Orange Sun & Chappy White VII

Chapter 7 = This Thing Called Jealousy
Day 2, Under The Sea!
Sinar matahari begitu terangnya menemani hari-hari Ichigo dan Rukia bersama teman-teman yang lain saat liburan panas menjelang. Alasan mereka berada disana? Tentu saja apapun alasan mereka semua tidaklah sama. Alasan Asano dan Inoue pergi yaitu menikmati liburan musim panas bersama dengan semuanya. Bagi Mizuhiro, Chad, dan Ishida, mungkin memilik alasan yang sama, mengisi waktu di hari liburan. Untuk Chizuru sangatlah berbeda, alasannya kemari hanya untuk dan untuk bersama dengan Inoue, alasan yang aneh memang, karena ini pulalah Tatsuki pergi dengan alasan demi keselamatan Inoue. Menurut Ichigo, alasan dia pergi adalah, terlanjur janji sama Asano, "Awas saja kalau kau tidak ikut! Aku akan menerormu setiap malam!", begitu juga dengan ancaman Rukia, "Akan ku buat kau menyesal lebih dari sekedar sakit mental!", meski sedikit tidak mengerti maksud kata-kata Rukia, Ichigo agak merinding dengan ucapan dingin ala Rukia, akhirnya Ichigo pun ikut pergi. Dan Rukia? Sepertinya tidak usah ditanya…
"Ichigo! Belikan aku jus!"
"Ichigo! Cepat carikan tempat duduk untukku!"
"Hey, bodoh! Kenapa kau lupa beli minuman untukku!"
"Ichigo, punggungku pegal!"
"Ichigo, aku lapar!"
"ARRRRGGGHHH!" Ichigo mulai frustasi oleh perintah yang datang bertubi-tubi dari Rukia. Ini sih sama saja dengan diperbudak secara membabi buta.
"Huahahahaha!" Rukia tertawa terpingkal-pingkal. Apalagi wajah Ichigo sudah absurd tidak karuan. Bisa kalian bayangannya betapa hancur wajah si kepala jeruk ini.
"Hak asasi manusiaku…" Ichigo tepar. Tubuhnya direbahkan di kursi pantai samping Rukia. Payung yang menutupinya dari terik matahari sanggup membuat suasana sejuk. Ichigo lebih memilih untuk berdiam diri dikursi ketimbang bermain air dibawah sengatan matahari yang memancarkan radius sinar secara tidak normal.
"Ichigo, masa segitu saja kau sudah menyerah? Lemah sekali." Sindir Rukia ketika melihat Ichigo tidak berdaya lagi. Sebenarnya tidak terima dibilang begitu, namun Ichigo memilih untuk berdiam diri, tubuhnya yang basah akan keringat membuatnya terlihat seperti sudah mandi. Ichigo tidak tahan panas, itu sebabnya, dia selalu menolak kalau diajak pergi saat musim panas.
"Kurosaki-kun, kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat." Inoue menghampiri Ichigo. Wajahnya terlihat mengkhawatirkan Ichigo.
"Aku tidak apa-apa, Inoue. Aku hanya tidak tahan panas saja." Ichigo tersenyum ramah. Senyumannya yang hangat itu membuat pandangan Rukia teralihkan. Senyumannya itu sanggup membuat wajah Inoue merona merah.
"Ah, ngg… Syukurlah!" Ucap Inoue gugup.
"Ng? Wajahmu merah sekali, Inoue. Daijoubu no ka?" Tanya Ichigo melihat Inoue. Tidak sadar bahwa tindakannya itu justru membuat Inoue salah tingkah.
"Ah! Aku… Ini… Anu… Itu… Ahahahaha…" Inoue semakin gugup, akhirnya memutuskan untuk kabur sebelum Ichigo bertambah bingung melihatnya.
"Kenapa dia?" Ichigo menggaruk rambutnya heran. Namun, dia kembali melanjutkan istirahatnya, lebih baik menikmati hari dengan tidur…
Rukia mengamati Inoue yang perlahan ikut bergabung dengan rombongan Tatsuki, Asano, Mizuhiro, dan Chizuru main volley air dari kejauhan, sedangkan Ishida dan Chad tidak diketahui keberadaannya. Tersirat senyuman tipis diwajahnya, diamati kembali Ichigo yang sudah tidak sadarkan diri. Rukia seperti menemukan sesuatu yang menarik di hadapannya.
xXxXx
In The Night?
