.
"Mau apa dia?" Tanya Rukia pada Renji, saat Ichigo telah menghilang di belokan koridor.
"Entahlah..." Renji mengangkat bahu. Renji berjalan ke arah meja. Ruang makan itu sangat megah, dengan meja persegi panjang di tengah ruangan dan masing-masing 10 buah kursi di sisi kanan dan kirinya serta masing-masing satu kursi di tiap ujungnya. Renji menarik kursi terdekat dan menghempaskan dirinya di sana. "Duduklah dulu... Katanya tadi kau habis nyasar ya?" Renji nyengir kuda sambil menarikkan satu kursi untuk Rukia.
"Habis... Hanataro itu meninggalkanku begitu saja..." Rutuk Rukia seraya duduk di sebelah Renji. "Oh iya... Apakah Unohana-san itu juga orang kepercayaan kalian?"
"Tentu! Dia yang merawat kami bertiga dari kecil!" Jawab Renji sambil tersenyum.
"Bertiga...?" Ulang Rukia ragu.
"Iya... bertiga dengan Byakuya Nii-sama... Orang tua kami meninggal dalam pertempuran saat kami masih kecil." Lanjut Renji dingin.
"Ma... Maaf..." Rukia hanya menggigit bibir. Dia selalu merasa sesak setiap mengingat orang tuanya yang telah meninggalkannya selama satu tahun. Rukia bisa memahami perasaan Renji yang telah lebih dari seratus tahun kehilangan orang tua.
Sesaat setalah obrolan 'tidak mengenakkan' antara Renji dan Rukia. Ichigo, Renji dan Rukia sudah berkumpul lagi di ruangan itu untuk makan malam. Mereka makan dalam diam, selain untuk menjaga tata krama seorang bangsawan, tapi lebih karena mereka larut dalam pikiran masing-masing...
"Anda mau menambah puding pisang saus stroberi, Renji-sama?" Tanya seorang pelayan yang sukses memecah keheningan di ruangan besar itu.
"Tidak..." Jawab Renji setengah sadar. Karena kalau dalam keadaan sadar sepenuhnya, dia pasti menghabiskan segala makanan berbahan dasar pisang.
"Kuchiki-sama..." Panggil salah satu pelayan.
"Tidak..." Ucap Rukia pelan.
"Ah... Kuchiki-sama...?" Pelayan lain ikut-ikutan memanggil.
"Dia kan sudah bil..." Ichigo tercekat. Ekspresi horor memenuhi wajahnya saat melihat bayangan yang terpantul di jendela di seberang tempat duduknya. Seseorang sedang melangkah masuk, dan itu berarti orang itu berjalan di belakang mereka. Spontan saja Ichigo melompat berdiri, menarik –tepatnya menyeret—Rukia pergi dari situ.
"Ichi..." Pekik Rukia kesakitan. "Hmmp!" Tangan Ichigo yang bebas langsung saja membekapnya.
"Oi..." Renji kebingungan melihat adegan 'penculikan' di depannya.
"Sttt..." Bisik Ichigo sambil berusaha memberi kode dengan kedipan-kedipan mata.
"Haaaahh...?" Renji hanya melongo tidak berdaya menerjemahkan kode tidak bermutu yang diberikan Ichigo. "Apa sih...?" Renji berdiri bermaksud menghampiri Ichigo dan Rukia yang sudah menghilang ke arah dapur, tapi langkahnya terhenti karena mendengar suara langkah lain di belakangnya...
"..." Renji terlalu terkejut untuk bersuara.
Sementara Ichigo membawa Rukia bersembunyi di belakang lemari perabotan.
"Sstt!" Bisik Ichigo sebelum Rukia bisa protes.
"Ada apa sih?" Bisik Rukia dengan galak. Dia lalu menyembulkan kepalanya di sisi lemari, mencoba mengintip siapa yang datang dan mengganggu ketenangan makannya. "Itu siapa?" Rukia melihat seorang kakek-kakek berambut uban sebahu, mengenakan kimono hitam dan haori putih juga.
"Itu... Itu kepala keluarga Klan Kuchiki... Ginrei Kuchiki..." Bisik Ichigo.
"Hua..mmmphh!" Ichigo sukses membekap Rukia lagi sebelum dia menjerit untuk kedua kalinya.
"Kau bisa diam tidak?" Sembur Ichigo, tapi tetap berbisik.
"He'em.." Rukia mengangguk, lalu Ichigo melepaskan bekapannya. "Maaf... aku kaget sekali..." Rukia menangkupkan kedua tangan di depan hidungnya, tanda minta maaf pada Ichigo. "Jadi dia Kuchiki yang asli?"
"Ssstt... Dengar..." Ichigo ikut-ikutan menyembulkan kepalanya di sisi lemari.
"Renji-sama..." Suara Ginrei Kuchiki menggema di ruang makan.
"Ha... Hai..." Gagap Renji.
"Mengganggu makan malammu?" Lanjut Ginrei sambil memperhatikan meja.
"Tidak... Kami sudah selesai, Ginrei-sama." Renji berusaha menenangkan diri.
"Dimana Ichigo-sama? Tadi ku lihat dia ada di sini..."
"Aahh... itu... Dia..." Renji kebingungan mencari alasan, "Sebenarnya, dia sedang mengalami gangguan pencernaan... Hehehe..." Renji tertawa garing.
"Sialan..." Desis Ichigo dari balik lemari.
