Orange Sun & Chappy White V

Chapter 5 = Memories Of Rain
~ The Reason Why They Hate Rain So Much ~
SMA Karakura…
Seminggu berlalu sejak acara kencan Ichigo dengan Rukia. Akhirnya kembalilah mereka menghadapi berbagai macam masalah sekolah. Ujian tengah semester akan berlangsung seminggu lagi dan membuat semua murid disana sibuk belajar mencari bahan ujian.
"Ya… Selamat berjuang, deh…" Ucap Sensei singkat, jelas, padat. Murid-murid hanya ber-iya- dengan lemas. Jam istirahat pun datang…
"Nee, nee… Ichigo…" Asano kembali muncul, "Liburan musim panas nanti, ayo kita semua pergi ke laut~!" Dengan semangat 456, Asano mengajak Ichigo yang sudah memasang wajah pucatnya.
"Ujian saja belum selesai, ini lagi ngomongin soal liburan." Pria berambut orange itu hanya menggeleng kepalanya. Chad yang sedang berdiri di samping Ichigo ikut mengangguk pelan.
"Wah… Laut! Boleh juga, tuh!" Seru Inoue bergabung dalam percakapan. "Kurosaki-kun, ada rencana untuk liburan musim panas?" Tanyanya ke Ichigo.
"Tidak ada." Ichigo berpikir sejenak. Tapi memang tidak ada satu pun yang ingin dia lakukan dimusim panas. Tapi tidak tahu juga dengan Rukia… Tiba-tiba dia teringat akan si midget Rukia.
"Bagaimana dengan Kuchiki-san?" Inoue berbalik bertanya ke Rukia yang dari tadi hanya sibuk membaca buku.
"Eh? Aku kenapa?" Rukia tidak tahu pertanyaan Inoue.
"Liburan musim panas! Kuchiki-san juga ikut pergi, kan?" Ajak Inoue lagi.
"Yaa… Akan ku pikirkan." Rukia tersenyum pelan dengan logat anehnya. Ichigo menatap heran Rukia. Lalu berjalan keluar ke arah atap sekolah…
xXxXx
Pulang Sekolah…
Pintu kamar Ichigo terbuka pelan, pria berambut orange itu sudah kembali dari aktivitasnya. Ditaruhnya tas sekolah di atas meja belajarnya, lalu merebahnya tubuhnya ke atas kasur.
"Yo, Ichigo!" Rukia kembali muncul lewat jendela yang sengaja Ichigo buka. Rukia mengambil sebuah majalah di dalam tasnya, lalu membacanya sambil tiduran di lantai kamar Ichigo.
"Naa, Rukia. Jika sedang tidak tidur disini, tidur dimana kau?" Tiba-tiba Ichigo bertanya. Ya, terakhir sejak kehadiran Rukia seminggu yang lalu, gadis itu tidak pernah muncul lagi untuk tidur di lemari kamar Ichigo. Entah kenapa, kedatangan Rukia selalu saja tiba-tiba. Tanpa memberitahu kabar akan kedatangannya. Datang dan pergi dengan seenaknya…
"Aku?" Tanya Rukia sambil menunjuk dirinya.
"Memangnya siapa lagi?" Ichigo menghela nafas pelan.
"Tidur dikamar." Jawab Rukia asal. Ichigo mengerutkan keningnya, kesal.
"Aku tidak butuh jawaban ngawur seperti itu!"
"Memang benar, kok." Ichigo tidak bisa berkutik menghadapi tingkah Rukia.
Kalau dipikir-pikir lagi, Ichigo tidak pernah tahu siapa Rukia sebenarnya. Ichigo tidak pernah tahu dimana Rukia tinggal, bagaimana keluarganya, apa yang sedang Rukia pikirkan. Yang diketahui oleh si kepala jeruk itu hanyalah 3 hal, Rukia adalah teman sekelasnya, mengungsi di lemarinya, dan yang terpenting, Ichigo menyukainya…
"Rukia…" Ichigo mencoba untuk bertanya kembali. Rukia masih saja sibuk dengan majalah di depannya, hanya menyahut pelan, "Hm?"
"Aku ingin tahu tentang dirimu…"
"Hah? Bukannya sudah? Aku ya seperti ini." Rukia mendongak kearah Ichigo. Menghentikan kegiatan membacanya sejenak. Ichigo sedang serius menatapnya.
"Bukan itu maksudku." Ichigo menggeleng pelan, "Aku merasa kau tidak pernah bercerita tentang dirimu sendiri, Rukia." Sambungnya.