"Kuchiki-san~! Ayo kita lihat festival kembang api!" Seru Asano menghampiri Rukia yang sedang membaca buku di sudut ruangan.
"Maaf, aku tidak ikut." Rukia tersenyum ramah, "Sepertinya aku kurang enak badan."
"Heee? Kau tidak apa-apa, Kuchiki-san?" Asano mulai berteriak-teriak. Ichigo yang melintas tidak sengaja mendengarnya lalu menghampiri mereka berdua.
"Kau kenapa, Rukia?"
Rukia menoleh ke arah Ichigo, "Kepalaku sedikit pusing. Mungkin gara-gara tadi siang terlalu lama berada di bawah terik matahari." Jelasnya. Inoue yang kemudian melintas pun ikut menghampiri mereka semua.
"Kuchiki-san, aku bawakan obat." Ucapnya sambil memberikan obat sakit kepala untuk Rukia.
"Arigatou, Inoue. Aku istirahat dikamar saja." Posisi badan Rukia berubah berdiri. Dia pun beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Asano yang dari tadi sudah memasang wajah ceman, begitu juga dengan Ichigo.
"Aku temani, Kuchiki-san." Inoue bergegas mengikuti langkah Rukia. Mereka pun berlalu dari hadapan Ichigo dan Asano.
"Oi, Keigo." Ucap Ichigo, "Sepertinya aku juga tidak ikut." Sambungnya sambil ikut berlalu dari sana. Meninggalkan Asano yang kebingungan.
"Heee?" Asano mematung.
xXxXx
Di sepanjang kodidor, Rukia dan Inoue sama-sama tidak mengeluarkan suara. Entah apa yang mereka berdua pikirkan. Rukia, bisa-bisanya suasana mendadak jadi hening seperti ini. Berbeda sekali dengan pikiran Inoue, sepertinya ingin sekali bertanya sesuatu ke Rukia, namun niat itu selalu diurungkan, dan akhirnya dibiarkan menjadi sebuah rasa penasaran yang hebat.
"Anu… Kuchiki-san." Langkah Inoue terhenti, sepertinya dia tidak kuat menahan rasa penasaran dalam hatinya dan akhirnya memutuskan untuk bertanya.
Rukia menoleh kearah gadis yang sedang memanggilnya. Mencoba mendengarkan kata-kata yang selanjutnya diucapkan.
"Ngg… Apa hubunganmu dengan Kurosaki-kun?"
Mereka berdua terdiam. Suasana semakin hening…
"Kau kepikiran, Inoue?" Ditanya seperti itu, Inoue salah tingkah. Ternyata Rukia sudah bisa menebaknya, hal itu sangat terlihat sekali, Inoue menyukai Ichigo.
"Ah, aku…" Wajah Inoue merona merah. Membuat Rukia terkikik geli melihatnya.
"Kau suka Ichigo?" Satu pertanyaan yang sukses membuat Inoue blushing ria. Rukia semakin tersenyum, "Aku dan Ichigo hanya teman saja, Inoue. Hubungan kami tidak akan pernah berubah lebih dari ini."
Inoue terkejut mendengar penuturan Rukia, benarkah seperti itu? Inoue merasa jawaban itu bukan jawaban yang ingin didengarnya.
"Kuchiki-san, kau yakin dengan jawabanmu?" Inoue memastikan. Rukia menjawab dengan senyuman tipisnya, lalu kembali berpaling untuk melangkah maju.
Inoue tidak mengikuti langkahnya, hanya menatap dan menatap kosong punggung Rukia. Wajahnya terlihat begitu sedih, mencoba mencari arti kata-kata Rukia. Inoue tidak begitu senang dengan kata-kata Rukia, meskipun harusnya dia senang akan itu…
xXxXx
Rukia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tempat hotelnya menginap. Bingung dengan apa yang dia rasakan sekarang. Rukia sedikit merasa bersalah dengan Inoue, harapan apa yang sedang dia berikan untuk gadis itu? Inoue terlalu polos untuk dibohongi. Rukia tahu itu…
"Rukia, kau didalam?" Terdengar sayup suara Ichigo di seberang pintu. Rukia tidak merespon balasannya, namun satu hal yang gadis mungil itu lupakan, Rukia tidak mengunci pintu kamarnya, tentu saja membuat Ichigo bisa masuk dengan mudah tanpa perlu menunggu jawaban dari Rukia.
