Kisah Si Penjual Es: Ke Kondangan

Chapter 1
Pagi setengah siang, di depan SD Karakura...
Ting Ting Ting
"Es cincau es cincau, segaaar, maniss, es cincau es cincau~, yang jual ganteeeeeng maniiss~," itulah ko'or Ichigo mempromosikan dagangannya sekaligus mempromosikan dirinya sendiri.
"Adek manis mau beli es?" tanya Ichigo pada seorang gadis kecil yang tidak sengaja lewat didepannya.
"Kata paman-paman di tipi, minum es sembarangan bisa bikin batuk," balas anak itu.
"Jangan percaya ama orang itu, percaya aja ama kakak!" Ichigo meyakinkan si anak.
"Gak mau!" tolak gadis kecil itu mentah-mentah.
"Hn? Kenapa?".
"Soalnya tampang kakak jelek dan gak meyakinkan," ucap anak itu sebelum berlari meninggalkan Ichigo.
"A-apha?. WOY, DASAR GAK SOPAN LO!" Ichigo teriak-teriak sambil pasang tampang menyeramkan, tidak peduli pada pedagang-pedagang lain yang memperhatikannya. "MALAH NGATAIN GUE JELEK LAGI!" ngomel-ngomel gak jelas.
Plak.
Tiba-tiba seseorang muncul dan menggeplak kepala Ichigo.
"Jangan nakut-nakutin anak itu Ichigo!" kata orang itu kemudian.
Ichigo mengelus kepalanya yang nyut-nyutan, "Aduuh! Sakit tau'!".
"Abisnya, lo gangguin anak itu," balas si gadis yang ternyata adalah Rukia.
"Siapa juga yang gangguin~...".
Belum sempat Rukia membalas, datanglah seorang pembeli.
"Maaf mas, es cincaunya masih ada?" Tanya ibu-ibu paruhbaya sambil tersenyum.
"Ibu kesini buat beli es saya, atau cuma nanya doang?" Balas Ichigo gak ada sopan-sopannya.
Tep.
"WADHOW," Ichigo teriak.
"Yang sopan ama pelanggan lo, bodoh!" bisik Rukia sambil menginjak kaki Ichigo.
"Sa-sakit, Ru-ki-a..." pemuda itu meringis kesakitan.
"Uum, maaf~. Sebenarnya, esnya masih ada gak?" Ibu-ibu itu menyela pertengkaran keduanya.
Ichigo dan Rukia langsung menoleh ke arah ibu-ibu itu, dan menyunggingkan senyuman.
"Maaf buk, ibu mau beli berapa?" tanya Rukia sopan.
"50 bungkus," jawab ibu itu.
"WAH, SIAP BUK!" tampang Ichigo langsung sumringah.
Lagi-lagi si ibu hanya tersenyum.
"Rukia, lo yang ngasih gula ya! Biar cepet," Perintah Ichigo sambil memasukkan cincau dalam kantong plastik.
Walau Rukia agak keberatan, tapi dia melakukannya juga.
"Gulanya berapa sendok?" Tanya Rukia.
"Dua sendok! Biar manis kayak gue," jawab Ichigo narsis.
X . X . X . X
Ichigo's Pov...
Hai, nama gue Ichigo Kurosaki. Anak pertama dikeluarga Kurosaki. Dulu bapak sekaligus rival gue, Isshin Kurosaki adalah penjual es cincau di desa Karakura. Meski gue lulusan STM, tapi apa salahnya sih gue ngelanjutin usaha bokap gue jualan es cincau. Lagipula, ini itu cuma kegiatan sampingan gue selain karaokean gak jelas di tempat karaoke milik keluarga Kuchiki. Ngomong-ngomong soal keluarga Kuchiki, salah satu orang yang hidup dikeluarga itu adalah Rukia Kuchiki, temen gue dari SD sampai sekarang. Mesti kita sering berantem kayak tadi, kita lumayan deket lho, mesti Rukia agak bawel, tapi dia sohib gue yang paling baik.
Ichigo's Pov End...
X . X . X . X
Sore harinya di tempat karaoke Kuchiki's...
Waktu itu, Ichigo datang kesana dan masuk begitu saja tanpa permisi. Melihat kelakuakan si rambut jeruk yang gak ada sopan-sopannya, Hisana kakak Rukia, sekaligus penjaga tempat karaoke melempar buku tamu setebal kamus bahasa pada Ichigo.