Rukia terdiam sejenak, menatap Ichigo lekat. Raut wajahnya perlahan terlihat lebih jelas, tatapan yang tidak biasa terpancar di kedua mata violetnya. Senyuman simpul pun menghiasi wajah mungilnya. Sepertinya Ichigo sudah tidak bisa dibohongi lebih dari ini, begitulah pikir Rukia.
"Aku benci hujan, Ichigo…" Hanya 1 kalimat yang terucap dari bibir Rukia. Seketika pula suasana di sekliling mereka mendadak jadi senyap. Hujan… kalau itu juga Ichigo juga membencinya. Hal itu mengingatkan pada Ibunya. Tapi? Akankah Rukia juga mengalami hal yang sama?
Tidak satu pun dari mereka yang meneruskan percakapan, suasana hening seheningnya sampai akhirnya terdengar suara ketukan pintu kamar Ichigo.
"Ichi-nii, boleh aku masuk?" Yuzu, adik Ichigo berada diseberang ruangan.
"Pintunya tidak di kunci, Yuzu." Ucap Ichigo memberitahu. Namun tiba-tiba dia teringat, Rukia sedang berada bersamanya! Dan Yuzu sama sekali tidak tahu tentang Rukia. Ichigo sontak langsung panik. Rukia menggeleng melihat tingkah laku Ichigo langsung bergegas menuju lemari untuk bersembunyi beberapa detik setelah Yuzu membuka pintu kamar.
"Ichi-nii sedang apa?" Tanya Yuzu heran melihat Ichigo seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Ti-tidak ada! Aku sedang tidak apa-apa! Hahaha…" Ichigo mencoba-coba mencari alasan. Untungnya Yuzu tidak begitu sadar, "Ada perlu apa?"Ichigo mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Aku cuma mau tanya untuk makan malam. Ichi-nii mau makan apa?" Ucap Yuzu kembali ke tujuan semula.
"Ohhh…" Ichigo menghela nafas lega, "Terserah kau saja." Lanjutnya.
"Kamar Ichi-nii akhir-akhir ini berisik, yah?" Sontak Ichigo membatu! Jangan-jangan Yuzu sadar tentang Rukia.
"Ma-masa, sih? Seperti biasa kok. Ahahaha…"Ichigo tertawa hambar. Bagi dia sangat sulit untuk berbohong. Apalagi di depan Ayah dan kedua adiknya.
"Aku juga pikir begitu. Karin terlalu khawatir sepertinya." Kata Yuzu sembari berjalan keluar kamar. Karin? Oh iya! Karin lebih cepat waspada dibandingkan Yuzu. Ichigo semakin panik. Namun mencoba bersikap cool seperti biasa.
"Untung saja…" Dirinya bisa lega untuk sesaat.
"Adik-adikmu perasa sekali, yah?" Rukia menggeret pintu lemari pelan. Usaha sembunyinya berhasil. Lalu tubuh mungil itu kembali keluar dan melanjutkan kegiatan membacanya lagi.
"Terserah, lah. Yang penting mereka tidak sadar kalau ada kau." Ichigo kembali mendatangi kasurnya. Duduk disebelah Rukia. Mengamati gadis yang masih serius membaca itu.
"Perasaanku tidak enak, Jeruk. Mau apa kau?" Seru Rukia ketus. Masih menatap majalahnya.
"Maksudnya 'Aku benci hujan'?" Ichigo kembali serius. Kembali mencari informasi tentang Rukia. Gadis itu masih tidak merespon. Sibuk membaca tanpa mengacuhkan kata-kata Ichigo.
"Memangnya tadi aku berkata begitu?" Ucap Rukia seolah-olah tidak pernah mengatakannya. Sekali lagi Ichigo menghela nafas panjang.
"Saat ini aku sedang tidak ingin bercanda, Rukia." Tatapan Ichigo semakin tajam. Rukia menoleh sebentar ke arah Ichigo, memang terlihat keseriusan Ichigo. Sepertinya Rukia harus mengatakannya.
"Jadi kau mau tahu yang sebenarnya?" Tanya Rukia menyakinkan. Ichigo hanya mengangguk.
