Orange Sun & Chappy White III

Chapter 3 = Truly, Madly, Deeply
~ Truly ~
Ruangan kelas disore hari. Jam pelajaran sudah lama selesai, namun hanya satu orang yang masih tenang duduk di bangkunya. Dia... Kuchiki Rukia. Entah apa yang sedang dia kerjakan, digoreskannya tinta ke bukunya. Seperti sedang mencatat sesuatu...
Hari ini Ichigo tidak terlihat bersamanya. Setidaknya saat sedang berada disekolah, hubungan mereka sama sekali tidak diketahui oleh semua teman mereka. Baik Mizuhinom Asano, Chad, Ishida, Inoue, Tatsuki, dan yang lainnya.
Rukia bersikap layaknya seorang gadis dengan aksen yang menurut Ichigo aneh. Sedangkan Ichigo bersikap seperti tidak terlalu dekat dengan Rukia. Itulah hubungan mereka di sekolah. Sikap mereka yang biasa menyembunyikan fakta bahwa mereka berdua memiliki suatu hubungan rumit. Bahkan mereka sendiri pun tidak mengerti.
Rukia merasa ada getaran di dalam tasnya, dering HPnya berbunyi. Rukia mengangkat panggilan itu. "Ya?"
Ekspresi muka Rukia sedikit terkejut. Seseorang yang tengah menelponnya entah kenapa membuatnya berubah sikap.
"Wakarimashita..." Rukia mengakhiri panggilan. Raut mukanya pun perlahan berubah... Wajah yang biasa bersikap sinis sambil mengerjain Ichigo itu kian berubah menjadi sedih. Entah apa yang terjadi, Rukia langsung bergegas keluar sekolah.
xXxXx
"Okaerinasai, Rukia-sama." Kepala pelayan keluar Kuchiki, Kurotsuchi Mayuri, menyambut kedatangan Rukia. Ya! Tanpa diketahui oleh Ichigo, Rukia sebenarnya berasal dari keluarga ternama Kuchiki. Rukia dibesarkan secara mewah oleh keluarganya. Harta, Kekuasan, Martabat, Kemewahan, semuanya didapatkan dengan sangat mudah olehnya. Namun baginya, semua yang diperolehnya ini hanyalah kebahagiaan semu... Setidaknya bagi Rukia, yang dia inginkan bukanlah kepuasaan sesaat...
"Nii-sama wa?" Tanya Rukia langsung to the point. Wajahnya sontak berubah menjadi dingin.
"Beliau berada diruang kerjanya, Rukia-sama." Jawab sang kepala pelayan.
Tanpa basa-basi Rukia bergegas menuju ruangan yang dituju untuk bertemu dengan Nii-sama, panggilan untuk sang Kakaknya, Kuchiki Byakuya.
Tok! Tok! Dua ketukan cukup terdengar di telinga Byakuya. Rukia membuka pintu tersebut, "Permisi..." Sebelum masuk, tidak lupa Rukia membungkuk untuk memberikan hormat untuk Kakaknya. Sebuah tradisi yang sudah ada turun terumun di keluar Kuchiki.
"Masuklah." Byakuya menyuruh singkat. Wajah tidak ekspresi sangat mirip dengan Rukia.
"Ada perlu apa denganku, Byakuya-niisama?" Tanya Rukia langsung ke tujuannya datang. Dia tidak suka basa-basi, apalagi dengan kakaknya.
Byakuya terlihat sibuk menatap dokumen-dokumen yang daritadi terus dia kerjakan. Tidak ada satupun mata yang teralihkan menatap Rukia. Namun mulutnya berbicara dengan Rukia, "Bagaimana keadaan sekolahmu?"
"Biasa saja."
"Aku tidak menyangka kau akan memilih sekolah swasta." Jelas Byakuya. Masih tidak menatap Rukia.
Rukia seharusnya masuk ke SMA terkenal yang hanya menampung murid-murid keluarga kaya. Namun dirinya menolak dan akhirnya memilih masuk ke SMA Karakura. Gadis itu tidak suka bergaul dengan orang-orang yang berada di lingkungan sama dengannya.
"Aku lebih suka disana. Suasananya nyaman."