"Siapa suruh kau masuk, Jeruk!" Seru Rukia.
"Siapa suruh kau tidak menjawab pertanyaanku, Midget!" Balas Ichigo. Sekarang ini Rukialah yang sedang kehilangan kata-kata kejamnya. Moodnya sama sekali tidak bergairah untuk mengejek Ichigo. Perasaan apa ini? Kenapa Rukia terlihat begitu kacau.
"Ichigo…" Rukia kembali berbicara.
"Hm?" Ichigo mendengarkan.
"Pergilah lihat festival kembang api." Suruh Rukia.
"Jika aku pergi, siapa yang nanti bersamamu?"
"Aku bisa urus diriku sendiri. Kau pergilah dengan yang lain."
"Ini termasuk perintahmu, Rukia?" Ichigo menggaruk kepalanya pelan.
"Tentu saja!" Ucap Rukia tegas.
"Aku menolak." Ichigo mendengus pelan.
"Kau tidak punya alasan untuk menolak, Jeruk!"
"Tentu saja punya!"
"Kumohon…" Perlahan suara Rukia terdengar lirih, "Pergilah dengan yang lain…"
Ichigo terdiam, kali ini, dengan berat hati, dia menuruti keinginan Rukia, perlahan langkah kakinya berjalan menuju Rukia yang sedang duduk di kasur. Membelai rambut gadis mungil ini dengan lembut, terlihat sekali Ichigo mengkhawatirkannya.
"Kalau ada apa-apa, panggil aku." Pesan cowok berambut orange itu sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu kamar Rukia.
xXxXx
Festival malam di musim panas berlangsung begitu meriah disebuah Kuil di dekat hotel tempat Ichigo dan yang lainnya menginap. Semua orang menikmati pemandangan beserta kilauan cahaya kembang api yang diluncurkan. Warna-warni yang bertebaran di langit sangat memanjakan penglihatan. Hanya satu orang tidak begitu tertarik untuk melihat pesona kembang api yang mengambang indah, Ichigo…
"Kurosaki-kun," Inoue menghampiri Ichigo yang terdiam, "Daijoubu?" Tanyanya pelan. Menyadari bahwa Ichigo tidak menikmati suasana ini.
Ichigo menoleh pelan kearah Inoue, gadis itu terlihat manis dengan yukata berwarna coklat muda, sangat kontras dengan rambut coklat panjangnya yang di sanggul keatas.
"Aku tidak apa-apa, Inoue." Ichigo tersenyum kearah Inoue, menyadari bahwa tindakannya membuat gadis manis yang berada di depannya mengkhawatirkannya. Namun apa daya, dirinya sudah terlanjur kepikiran akan Rukia. Lagi-lagi si mata violet itu tidak seperti biasanya. Ichigo membenci perubahan sikapnya! Masalahnya dia tidak pernah mengetahui kenapa Rukia bisa berubah, apa penyebabnya?
"Sebaiknya tidak usah memaksakan diri, Kurosaki-kun. Kalau memang mau kembali, kembali saja." Jelas Inoue, sepertinya mengetahui pikiran Ichigo.
"Hahaha, aku tidak apa-apa Inoue. Lagipula, Rukia yang menyuruhku ikut pergi." Ichigo tertawa. Inoue tertegun mendengar nama Rukia disebut.
"Jadi, kalau Kuchiki-san bilang tidak pergi, Kurosaki-kun tidak akan pergi, begitu?"
"Yah, tidak begitu juga sih…" Ichigo berusaha untuk mengelak, "Sepertinya yang lain menikmatinya, aku hanya ikut menemani saja." Sambungnya lagi.
"Kalian berdua tidak pandai berbohong." Inoue menutup matanya, tersenyum tipis. Ichigo menatapnya heran, tidak mengerti yang diucapkan oleh Inoue.