"Dulu ada seseorang yang selalu bersamaku, menemaniku disaat aku merasa sepi. Bahkan saat aku berada di dalam keluarga Kuchiki…" Rukia mulai bercerita. Ichigo tidak menyela perkataan Rukia. Gadis itu meneruskan ceritanya, "Dia selalu memahamiku, mengkhawatirkan keadaanku, melakukan apa saja untukku…" Wajah Rukia terlihat tersenyum manis. Mengingat masa lalunya membuat kembali teringat akan kenangan masa lalu yang indah sekaligus menyakitkan…
"Aku begitu mencintainya, kupikir aku tidak akan pernah bisa lepas dengannya. Begitu mencintainya, sampai kupikir aku bisa gila tanpa dia…"
Ichigo masih tetap mendengarkan cerita Rukia…
"Tentu saja akhirnya aku memutuskan untuk menyatakan cintaku padanya. Namun, dia tidak pernah menjawab dengan pasti akan rasa cintaku…" Perlahan muka Rukia berubah sedih. "Sampai akhirnya aku tahu kebenarannya."
Rukia termenung sesaat, dirinya sedikit enggan untuk meneruskan kata-katanya. Namun, dia tetap melanjutkan ceritanya. Rukia berpikir, Ichigo pasti akan memaksanya untuk tetap bercerita sampai akhir. Lagi pula dia sudah terlanjur bercerita banyak.
"Ternyata di belakangku, dia sudah mempunyai kekasih. Ternyata dia hanya memanfaatkanku saja…" Rukia mengakhiri ceritanya. Tatapan menerawang jauh, menjelajahi seluk beluk sudut kamar Ichigo. Sang jeruk pun juga ikut terdiam, tatapan menerawang lebih jauh dari Rukia. Namun dia menyadari, berdiam diri seperti ini tidak akan mengubah kenyataan yang dia dengar dari mulut Rukia. Ichigo memutuskan untuk bertanya lebih jauh lagi, dia sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk sekali pun.
"Kau kecewa, Ichigo?" Ichigo tetap terdiam. Rukia tidak menepisnya, raut wajah Ichigo sedikit terpancar rasa kecewa. Memang begitulah apa adanya…
"Kuberi tahu satu hal lagi…" Ucap Rukia lagi, "Hari dimana aku bertemu denganmu, adalah hari dimana aku dicampakkan." Ichigo tersentak!
Hari itu… Dibawah derasnya hujan, dia bertemu dengan Rukia. Rukia… yang basah akan air hujan, wajah yang tidak memancarkan ekspresi. Akhirnya Ichigo mengerti kenapa waktu itu ekspresi Rukia terasa hampa, hatinya sedang pergi meninggalkan tubuhnya, mencari seseorang yang sudah mencuri hatinya… Berusaha bertanya kepada hujan mengapa dirinya tidak sanggup menerima kenyataan…
Ichigo merasa kesal! Dia marah! Dia marah dengan Rukia, namun yang paling dia sesali adalah kelemahannya yang tidak bisa memahami perasaan Rukia. Dan juga, Ichigo tidak bisa menutup rasa kecewanya setelah mengetahui alasan Rukia tidak menerima cintanya. Rukia menjalani hubungan ini dengan setengah hati…
"Sudahlah… tidak perlu dibahas lagi, Rukia." Ichigo mulai murung. Dirinya tidak berani menatap Rukia. Bahkan wajah aneh yang selalu dia perlihat setelah di ejek Rukia tidak lagi muncul di wajahnya. Melihat itu, Rukia merasa bersalah kepada Ichigo. "Maaf, Ichigo…" Ucapnya sedih, "Seharusnya waktu itu aku tidak datang kekamarmu… Mungkin setidaknya kau hidup dengan tenang seperti biasanya…"
Ichigo tidak ingin mendengar itu dari mulut Rukia! Kekesalannya semakin menjadi-jadi, ditariknya tangan Rukia dengan keras, menghempaskan badan gadis mungil itu diatas kasur, menindih badannya…
"Ichigo? Apa yang kau…?" Belum selesai bicara, Ichigo menutup mulut Rukia dengan jari tangannya, "Kau ini egois sekali, Rukia…" Gumam Ichigo.
"Heee?" Rukia bingung.
"Kau pikir dengan bilang maaf, maka semua akan baik-baik saja, begitu? Kau ini egois sekali…"
"Aku merasa bersalah padamu! Makanya aku minta maaf!"
"Dan kau pikir memangnya kalau kau minta maaf, aku akan langsung memaafkanmu, hah?" Rukia terkejut! Ichigo menatapnya begitu tajam. Mata berwarna coklat itu tidak sedang bercanda! Ichigo benar-benar sedang marah, terbukti dari cengkramannya yang menggenggam tangan Rukia perlahan semakin kuat.
"Aku…" Rukia tidak berani menatap Ichigo saat ini. Biasanya dia yang dengan kata-kata mengejek Ichigo dan tertawa melihat cowok itu linglung. Tapi sekarang, dia sendirilah yang berada dalam posisi Ichigo.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Rukia. Seenaknya saja kau datang, lalu mengusik kehidupanmu dan membuat aku jadi seperti ini. Dan sekarang malah dengan gampangnya kau bilang lebih baik kita tidak bertemu. Tidak akan kubiarkan kau bisa berbuat sesukamu."