"Menurutmu, disana lebih menyenangkan daripada disini?" Seketika itu pula Byakuya menatap dingin Rukia. Gadis itu tahu maksud kata-kata Kakaknya. Namun tidak ada satu pun kata-kata yang bisa diucapkannya. Ukh! Dia tidak begitu suka dengan aura di ruangan ini.
"Aku tidak bilang seperti itu." Tepis Rukia, "Hanya saja... Aku merasa lelah..."
Byakuya terdiam lalu menghela nafas pelan, "Sesukamu sajalah."
"Nii-sama?"
"Hanya saja, jangan sampai berbuat sesuatu yang bisa mencemarkan nama keluarga kita. Ingat itu." Saran Byakuya yang kembali melanjutkan aktivitasnya, "Kau boleh keluar."
Rukia terdiam sejenak, lalu membungkuk memberi hormat sebelum akhirnya dia menghilang dari balik pintu. Sesaat sebelum berlalu, disenderkan badannya pelan di pintu. Raut mukanya memancarkan rasa kesal, hal yang jarang diperlihatkannya oleh Ichigo...
xXxXx
FlashBack - Rukia P.O.V -
~ Madly ~
Rasanya seperti dipenjara! Arrrrrgggg!
Ups? Jangan sampai aku yang seperti ini ketahuan oleh Ichigo! Kalau tidak, permainannya tidak akan seru lagi. Hahaha... Aku tertawa lihat diriku sendiri. Kenapa aku bisa betah berada di dalam lemari si Kepala jeruk itu, yah? Padahal untuk luasnya sama sekali tidak bisa disamakan dengan ukuran kamarku yang asli. Rumah Ichigo tidak ada apa-apanya. Itu sih bisa disamakan dengan luas kamar mandiku saja!
Aku... Kuchiki Rukia, sang bangsawan imut ini, entah sejak kapan mulai menempati lemari kamar si kepala jeruk. Hahahaha... Begitu menyenangkan! Apalagi melihat sang pemilik kamar bermuka aneh bin ajaib. Melihatnya salah tingkah saja merupakan suatu kepuasaan tersendiri untukku.
Hahaha, jujur saja, aku tertarik dengannya. Sejak pertemuan kami dalam hujan, aku terus memikirkannya. Dia... Sang pemilik rambut orange dipadu dengan warna matanya yang coklat. Begitu pas dengan imagenya. Dia... Bernama Kurosaki Ichigo.
Melihatnya tingkahnya yang lucu itu justru membuatnya terlihat manis, apalagi pas dia marah-marah. Aku hanya bisa tertawa, tertawa, dan tertawa. Tanpa menyadari perasaannya kepadaku. Aku terus mengerjainya.
Akibatnya? Timbul perasaan yang aneh dari dalam Ichigo. Aku menyadarinya. Ah, tidak! Kami berdua menyadarinya! Timbul perasaan yang aneh dari kami. Entah sudah berapa lama yah aku bisa kenal dengan Ichigo? Sudah 2 bulan berlalu sejak pertemuan pertama kami.
Hanya butuh waktu 2 bulan untuk bisa mencari alasanku menyukainya. Ya! Lambat laun aku semakin tertarik dengan Ichigo. Walau saat diawal dia bersikap dingin denganku. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai bisa merasakan perbedaan sikapnya kepadaku. Sekarang sikapnya sedikit lebih jinak dibandingkan dulu. Terlihat sekali dia berubah, kalau dulu setiap kali aku mengatainya si kepala jeruk, otomatis dia pasti akan ngamuk luar biasa. Tapi sekarang? Sikapnya justru diluar duganku, Ichigo hanya sedikit adu debat, lalu mulai mengalah.
Tentu saja aku merasakan itu merupakan suatu keganjalan! Ada apa dengan Ichigo...?
"Hei, Ichigo! Hari ini tumben sekali kau tidak membalas?" Akhirnya, saat jam pelajaran istirahat di atap sekolah, kuputuskan untuk bertanya. Ichigo, yang waktu itu sedang memakan onigirinya, menoleh kearahku. Raut mukanya bertanya.
"Tumben sekali kau jadi pendiam. Lagi datang bulan, yah?" Aku mencoba meledeknya lagi. Tapi, tidak mempan sepertinya.
Ichigo menghabiskan onigirinya pelan, lalu, "Memangnya tidak boleh aku seperti ini?"
"Tidak!"
