Orange Sun & Chappy White VIII

Chapter 8 = Dilemma
~ The Man Who Can't Leave ~
Rukia menelurusi kodidor sepanjang hotel. Langkahnya terhenti di sebuah kamar nomor 201, yang merupakan kamar Ichigo dan Chad menginap. Entah kenapa dirinya tiba-tiba ingin menemui Ichigo. Pertemuannya dengan Shuuhei membuatnya berpikir 2 kali tentang hubungannya dengan Ichigo.
"Ichigo?" Ketukan pelan Rukia lakukan, "Kau di dalam?"
Tidak ada jawaban dari seberang pintu, namun pintu terbuka pelan, menandakan bahwa ada seseorang di dalam. Ichigo ternyata berada di dalam kamarnya, pikirannya kosong, dia hanya menatap Rukia lurus, seperti tidak ada semangat sama sekali. Rukia heran melihat Ichigo, namun kakinya melangkah maju dan mencoba untuk bertanya kenapa.
"Kenapa kau, Jeruk? Bagaimana dengan festivalnya?" Tanya Rukia mengawali pembicaraan. Berusaha bersikap seperti biasa. Apalagi dalam keadaan suasana yang garing seperti ini. Ichigo yang tiba-tiba jadi pendiam dengan Rukia yang agak canggung berhadapan. Ini bukan situasi di saat mereka sedang bersama!
"Ichigo? Ada apa?" Rukia sadar bahwa ada yang tidak beres dengan Ichigo. Dia menghampiri Ichigo yang sejak membukakan pintu hanya duduk terdiam di kasurnya. "Kenapa mukaku jelek sekali?" Tangannya mencoba memeriksa kening Ichigo, apakah pria tersebut terkena demam.
Ichigo menepis tangan Rukia, suatu hal yang tidak pernah di lakukannya. Hal ini tentu saja mengagetkan Rukia, "Ichigo?"
"Aku tidak apa-apa." Ichigo menjawab singkat.
"Tidak apa-apa tapi mukamu lesu begitu?" Rukia tidak percaya.
"Memang mukaku seperti ini."
"Ada apa, sih?" Rukia tetap memaksa ingin tahu.
"Aku tidak apa-apa."
"Pasti ada apa-apa denganmu, Jeruk Baka!"
"Sudahlah Rukia..." Ichigo terdiam sejenak, "Bisakah kau keluar dari kamarku?"
Rukia tertegun mendengar kata-kata Ichigo. Dia tidak salah dengar, kan? Ichigo sedang mengusirnya secara sopan.
"Apa-apaan kata-katamu itu? Jangan seenaknya yah, TAWAKE!"
BLETAK! Rukia sampai mengerahkan seluruh tenaga untuk menjitak kepala orange Ichigo. Supaya cowok yang seperti mayat berjalan ini sedikit sadar dari mimpinya.
"Ugh! Midget sialan! Apa-apaan kau!" Ichigo merintih pelan sambil mengusap kepalanya dengan lembut. Bogem Rukia sukses membuat tanda benjol di kepala Ichigo.
"Kau ini kenapa sih? Apa ada yang membuatmu tidak nyaman?" Tanya Rukia sekali lagi. Berusaha mengecilkan volume suaranya, dirinya terlihat mengkhawatirkan Ichigo. Pemandangan yang jarang sekali di lihat Ichigo.
"Aku ingin tanya sesuatu padamu, Rukia." Ichigo akhirnya memutuskan untuk bertanya tentang semua hal yang mengganjal di hatinya. Dia tidak tahan terus menerus memendam semua perasaan itu semua. Lebih baik bertanya daripada tidak sama sekali!
"Hm?" Rukia mendengarkan.
"Kau bilang apa sama Inoue?"
Sing...! Suasana kembali hening. Kedua mata saling menatap lekat. Tidak terpancar dari keduanya rasa ketakutan, baik Ichigo maupun Rukia.
"Aku dan Ichigo hanya teman saja, Inoue. Hubungan kami tidak akan pernah berubah lebih dari ini." Ucapan Rukia terhenti, "Ini yang mau kau dengar, Ichigo?"
"Jawaban yang bagus sekali, Rukia. Kau ingin membuatku bersama dengan Inoue?" Terlihat sekali Ichigo tidak senang dengan kata-kata Rukia.
"Kalau iya memang kenapa?"
"Ck!" Decak Ichigo. Di tariknya tangan Rukia, Ichigo menghempaskan tubuh mungil itu ke tempat tidur hotel kamarnya.
"Aw..." Meskipun kasur hotel begitu empuk, namun lumayan sakit jika di jatuhkan secara paksa seperti itu. "Apa yang kau lakukan, Baka!"
"Jadi selama ini kau mempermainkanku, Rukia?" Tubuh Ichigo sukses mengunci Rukia. Pandangan keduanya kembali bertemu, Ichigo menatap tajam kedua bola mata Rukia. Terpancar sekali amarah yang sebentar lagi akan meledak.
"Lepaskan aku, Jeruk!" Rukia berusaha meronta. Kedua tangannya terkunci dengan sukses oleh genggaman keras Ichigo. Tenaganya tidak cukup kuat untuk lepas dari tangan kuat Ichigo.
"Berapa pria yang sudah kau tipu dengan wajahmu ini, Rukia?" Ichigo menarik dengan kasar dagu Rukia. Kata-katanya begitu kelewatan, terlihat sekali Rukia menahan amarah karena merasa dirinya terhina.