Cup! Bibir Rukia terkunci dengan rapi oleh bibir Ichigo. Si jeruk itu melumat bibir gadis yang terbaring di atasnya dengan brutal. Memaksa bibir Rukia untuk membuka celahnya, menjelajah kembali setiap sudut rongga mulut sang mata violet itu.
"Ichi…go… Hmmmppp…" Rukia menutup matanya, Dicium paksa seperti membuatnya semakin susah bernafas. Ini seperti tidak ada persiapaan. Lidahnya Ichigo bermain di dalam mulutnya, melumat, menghisap, 2 hal itu terus dilakukan berulang-ulang.
Ichigo tidak puas hanya bermain di bibir Rukia saja, kecupannya menurun ke leher mulus Rukia, dihisapnya leher putih itu, membuat sensasi geli yang menjalar ke seluruh tubuh Rukia. Memberikan kissmark sebanyak-banyak di leher Rukia.
Rukia masih mencoba untuk menahan supaya dirinya tidak terhanyut. Dirinya terus berpikir ada apa dengan Ichigo. Kenapa dia bertindak seperti ini.
Tangan Ichigo mulai bergerak nakal menuruni setiap lekuk tubuh Rukia, membelai kedua bukit mungil miliknya. Oke, muka Rukia semakin memerah. Tubuhnya tidak mau diajak bekerja sama, Rukia mulai menikmati setiap belaian dan kecupan yang di dapatkannya.
"Ichi...go…Ahkkku…" Rukia masih mencoba untuk tidak mengeluarkan desahan aneh. Akhirnya dengan sekuat tenaga dia mencoba meronta melepaskan tubuhnya, "Le…pas…kan aku, BAKA!" Lagi-lagi bibir Rukia terkunci, Ichigo mengecup mulut yang sedang mencoba lepas dari dirinya.
"Diam dan nikmati saja…" Senyuman sinis tersungging di wajah Ichigo. Rukia mati kutu, akhirnya hanya bisa pasrah melihat Ichigo kembali melanjutkan aktivitasnya. Kenikmatan yang diberikan semakin lama semakin Rukia rasakan.
Seberapa keras pun dia mencoba untuk melepaskan pelukan Ichigo, sekeras itu pula Ichigo memeluknya. Memeluk Rukia, menciumnya, mendekapnya, menyentuhnya, ingin membuat gadis mungil ini menjadi miliknya…
Kancing baju seragam Rukia dibuka satu persatu oleh Ichigo, memperlihatkan bentuk aslinya. Ichigo mengecupnya lembut, memberikan tanda bahwa dia sudah menyentuhnya. Sentuhan bibir Ichigo bagaikan sengatan listrik yang membuat Rukia terkena sengatannya. Begitu nikmat…
Rukia berusaha tidak mengeluarkan bunyi, sampai membuat badannya gemetar hebat dan membuat Ichigo menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah gadis mungilnya itu.
"Hmmmpp!" Sekuat tenaga Ichigo menahan tawa melihat muka Rukia yang absurd. Rukia yang merasa ditertawakan merona merah, tidak terima ditertawakan.
"Hey, Jeruk Mesum! Cepat lepaskan aku! Aku ini bukan mainan tahu!" Serunya dengan muka memerah.
"Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk diam dan nikmati saja, Rukia?" Tingkah Ichigo semakin menjadi-jadi. Dijilatnya pipi mulus Rukia. Akhhh! Rukia tidak tahan untuk mendesah.
Tiba-tiba…
"Ichigo, kau ada di dalam?" Dari seberang pintu kamar Ichigo, kali ini Isshin, sang Ayah, memanggilnya. Ichigo dan Rukia sama-sama membatu. Dengan kondisi Ichigo yang menindih dan mencium paksa Rukia sangatlah tidak mungkin untuk dilihat oleh sang Ayah. Satu hal yang dilupakan Ichigo, dia lupa mengunci pintu kamarnya. Tentu saja itu membuat Ayahnya bisa masuk tanpa perlu menunggu dibukakan pintu.
Kriiettt… Pintu kamar pun terbuka sedikit… Isshin mulai masuk…
"Gawat…!" Secepat kilat, Ichigo dan Rukiabersembunyi di lemari. Ya! Mereka berdua, ruangan itu mungkin cukup dengan tubuh Rukia yang mungil. Tapi sedikit sempit untuk ukuran tubuh Ichigo.