"Kurosaki-kun, bagaimana menurutmu tentang aku?" Inoue menatapnya tajam, berbeda sekali dengan Inoue yang biasanya selalu tertawa ceria dihadapannya. Gadis ini terlihat begitu serius menatap Ichigo, tatapan tersirat lebih memandang Ichigo.
"Maksudmu?" Dasar Ichigo, dia memang tidak mengerti perasaan wanita. Dari dulu Inoue begitu menyukainya, namun hal itu tidak pernah disadarinya. Padahal gadis itu selalu memberikan perhatian lebih kepadanya, namun dasar memang tidak peka, Ichigo tidak pernah menyadarinya sampai sekarang.
"Apakah aku masih kurang untukmu?" Wajah Inoue memerah, menatap Ichigo yang mulai sadar dengan kata-katanya, cowok itu terlihat sedikit memerah.
"Ah, aku…" Ichigo mulai salah tingkah.
"Kuchiki-san bilang padaku, Kurosaki-kun dan dirinya hanyalah teman. Kalau memang begitu, mungkinkah aku ada harapan?" Inoue menatap lekat wajah Ichigo. Cowok ini benar-benar kehilangan kata-kata untuk membalasnya. Ada seorang gadis yang sedang mencoba menyatakan perasaan kepadanya! Inoue Orihime, gadis manis yang mempesona, senyumannya, keramahannya, kebaikan hatinya, banyak disanjung oleh seluruh laki-laki di sekolah. Apalagi ditambah bentuk tubuh yang sangat mencapai batas normal. Tidak ada yang tidak mengetahuinya, namun hanya 1 orang yang bisa mencuri perhatian Inoue, dia memiliki rambut orange satu-satunya di sekolah Karakura. Entah kenapa bisa dia mendapatkannya, namun itu adalah rambut aslinya!
Inoue tertarik oleh Ichigo sejak pertama kali masuk sekolah, cowok itu entah kenapa menyita banyak perhatiannya, yang tidak pernah sadar bahwa dirinya diperhatikan oleh seluruh gadis di kelasnya. Dan sekarang akhirnya jarak diantara mereka bisa begitu dekat,Inoue tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Kurosaki-kun no koto ga suki da yo…" Baik Inoue maupun Ichigo, keduanya sama-sama merona merah. Untuk Inoue, baru pertama kalinya dia menyatakan perasaannya. Dan untuk Ichigo, baru pertama kali dia mendapat pernyataan dari seseorang. Keduanya pun terdiam dalam keramaian, lantunan gendang yang ditabuh tidak menghiraukan mereka berdua. Suara riuh yang senantiasa selalu menemani suasana festival, yang membuat Asano dan yang lainnya tidak terlalu mencari keberadaan mereka. Saat ini baik Ichigo maupun Inoue, sama-sama menundukkan kepala…
"Terima kasih, Inoue…" Ichigo tersenyum tipis, "Tapi maaf. Aku…"
"Aku tahu, kok!" Inoue menyela kata-kata Ichigo, dia tahu apa yang akan Ichigo katakan. Inoue tidak ingin mendengarnya, "Aku sudah tahu, Kurosaki-kun." Inoue berusaha tegar di depan Ichigo, setidaknya dia tidak ingin kelihatan lemah saat perasaannya di tolak. Anehnya, Inoue tidak seperti biasanya, gadis ini mudah sekali menangis, namun khusus hari ini, dia berusaha untuk tidak menangis. Dia tidak ingin Ichigo mengasihani dirinya.
"Arigatou, Inoue…" Ichigo kembali tersenyum lembut. Senyuman yang seandainya saja di tujukan hanya kepada Inoue.
"Pergilah, Kurosaki-kun. Kuchiki-san menunggu." Seru Inoue.
"Hee? Tapi, dia menyuruhku untuk pergi kemari."
"Hahaha… Kau ini lucu sekali, Kurosaki-kun." Inoue tertawa,"Pergilah! Sekali-sekali tunjukkan wajahmu yang lucu itu kepadanya." Sambungnya.