"Wadoow~," teriak Ichigo lebay. "Kenapa mbak ngelempar nih buku sih?. Sakit kaaan?..." rengek Ichigo sambil mengelus kepalanya yang benjol.
"Salah sendiri, ngapain lo masuk tempat ini gak pake permisi," balas Hisana setelah memungut bukunya di lantai. "Orang yang mau nyewa aja, harus regristrasi dulu".
"Biasanya juga gak peke ijin dulu 'kan?" Ichigo gak mau kalah.
"Lo pikir ini rumah nenek moyangmu apa? Enak aja kalo ngomong," Hisana nunjuk-nunjuk wajah Ichigo.
"Hh, cerewet banget sih".
Hisana menjitakki kepala Ichigo, "Lo bilang apa? Dasar gak sopan! Gara-gara lo karaokean gak bayar gue hampir bangkrut".
"Masih hampir 'kan? Belum 'udah bangkrut".
Karena makin kesal, Hisana makin cepat menjitak kepala orange, Ichigo.
"Aw, sakit mbak~," melindungi kepalanya dari jitakan Hisana.
"Biar aja, biar tau rasa lo," Hisana gak peduli.
Tak lama kemudian, Rukia pun datang...
"Hah? Kak, jangan jitak kepala Ichigo! Dia udah bego' ntar tampah bego'," kata Rukia menghalang-halangi Hisana yang mau menjintak sahabatnya.
"Ngapain lo belain bocah tengil ini Rukia?" Hisana menarik lengan Rukia menjauh dari Ichigo.
"Kasian Ichigo kak~...".
"Lo dikasih jampi-jampi apa sih ama dia?" ganti menjitak kepala Rukia.
"Aduh-duh...".,
"Sekarang, lo mending ke dalam lalu nyuci baju sana!" Perintah Hisana. Rukia pun melakukan perintah kakaknya, karena menolak hanya akan membawa Rukia pada omelan-omelan Hisana yang lainnya.
"Dan lo anak kurang ajar, bantuin Rukia sana!" katanya setelah Rukia pergi.
"Gak mau!" Ichigo menolak dengan tegas. "Orang cucian gue aja masih segunung, ngapain gue nyuci baju keluarga lo".
"Ow, gitu ya?. Sekarang lo pilih, bantuin Rukia, atau gak boleh menginjakkan kaki ke tempat ini lagi? SE-LA-MA-NYA".
Glek.
Ichigo nelen ludah, "Sialan, padahal cuma disini gue bisa latihan nyanyi," umpat Ichigo dalam hati.
"Iya-iya~..." Ichigo pun berjalan ketempat Rukia.
Hisana tersenyum puas atas kemenangannya.
X . X . X . X
Disumur belakang keluarga Kuchiki...
Saat Ichigo datang, Rukia sedang menimba air. Wajahnya tampak begitu kesusahan menarik air dari dalam sumur.
Byuuuur.
"Ee, ngapain lo ada disini?" tanya Rukia saat melihat sosok Ichigo sambil menuang air yang susah payah diambil dari sumur dan dituang ke dalam bak.
"Gara-gara mbak lo nih!" balas Ichigo. "Masa', gue disuruh bantuin lo nyuci," gerutunya sambil memperhatikan tumpukan pakaian yang seperti gunung-gunung mini.
Rukia tersenyum, "Salah sendiri lo mau~," kembali menceburkan embernya dalam sumur, diangkat ke atas dan dituangkan ke dalam bak, begitu seterusnya.
Ichigo yang sedaritadi duduk manis, akhir bangun dari duduknya dan mendekati Rukia. Ia tidak tega melihat Rukia terus mengisi dua dari empat bak yang masih kosong, apalagi tampang gadis itu yang mulai terlihat lelah.
Grep.
Sruuuut.
Jbuuur.
Ichigo menepuk kepala Rukia pelan. Rukia yang kaget melepas ember yang akan ditarik ke atas tiba-tiba, membuat suara nyaring dalam sumur.
"Sini, biar gue aja!" Ichigo menyuruh gadis itu mundur.
Rukia cengok.
"Lo 'kan pendek, kalo terus nimba air gini, lo gak bakal bisa tinggi," ucap pemuda Rukia menyunggingkan senyum termanisnya saat sadar jika Ichigo begitu peduli padanya.