"Lho? Tidak ada orang? Kemana si anak bodoh itu?" Isshin celingak-celinguk mencari Ichigo. Namun karena hasilnya tidak ada, akhirnya dia memutuskan untuk keluar.
Ichigo dan Rukia sama-sama menahan nafas mereka. Sebisa mungkin menyembunyikan hawa keberadaan mereka supaya tidak diketahui oleh Isshin. Terdengar suara pintu yang ditutup. Mereka akhirnya bisa bernafas lega.
"Fiuhhh… Hampir saja…" Gumam Ichigo keringat dingin. Bingung juga dengan tindakannya kali ini. Rukia masih terdiam, lalu tertawa setelah mencerna semua kejadian di dalam kepalanya, "Hahaha…"
"Gangguan sudah pergi. Masih mau dilanjutkan lagi, Ichigo?" Rayu Rukia menyeringai kearah Ichigo. Ya… Sepertinya dia menikmatinya. Ichigo bengong, lalu tertawa pelan.
"Cukup sampai disitu saja." Diacaknya rambut Rukia pelan, kemudian mendekatkan wajahnya, "Saat ini aku sedang mati-matian menahan hasrat disini." Jelasnya sambil menunjuk ke dadanya. Ya! Daritadi ternyata baik Ichigo dan Rukia sama-sama menahan diri untuk tidak ralut dalam kenikmatan.
"Hahaha… Dasar jeruk." Rukia tertawa sambil mengancingkan kembali baju seragamnya.
"Rasanya tidak enak, tahu! Dasar midget!"
"Hahaha!" Rukia makin tertawa, Ichigo sudah kembali seperti semula. Sampai saat ini Rukia masih merasakan sentuhan yang diberikan padanya. Tanda merah yang bertengger indah di leher, adalah cap dari Ichigo. Seperti sebuah amplop yang sudah dicap sah oleh pemiliknya.
Rukia memeluk tubuh bidang itu. Di dalam lemari sempit, tidak membuatnya merasa sesak. Malah semakin sempit semakin mudah baginya untuk mendekap Ichigo.
"Arigatou… Ichigo…"
"Kau tahu, Rukia…" Mereka mendekap satu sama lain, merasakan kehangatan oleh kedua tubuh. Ichigo perlahan memberi tahu Rukia tentang rahasianya, "Aku juga membenci hujan." Jelasya.
"Kenapa?"Sekarang gentian Rukia yang mendengarkan.
"Karena saat itu aku tidak bisa melindungi Ibuku…" Rukia kaget. Seketika itu tatapn Ichigo berubah menjadi sedih. Ichigo mengingat kembali masa dimana dia berumur 10 tahun. Dimana dia tidak bisa melindungi Ibunya, Masaki, yang tewas tertabrak.
"Saat itu, dalam hujan, Ibuku sedang melintas. Waktu itu Ibu tidak melihat mobil yang kencang. Aku berlari kearahnya, berusaha untuk mencegahnya. Tapi terlambat… Ibuku sudah membeku bersimbah darah." Lanjut Ichigo.
"Seharusnya saat itu, aku bisa melindungi Ibuku. Tapi…" Jari Rukia menutup bibir Ichigo. Kepalanya menggeleng pelan.
"Tidak usah mengingat masa lalu yang tidak ingin kau ingat, Ichigo. Jangan paksa dirimu…" Rukia membelai rambut Ichigo pelan. Berusaha memahami hati Ichigo. Bukan hanya dia yang merasakan rasa sakit di dalam hujan. Mereka berdua sama-sama terluka saat itu…
Ichigo tersenyum lembut, lalu mendekap erat gadis mungil itu. Mendekapnya semakin erat, seakan tidak rela untuk melepasnya.
"Ternyata Rukia itu seorang wanita, yah?" Bisik Ichigo tepat ditelinga Rukia.
"Memangnya kau kira aku ini siapa?" Rukia tertawa pelan.
"Si Chibi aneh yang punya hobi membullyku."
"Hooo… Jadi kau tidak suka aku bully, Jeruk?"
"Setidaknya gantian aku yang membullymu, Midget."
Bibir mereka saling bertemu, saling mencumbu secara bergantian. Desahan yang memburu membuat keduanya semakin bersemangat. Akhirnya belenggu yang dulu selalu menjerat hati mereka kini telah musnah. Membiarkan mereka berlari sejauh mungkin.
Tanpa menyadari hujan turun dengan deras. Setidaknya untuk hari ini, biarlah hujan yang menggantikan kesedihan mereka berdua…
Mereka pun bercinta…

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.