"Dia selalu melihat wajahku yang seperti ini, kok." Gumam Ichigo agak malu. Kemudian dia membalikkan badannya, sepertinya dia harus menuruti saran Inoue. Dia ingin menemui Rukia, sangat ingin! Sebelum pergi, langkahnya terhenti untuk bilang sesuatu untuk gadis yang berani kepadanya,
"Terima kasih, Inoue. Aku pergi dulu." Bayangan punggung Ichigo perlahan menghilang dalam keramaian, meninggalkan Inoue yang menatapnya sambil tersenyum simpul.
"Ganbatte, Kurosaki-kun…" Inoue berbalik arah, tanpa disadarinya, ternyata Ishida terus memperhatikan mereka berdua dari kejauhan dan baru menghampiri Inoue saat Ichigo mulai menjauh.
"Inoue-san." Ishida menghampiri, dengan wajah yang sedikit salah tingkah.
"Ishida-kun? Sejak kapan kau ada disini?" Inoue kaget.
"Da-dari tadi," Wajah Ishida terlihat memerah, "Kau tidak apa-apa, Inoue-san?"
"Eh? Aku baik-baik saja, kok." Inoue kembali bersikap seperti biasa. Dia tidak ingin membuat Ishida mengkhawatirkannya,walaupun kenyataannya, hatinya sedikit retak dengan melihat Ichigo terdiam. Melihat tindakannya saja, Inoue sudah menyadari siapa yang ingin dilihat oleh Ichigo.
"Ngomong-ngomong, Kurosaki kemana?" Tanya Ishida kemudian.
"Kembali ke hotel. Sepertinya perasaannya sedang tidak enak." Inoue memberikan alasan. Sambil sesekali tersenyum ke arah Ishida. Ishida mengerutkan keningnya, namun akhirnya memilih untuk mengangguk saja.
"Inoue-san, sebaiknya kita menyusul yang lainnya gimana?" Ajak Ishida.
Inoue mengangguk, "Jadi kau disini menungguku,Ishida-kun?"
"Ah, tidak, aku hanya kebetulan saja." Terlihat Ishida menjawab dengan gugup. Inoue tersenyum geli, lalu mereka berdua berjalan beriringan menyusul teman-temannya berada.
Suasana festival malam itu, begitu dirasakan semakin terasa nikmat. Ichigo sedikit menyadari alasan dia kemari, hanya untuk menemani Rukia, karena disuruh Rukia, karena ingin menikmati suasana laut berdua dengan Rukia. Beberapa jawaban yang hanya terfokus pada Rukia…
xXxXx
Rukia – P.O.V –
Suasana malam di tepi pantai. Aku berjalan pelan, mengikuti arah angin laut. Malam hari dengan keramaian festival malam, entah kenapa aku tidak begitu bersemangat seperti kemarin. Pandangan mata Inoue dan sikap ramah Ichigo sedikit menghancurkan hatiku, ternyata cemburu itu seperti ini, yah? Padahal aku membenci sikapku yang seperti ini! Ini sama saja dengan mengulang kejadian yang lalu, saat aku harus merelakan seseorang yang ku sayangi bersama gadis lain.
Sudah lama kusadari, Inoue ada hati dengan Ichigo. Dan Ichigo pun sepertinya tidak sadar kalau dia sebenarnya juga ada sedikit rasa terhadap Inoue. Dan lagi-lagi, aku yang melihatnya! Kenapa harus aku! Aku! Aku tidak suka…
Menyebalkan! Perasaan ini, kenapa aku memusingkan hal bodoh seperti ini, sampai cari-cari alasan tidak enak badan lagi! Yang sakit bukan tubuhnya, tapi hatiku!
Geratan handphone di dalam kantong bajunya terasa, sepertinya ada panggilan masuk untukku, aku mengangkatnya, "Ya?"
"Rukia…" Aku kembali terdiam, suara ini?
"Ada apa, Byakuya-niisama?" Aku sangat mengetahui sifat Byakuya-niisama, jika dia memanggilku atau bahkan sampai repot-repot menelponku, pastilah sesuatu yang penting.