X . X . X . X
Mesti sedikit bergurau dan main-main, keduanya menyelesaikan tugas mencuci dengan baik.
"Ih, celana dalam siapa nih, gede amat?" Ichigo menjemur daleman itu dengan eksperi jijik.
"Itu punyanya kak Byakuya," jawab Rukia.
"Hiie~," Ichigo begidik. "Kenapa gak dicuci sendiri aja sih?".
"Penting ya kita bahas daleman kakak gue?" Rukia balik bertanya.
Ichigo menggeleng, "Ya enggak sih," memungut dan memeras pakaian dalam Byakuya yang lainnya, dengan ekspresi yang masih sama.
X . X . X . X
Tap. Tap. Tap.
"Ng? Lho? Ichigo, udah selesai nyucinya?" Tanya Hisana yang melihat Ichigo berjalan ke arah pintu keluar.
"Menurut mbak?" balas Ichigo.
"Besok datang lagi ya, kalo mau karaokean silahkan aja!".
Tampang Ichigo yang tadinya malas, berubah girang, "Serius lo mbak?".
"Iya dooong~, asal lo bayar," lanjut Hisana.
Ichigo jawdrop.
"Kalo lo gak mau bayar, lo mesti nyuci dirumah gue kayak tadi, gue baikkan?" Hisana berbangga diri.
Ichigo gak begitu peduli, dia langsung melenggang pergi meninggal Hisana.
"HEY, DASAR BOCAH SIAL, DIAJAK BICARA MALAH KABUR GITU, KUALAT LO NTAR," Hisana ngedumel gak jelas. Dia baru diam saat beberapa orang datang untuk menyewa tempat karaoke yang dikelola keluarganya.
X . X . X . X
Pagi harinya di rumah keluarga Kurosaki. Pagi ini, Ichigo sedang bersiap-siap berangkat berjualan es cincau kebanggaan keluarga tersebut.
"Hati-hati ya, nak~!. Yang sopan ama pembeli!" pesan Misaki pada anak lelakinya.
"Siiiip, Ibuku sayang!" balas Ichigo sambil mengangkat jempolnya. Misaki hanya tersenyum.
Tiba-tiba Isshin, ayah Ichigo muncul.
"Heh, Ichigo, kalo pulang, bawa duit yang banyak ya! Jangan bikin malu bapakmu ini!" kata Isshin dengan medhoknya.
Ichigo yang memang tidak terlalu akrab dengan ayah kandungnya berlalu meninggalkan rumah dengan gerobak esnya. lagi-lagi Isshin cuma bisa mencak-mencak sebel karena sikap anak lelakinnya itu.
X . X . X . X
"ES CINCAU ES CINCAU... SEGAAAAAAR, MANIIIIIIIIIISS," ko'or Ichigo sambil memukul gelas kaca dengan sendok, hingga menciptakan suara yang dentingan yang lumayan nyaring. "ES CINCAU SEGAAAAAAAR, MURAH-MURAH, YANG JUAL MASIH MUDA PULAAAAAAA...".
"MAS, BELI ES CINCAUNYA!" teriak seorang gadis yang sudah jadi langganan setianya. Ichigo pun berhenti, dan siap melayani pembeli yang rata-rata perawan dan ibu-ibu yang tergoda oleh tampang si Ichigo.
"Sabar-sabar, semuanya pasti kebagian," ucap Ichigo.
Setelah selesai melayani para pembeli itu, Ichigo kembali mendorong gerobak esnya menuju tempat mangkalnya setiap hari, dimana lagi kalau bukan Sd Karakura.
X . X . X . X
Ichigo's POV...
Yah, disinilah gue sekarang, Sd Karakura bersama penjual makanan dan minuman ringan yang lain. Dan ini terjadi hampir setiap hari. Kadang-kadang, Rukia juga datang untuk membeli atau sekedar membantu dan menjadi teman ngobrol gue, habisnya, gue suka risih ngobrol ama orang tua, bukannya apa-apa, gue cuma rada gak nyambung ama obrolan mereka. Makanya, gue seneng banget kalau Rukia datang, tapi kalau Hisana tau Rukia bantuin gue jualan es, dia pasti akan marah besar setelah menyeret Rukia pulang. Gak tau deh, kenapa si Hisana benci banget ama gue payah.
Ichigo's POV END...
X . X . X . X

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.