"Jaga mulutmu, Kurosaki Ichigo!" PLAK! Sebuah tamparan terasa panas di pipi Ichigo. Rukia menamparnya dengan sekuat tenaga. Ini pertama kalinya dia mengeluarkan emosi sebesar ini. Kata-kata Ichigo sudah keterlaluan menurutnya. Bisa-bisanya Ichigo berpikir rendah tentang dirinya, ini sangat menusuk perasaan Rukia. Gadis itu terlihat sangat kecewa, begitu kecewa, yang bahkan membuat tangan yang menampar Ichigo terasa begitu sakit...
Tanpa berkata apa pun, dengan kasar Rukia mendorong tubuh Ichigo dan mencoba keluar dari kamar itu. Kali ini Ichigo tidak mencegahnya. Si kepala jeruk ini terdiam, sedikit mengingat sorot mata Rukia yang seperti ingin menangis.
Chad berjalan pelan menyusuri kodidor untuk kembali ke kamarnya. Terlihat Rukia yang sedang berlari seperti sedang di kejar-kejar sesuatu, sampai tidak sadar bahwa tubuhnya menabrak tubuh besar Chad.
BRUG!
"Daijoubu kaa?" Tanya Chad pelan. Tubuhnya sama sekali tidak bergeming di tabrak oleh Rukia. Gadis mungil itu hanya terdiam, tanpa meminta maaf atau berkata apa pun, tetap melanjutkan kegiatan berlarinya. Meninggalkan Chad yang mengamati langkah kakinya yang semakin menghilang. Chad pun akhirnya memutuskan untuk terus melangkah. Dan saat berada di ambang pintu kamarnya yang terbuka, Chad melihat Ichigo yang terdiam di atas tempat tidurnya. Raut muka yang tidak seperti biasanya, untuk seorang Chad tidak perlu waktu lama untuk mngetahui ada sesuatu yang terjadi dengan Ichigo, apalagi baru saja dia melihat Rukia yang terlihat terburu-buru dengan menahan ekspresi kesal seperti tadi.
"Ichigo." Gumam Chad pelan. Meskipun tidak ada alasan untuknya untuk memanggil Ichigo, hanya memastikan bahwa temannya masih sadar atau sedang melayang ke dalam pikirannya.
"Aku benci diriku sendiri..." Gumam Ichigo ketika menyadari perbuataannya menyinggung perasaan Rukia. Tidak dapat di pungkiri, di dalam hati Ichigo semuanya bergejolak, semua perasaan dari rasa cemburu, heran, sedih, marah, kecewa, semuanya bercampur menjadi satu. Dan itu semua meledak setelah melihat reaksi Rukia yang justru di luar dugaannya.
Chad yang daritadi masih berada di ambang pintu hanya setia mendengarkan Ichigo mengeluh kepada dirinya sendiri. Entah sadar atau tidak, Chad sepertinya tahu alasan Ichigo mengeluh.
"Kau tidak mengejarnya, Ichigo?" Tanya Chad tanpa ekspresi yang terpancar dari mukanya.
Ichigo menoleh sesaat ke arah Chad yang masih terdiam di ambang pintu, tersenyum tipis, "Tidak. Biarkan aku istirahat dulu..."
xXxXx
~ The Girl Who Can't Break Up ~
Rukia kembali memandangi suasana laut di malam hari. Angin laut yang berhembus pelan mengayunkan rambut hitamnya, sinar bulan yang memantul indah di laut membuat suasana sangat romantis. Namun tidak untuk Rukia. Liburan musim panas pertama yang dia lewatkan dengan Ichigo malah berakhir dengan pertengkaran mereka berdua. Entah karena apa, suasana hati mereka malah jadi kacau. Rukia tidak menyalahkan Ichigo, tidak menyalahkan siapa pun.
"Semuanya salahku..." Gumamnya dalam keheningan malam. Sambil menghirup dalam-dalam sang angin laut yang segar, mencoba menenangkan perasaannya yang hancur sejak mendengar kata-kata Ichigo.
Tangannya meraih kantung kecil yang menyimpan handphone flip milik Rukia. Waktu menunjukkan pukul 11 malam, angin malam pun begitu terasa menusuk kulit putihnya. Rukia menekan tombol nomor yang sudah di hafalnya, mencoba menghubungi seseorang.
"Ada apa?" Terdengar bunyi telepon yang di angkat. Byakuya mengangkat panggilan itu. "Sepertinya ada suatu hal yang akan kau katakan, Rukia. Jarang sekali kau yang menelponku seperti ini." Sambungnya, nadanya terdengar datar.
Rukia terdiam sesaat, "Waktu ku sudah habis."
Byakuya di seberang telepon tidak merespon. Dirinya dan juga Rukia sama-sama terdiam dalam waktu yang lumayan lama.
"Lalu?"
"Aku akan kembali, menjalankan kewajibanku sebagai seorang Kuchiki." Jelas Rukia mantap. Dia sudah memutuskan, walau pun agak ragu, namun Rukia yakin, tidak akan ada yang kecewa dengan keputusannya ini.
"Kau yakin, Rukia?" Byakuya meyakinkan. Dirinya tahu betul sifat Rukia, adiknya itu jika sudah memutuskan, dia akan tetap memegang teguh pendiriannya itu.
"Ya. Aku akan kembali dengan Shuuhei malam ini."
"Baiklah. Aku akan menunggumu."
Pip! Rukia mengakhiri pembicaraan. Di belakangnya telah menunggu Shuuhei seperti biasa. Seperti mengetahui kedatangan Rukia kemari.
"Kita pulang?" Tanya Shuuhei kepada Rukia. Mungkin itulah tujuannya kemari.
Rukia mengangguk pelan, "Ya... Aku ambil barang-barangku dulu..."

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.