"Waktumu hampir habis…" Aku terdiam tidak membalasnya. Terdengar bunyi tut-tut tanda pembicaraan diakhiri. Pandanganku lurus menatap arah laut yang terang oleh sinar bulan. Waktuku hampir habis? Benarkah semuanya hampir berakhir? Ichigo, aku…
"Rukia?" Dari belakangku terdengar sebuah suara yang berbeda. Suara ini bukan suara Ichigo? Namun aku mengenali suara ini, suara ini milik seseorang di masa lalu…
Aku mencoba menoleh, dengan rasa takut aku mencoba mencari tahu pemilik suara ini. Dan ternyata, firasatku benar. Dia, seseorang yang pernah mengisi hari-hariku, yang pernah aku cintai, dia, dengan tato 69 diwajahnya, aku tidak akan pernah melupakannya. Dia,
"Shuuhei?"
"Rukia! Ternyata benar!" Pria berambut hitam itu tersenyum penuh arti kepadaku. Tubuhku seketika itu juga membatu, aku tidak bergerak! Seperti melekat oleh pasir laut! Ah! Kenapa ini? Tubuhku…
"Kenapa kau disini, Shuuhei?" Kutanyakan alasan dia berada disini.
"Aku mencari-carimu, ternyata ada disini." Jawabnya lembut. Suara yang selalu ku rindukan, kini sedang berada dihadapanku. Kenapa semuanya terjadi mendadak begini, sih? -_-!
"Bagaimana bisa kau tahu aku ada disini?"
"Aku tanya Kuchiki-san, dan dia mencarimu untukku." Oh, ternyata begitu. Tidak heran, kalau dia bisa menemukanku dengan mudah. Apalagi Shuuhei adalah satu-satu pewaris sah dari perusahaan Hisagi, hanya mencari sosok diriku saja bisa mengerahkan 1 rombongan, seperti mau perang saja.
Aku merapikan rambutku yang mengalun pelan terbawa angin, entah apa yang terpancar dari raut mukaku. Aku benar-benar tidak mau memikirkannya!
"Rukia, bisakah kita bersama lagi?" Ujar Shuuhei to the point. Ini orang tidak pernah berubah, yah! Dari dulu selalu saja langsung ke inti masalahnya, tidak mengerti sikon lagi!
Aku menatapnya jutek, "Memangnya kapan kita menjalin hubungan?"
"Ternyata kau masih marah dengan kejadian dulu."
"Menurutmu?"
"Yah, kalau memang marah, aku harus bagaimana?"
Aku menghela nafas panjang, untung Ichigo tadi aku suruh pergi ke festival. Tidak bisa dibayangkan mereka bertemu dalam situasi seperti ini. Shuuhei menatapku. Ukh! Tatapan itu! Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatnya seperti ini. Sedikit kesal, tapi aku merindukannya… Aku merindukan dirinya…
"Hey, midget! Kau pikir aku bisa memaafkan mu begitu saja?" Ichigo?
Ku tundukkan kepalaku, aku tidak berani menatapnya, apalagi membiarkan Shuuhei menatap wajahku yang suram. Aku teringat akan Ichigo, seharusnya aku yakin dengan perasaanku ini. Tapi apa ini, kenapa perasaanku kembali dilemma seperti ini…
Kurasakan tubuh mungilku merapat kearah Shuuhei. Heee? Dia memelukku? Perasaanku, ARGH!
"Lepaskan aku, bodoh!" Aku mencoba untuk melepaskan dekapannya.
"Aku merindukanmu, Rukia…" Kata-katanya membuat mulutku terkunci. Ajaibnya, aku sedikit terhanyut, apalagi suasana yang sangat mendukung ini. Aku…
Rukia – P.O.V – End
xXxXx
Normal – P.O.V –
Langkahnya terhenti, menatap sesuatu yang dihadapannya dengan sedikit terkejut. Rambut orangenya menari pelan tertiup angin sejuk. Ichigo terdiam, terus menatap Rukia yang tengah berada dalam dekapan seseorang yang tidak dikenalnya. Mata coklat itu terus menatapnya,mengamatinya dari kejauhan. Entah apa yang dirasakan olehnya, Ichigo tidak berusaha mengganggu atau pun marah atau apapun. Semilir bayangan yang terdiam pelan, perlahan mulai menghilang. Hatinya perlahan-lahan merasa retak.
"Mungkin kata-kata Inoue benar…" Gumam Ichigo dan akhirnya memilih untuk menjauhi tempat dia berpijak.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.