"Memangnya kau ini siapa?" Ichigo terlihat tidak terima. Hahaha... Wajahnya itu lho...
"Aku... KU-CHI-KI RU-KI-A-SA-MA~!" Aku tahu persis kalau Ichigo sangat benci dengan aksen bicaraku yang seperti ini. Dan benar saja! Wajahnya langsung sweatdrops. Ah, aku tidak kuat! Rasanya mau ngakak melihat mukanya!
"HENTIKAN GAYA BICARAMU ITU! JIJIK!" Hooo... Ichgo terpancing sepertinya.
"JUSTRU LEBIH BAIK KAU NGACA DAN LIHAT TAMPANGMU SENDIRI!" Aku menjulurkan lidahku. Ah, memang gaya bahasaku kasar. Aku tidak begitu suka dengan aksen gadis-gadis pada umumnya.
Ichigo bangkit dari duduknya, lalu mengacak rambut orangenya pelan. Semilir angin berhembus pelan, menggoyang baju seragam kami berdua. Suasana atap sekolah sama seperti biasa. Tidak ada murid selain kami yang berada disana. Memang enak untuk menyembunyikan hubungan kami.
"Naa, Rukia..." Posisi Ichigo membelakangiku. Terlihat punggungnya bidang. Ternyata dia memang sedang aneh... Aku tidak membalas panggilan.
"Hey, Rukia. Kau dengar, kan?" Aku masih cuek.
"MIDGET! AKU TAHU KAU DENGAR! JANGAN PURA-PURA TULI KAU!" Tunggu sampai Ichigo ngamuk seperti ini baru aku menjawabnya.
"Makanya lihat ke arahku kalau mau ngomong." Balasku santai. Ichigo salah tingkah. Hahahaha... Lucu sekali.
"Naa, Rukia..." Ichigo kembali berbicara. Ichigo menatapku serius, hey? Kenapa dia? Jarang sekali dia seperti ini,
"Kenapa kau? Aneh, tahu!" Rada salah tingkah juga di tatap seperti itu.
Sing... Suasana mendadak berubah jadi hening. Hey! Ada aura apa di sekeliling kami? Kenapa tiba-tiba udaranya jadi dingin begini, sih? Angin yang berhembus pelan tiba-tiba berubah menjadi sebuah tornado kecil. Rambutku mengambang pelan... apalagi ditambah dengan Ichigo dengan sikap tidak biasanya.
"Mau jadi pacarku, Rukia?" Hah? Eh? Aku tidak salah dengar, kan?
"Hah?" Giliran ku yang membatu.
"Mau jadi pacarku, Rukia?" Sekali lagi Ichigo mengulangi perkataannya.
"Mau bercanda juga ada batasnya, Kepala jeruk!" Lho? Kok? Aku yang jadi salah tingkah begini? Hey! Hentikan Memandangiku seperti itu! Tatapanmu menghanyutkan tahu! Oiii, Ichigo!
Ichigo tiba-tiba menyudutkan badanku yang kecil ke tembok samping pintu atap sekolah. Hey! Mau apa kau Jeruk! Jangan menatap mukaku seperti itu! Ya... tapi kepanikanku ini tidak satu pun terisat di wajahku. Hanya terkejut sedikit saja sih... Cuma tetep saja, tidak karuan begini...!
"Apa kau lihat aku sedang bercanda, hey Chibi?" Wajahnya perlahan mendekat. Hooo... Dia mulai berani rupanya. Mencium bibirku dengan lembut begini. Membuatku terhanyut juga...
"Wahai Kurosaki Ichigo, jangan dikira aku akan menjawab 'iya' untuk tawaranmu itu, yah?"
"Hah?" Ichigo menantapku bingung.
"Jujur saja, aku lebih suka hubungan kita yang seperti ini." Aku mendorong lembut tubuh Ichigo yang menimpaku. Kasih sedikit salah satu senyuman terbaikku. Kulihat wajahnya menatapku heran. Hahaha... Dasar Kepala jeruk Baka!
Kembali lagi kulihat Ichigo menghela nafas dalam-dalam sambil mengacak rambut orangenya, "Ya, sesukamu sajalah..." Jawab Ichigo mengalah.