"Tadi ku lihat ada seorang lagi..." Ginrei sama sekali tidak menggubris kegaringan sang pangeran babon.
"Oh.. itu... Itu teman kami... Dia mengantar Ichigo ke toilet karena khawatir terjadi apa-apa padanya... Yah, anda tau sendiri Ichigo itu bodoh sekali..." Renji memamerkan cengiran gaje-nya. "Sebenarnya, Kuchiki-sama ada perlu apa hingga menyempatkan diri mengunjungi kami? Apa ada sesuatu yang sangat penting"
"Ehm..." Sebuah suara berdehem lembut menghentikan aktifitas Ichigo dan Rukia yang sedang menguping.
"Unohana-san..." Rukia tersenyum dengan salah tingkah, sambil menyikut Ichigo yang masih asik menyimak saudara babonnya di seberang ruangan. Namun, rupanya Ichigo lebih memperhatikan percakapan itu daripada sikutan-sikutan Rukia di punggungnya. Karena kesal, refleks Rukia menjulurkan tangan dan menarik salah satu telinga Ichigo yang bisa diraihnya.
"Auww... Apa-apaan..." Ichigo langsung kaku begitu melihat wanita di depannya. "Retsu-san?"
"Sedang apa anda berdua di sini?" Unohana Retsu tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua.
"Aaa..." Ichigo kelihatan bingung mencari ide.
"Maaf Unohana-san, bukan bermaksud tidak sopan, tapi kami harus pergi..." Rukia tersenyum sambil menarik lengan Ichigo.
"Ah iya benar!" Sambung Ichigo dengan muka blo'on, "Permisi..." Lalu dia menarik Rukia pergi.
"Anak-anak yang aneh..." Unohana Tersenyum simpul. Tepat saat ia melangkah ke ruang makan, Ginrei Kuchiki sedang mengatakan sesuatu yang membuat seluruh mahluk di ruangan itu membeku...
"Ichigo!" Rukia menghentikan langkah Ichigo dengan nafas tersengal-sengal. Mereka sudah berlari menjauhi ruang makan, bahkan sudah ke luar istana.
"Bertahanlah sedikit lagi... Hosh.. hosh..." Jawab Ichigo sambil ngos-ngosan. "Lihat itu! Ada pasukan patroli!" Ichigo menarik tangan Rukia lagi, mengajaknya lari. Tapi ternyata yang ditarik malah tak bergeming.
"Ini dimana, Ichigo?"
"Eh... Dimana ya?" Ichigo memandang berkeliling sambil menggaruk kepala. Kebiasaannya kalau sedang bingung. "Aww!" Rupanya Rukia yang kesal sukses mendaratkan injakan maut di kaki Ichigo.
"Masa kau tidak tau? Ini kan rumahmu! Lagipula, kau mengajakku kabur tanpa tujuan yang jelas ya?" Omel Rukia kesal, karena kecapaian berlari tapi ternyata malah 'nyasar' di tempat yang entah dimana.
"Tujuanku sudah jelas kan? Kabur dari Kuchiki asli!" Ichigo ikutan sewot.
"Maksudku itu tujuan mau kemana!"
"Hmm... Kalau itu, biar ku pikirkan dulu..." Ichigo memijit-mijit dagunya.
Rukia hanya bisa menahan kesal, mengalihkan matanya dari Ichigo dan memandang sekitarnya. Di kegelapan, yang bisa ia lihat hanya pepohonan tinggi dan rimbun serta beberapa semak dan tanaman bunga.
"Aku rasa ini di halaman belakang istana..." Kata Ichigo. "Ah iya! Ke sini saja!" Ichigo menarik lengan Rukia lagi. Kali ini yang ditarik hanya pasrah saja saking kesalnya.
Setelah berlarian beberapa menit, mereka berhenti di bawah sebuah pohon cemara besar...
"Dulu, ini adalah tempat rahasiaku. Tidak pernah ada yang bisa menemukan aku kalau sembunyi di sini..." Kenang Ichigo sambil tersenyum
"Jangan bilang kita sembunyi di sana!" Rukia menunjuk rumpun semak di bawah pohon cemara.
"Aku tidak pernah terpikir ide sebodoh itu!" Kata-kata Ichigo membuat alis Rukia berkedut, mengingat baru beberapa jam yang lalu dia melakukan 'ide bodoh' itu untuk bersembunyi dari Gin.
"Jadi apa?" Tanya Rukia dengan manyun.
"Sini..." Ichigo mengulurkan tangannya. Dengan ragu Rukia meletakkan tangan mungilnya di atas jari-jari Ichigo. "Bukan begitu!" Ichigo menunjukkan seringai gelinya melihat tangan Rukia dalam genggamannya.
"Lalu?" Rukia menghempaskan tangan Ichigo dengan kesal, wajahnya panas, dia merasa Ichigo sedang menggodanya.
"Maksudku, ini..." Ichigo menarik Rukia agar mendekat dan... HUP! Dengan satu gerakan saja, Rukia sudah ada dalam gendongannya.
"Haa...?" Ucapan Rukia terpotong karena tiba-tiba saja Ichigo bershunpo...
Tanpa mereka sadari, seseorang mengamati semua yang mereka lakukan di bawah pohon itu...
"Cih..." Cibir sosok itu, "Aku selalu bisa menemukanmu..." Dia berbalik dan melenggang pergi. Haori bermotif sakura yang dikenakannya berkibar tertiup angin...

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.