"Yakin?" Kadang aku suka aneh pada diriku sendiri. Kenapa aku senang sekali menggoda cowok ini, yah? Melihat ekspresinya yang tidak diduga ini, bisa membuat hatiku berdebar. Hahaha... Berdebar begitu kencang, seakan memaksa diriku...
"Aku tidak suka memaksa." Jelas Ichigo, kembali membelakangiku, "Kita jalani saja apa yang kau mau, Rukia."
Hembusan angin perlahan sedikit demi sedikit terasa semakin hangat. Aku memandangi punggung Ichigo yang bidang. Begitu indah... Ah, ternyata memang, aku tidak bisa menepisnya! Aku tertarik dengan si Baka ini...
FlashBack - Rukia P.O.V - End
xXxXx
Normal Moment - Ichigo P.O.V -
~ Deeply ~
Can't you see it baby?
You don't have to close your eyes
'Cos it's standing right before you.
All that you need will surely come...
"Sial!"
Aku bergumam kesal. Bisa-bisanya si cebol itu mengerjaiku! Ini sudah kesekian kalinya dia bersikap seenaknya seperti ini! Senang ya dia melihat aku seperti orang gila begini? Aku juga bingung dengan diriku sendiri, kenapa aku bisa menyukainya. Padahal setiap tindakan yang dia lakukan satu pun sama sekali tidak ada yang menyenangkan! Kenapa aku bisa tergila-gila seperti ini. Padahal pertemuan kami berjalan begitu singkat. Begitu singkatnya, sampai diriku tidak menyadari, bahwa aku sudah mulai mencintainya...
Lebih baik aku membodohi diriku sendiri! Untuk apa aku ikut masuk ke dalam permainan yang dibuat Rukia? Kenapa aku kok mau saja seperti ini? Dasar BODOH kau Ichigo! Pantas saja dia selalu mengataimu, si Jeruk Bodoh!
Haaaahh... Entah sudah keberapa kalinya aku menghela nafas. Malam ini, tidak ada tanda kehadiran Rukia datang. Suasana kamarku sepi seperti hari sebelum bertemu dengan Rukia. Tidak ada seseorang yang sedang tidur didalam lemariku saat ini.
Dasar Rukia bodoh! Apa maksud kata-katamu kemarin? Sedang menguji kesabaranku, yah? Seenaknya saja bilang "Mau jadi pacarku?" dengan mudahnya! Tanpa tahu perasaanku hari itu.
Aku tahu maksud Rukia berkata begitu! Dia senang bercanda denganku. Dia tidak sungguh-sungguh berkata seperti. Lagian dia sendiri yang bilang, dia tidak suka dengan status itu. Kalaupun dia ingin, kenapa bukan waktu kau menerimaku, bodoh! Dasar Kuso Chibi! Otak sama kelakuanmu kok sama anehnya, sih?
Ok! Aku mulai malu pada diriku sendiri. Entah kenapa ini seperti anak-anak yang sedang dikerjai. Tingkahku yang kekanakan ini... AAAAAA!
ANO YAROUU! AKU BENCI KAU! TAPI... Aku suka... Sighhh...
Mana si Rukia tidak muncul-muncul lagi. Hey! Chibi! Cepat Pulang kau! Memangnya kau kira sekarang sudah jam berapa? Jam 12 lewat!
Kurang ajar! Pikiranku tidak mau terlepas dari Rukia, Rukia, Rukia, Si Midget yang senang membully diriku!
Haaaa... Kurebahkan sekali lagi badanku ke kasur, ku tatap lekat dinding langit kamarku. Gelap... Polos... Layaknya kamar laki-laki pada umumnya.
"Kadang aku lelah dengan hubungan kita yang seperti ini..."
Kok bisa-bisanya Rukia berkata begitu, yah? Padahal dia sendiri kan yang mau hubungan kami seperti itu? Haaaaa... Sepertinya percuma aku memikirkannya. Jawabannya tidak akan kutemukan dalam otakku sendiri.
'Baiklah, Rukia! Kalau memang itu maumu. Aku tidak akan memohon-mohon padamu. Akan kubuat kau sendiri yang mengejarku! Akan ku buat kau mengakui perasaanku! Aku tidak peduli akan jadi sejahat apa diriku. Lihat saja nanti!' Pikirku mantap.
Aku tidak akan mengejarnya... Aku akan menunggunya...

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.