Rukia Engagement II

Chapter 2
Ichigo menyeka keringat di dahi dengan lengan bajunya. Hari ini cuaca luar biasa tidak bersahabat. Matahari bersinar dengan gagah di atas umat manusia. Ditambah lagi dia harus berlari-lari mengitari hampir separuh kota hanya untuk mengejar satu hollow lemah. Kekuatannya memang tidak seberapa. Tapi kemampuan larinya jauh lebih hebat dari pelari profesional.
"Akhirnya beres juga!" Ichigo mengatur kembali nafasnya yang tersenggal-senggal. Pangkal zanpakuto-nya dia gunakan untuk menopang dagu. Perlahan dia bisa merasakan angin sepoi-sepoi yang berhembus pelan melewati serat-serat bajunya. Memberikan sedikit kesejukan di kulit.
"Sudah sebulan, kenapa dia belum kembali!" katanya pada diri sendiri. Saat ini dia sedang memikirkan Rukia. Sebulan berlalu sejak kejadian itu. Tidak satu berita pun dia dengar tentang cewek itu. Ichigo sudah coba menelponnya, tidak ada jawaban. Ichigo berpikir mungkin karena mereka tinggal di dunia yang berbeda.
Dua minggu yang lalu dia bahkan menyempatkan diri mampir ke Soul Society. Tapi disana dia tidak menemukan Rukia. Renji sendiri tidak tahu keberadaan Rukia, katanya sudah sebulan dia tidak melihat Rukia di Seireitei. Sama halnya dengan Ichigo, Renji yang mencium ketidak beresan ini mulai mencari-cari informasi. Mencari Rukia di setiap sudut Soul Society. Bahkan dia sampai memberanikan diri menanyakannya pada Byakuya. Tapi jawab kaptennya itu Rukia baik-baik saja. tidak ada yang perlu dia cemaskan. Saat ditanya apakah dirinya bisa menemui Rukia, Byakuya menolaknya. Tidak banyak yang bisa dia perbuat.
Setelah tubuhnya kering dari keringat, Ichigo kembali ke tubuh asalnya yang saat ini ditempati Kon.
"Dasar payah! Coba kalau ada Nee-san, sudah dari tadi Hollow itu mampus!" cela Kon setelah dirinya kembali ke tubuh asal.
"Be-ri-sik!" Ichigo menendang Kon hingga boneka malang itu terpental berpuluh-puluh meter. "Bikin mood ku yang sudah jelek jadi makin jelek!"
Dari kejauhan, samar-samar terdengar suara Kon yang mengumpat tidak jelas. Ichigo menyempatkan dirinya mendengar beberapa kata makian Kon yang semuanya dituju untuk dia. Menghela nafas sekali kemudian berjalan pergi meninggalkan boneka itu sendirian.
Kon pontang panting berlari mengejar Ichigo setelah semua kekesalannya hilang. Kakinya yang mungil membuatnya harus berlari kencang agar bisa mengejar cowok itu.
"Ichigo, kau tidak merindukan Rukia?" tanyanya.
Ichigo tidak menjawab. Dia terus melangkah sama sekali tidak menganggap keberadaan Kon.
"Hoi Ichigo! Kamu dengar tidak?"
"Dengar!" balasnya singkat.
"Kira-kira apa yang terjadi pada Nee-san ya?" Kon mendongak ke atas, menunggu, kira-kira rekasi apa yang akan ditampilkan oleh Ichigo. Menunggu dan menunggu. Sayang sesentipun raut wajahnya tidak berubah. Ichigo tampak tidak peduli. Dia terus berjalan dengan wajah menatap lurus kedepan. Itu saja.
"Aku iri padamu! Bisa setenang itu. Sejak Nee-san pergi, aku tidak pernah bisa tidur nyenyak," Kon berkeluh kesah.
Ichigo yang mendengarnya hanya menghela nafas sekali. Dia juga kesal. Sama seperti Kon. Semenjak kepulangannya dari Soul Society dia nyaris tidak pernah tidur di malah hari. Dirinya selalu terjaga. Bayang-bayang Rukia tidak pernah lepas dari otaknya. Apalagi saat-saat terakhir yang begitu indah. Ichigo bahkan ingat dengan detail setiap detik yang mereka lalui. Keharuman tubuh Rukia. Rambut lembut yang menyentuh kulitnya. Suaranya yang terdengar merdu. Semuanya, semuanya masih terekam dengan jelas.
"Ichigo, itu…" Kon menarik celama Ichigo sambil menunjuk-nunjuk kearah depan.
Ichigo sontak tersadar dari lamunannya. Arah pandangannya menatap ke tempat yang ditunjuk Kon. Dari kejauhan sana bisa dilihatnya sosok sesorang yang begitu di kenalnya. Ichigo melangkah lebih cepat. Ingin segera memastikan siapa yang sedang berdiri di depan sana.
Ichigo menyipitkan matanya, "Ganju?" panggilnya.
"Yo, lama tidak ketemu ya!" gaju melambaikan tangannya sambil nyengir lebar.
"Kenapa, kenapa ada disini?" tanya Ichigo bingung. Memang sesuatu yang luar biasa melihat Ganju di dunia manusia dengan pakaian ala yakuza.
"err… itu…" Ganju telihat gugup. Ragu-ragu dia mengulurkan tangannya. Dia seperti menawarkan sesuatu pada Ichigo.
Ichigo meliriknya sekilas, lalu kebali menatap Ganju. "Apa itu?"
"Bacalah!"
Ichigo mengambilnya. Sebuah undangan berwarna putih dengan tulisan emas. Matanya menelusuri setiap tulisan berwarna emas itu.
The wedding
Kata tulisan yang terletak dibagian tengah atas. Lalu dibawahnya tertulis dua nama dengan tinta emas dalam dua baris dengan ukuran sedikit lebih besar dan terlihat mencolok
Ukitake Jushiro
Kuchiki Rukia
Ichigo melebarkan matanya supaya dia bisa melihat lebih jelas. Membaca lagi, lagi, dan lagi. Memastikan matanya bahwa ada kesalahan dalam penulisan nama. Sayang mau berapa ratus kali dibaca, tidak ada yang salah dalam huruf-huru itu.
"Apa maksudnya ini?"
Ganju memalingkan wajahnya, tidak berani mentap langsung mata Ichigo. Dia sudah menduga Ichigo akan bertanya seperti itu.
"Maaf, ini salahku," katanya pelan.
Ichigo mencengkram erat bahu Ganju dan menggoyangnya. "Jawab pertanyaanku, Ganju!"
"Aku…," katanya lalu terdiam sebentar. Ichigo menatap wajahnya yang tertunduk dengan sorot mata tidak sabar. "Aku tahu kamu menyukainya. Seharusnya aku menghentikan kakakku. Tapi yang kulakukan hanya diam saja. Maaf Ichigo aku tidak berguna."
"Apa maksudmu Ganju! Aku sama sekali tidak mengerti!" Ichigo kembali mengguncang keras bahu Ganju.
"Kira-kira dua bulan yang lalu, Ukitake taichou datang ke kediaman kami. Dia berkeluh kesah pada kakakku. Dia bercerita tentang gadis yang disukainya sejak pertama kali bertemu. Dan bagaimana dia harus memendam rasa itu mati-matian."
"Lalu…" Ichigo tidak sabar menunggu kelanjutan cerita Ganju walau sebagain besar dia sudah bisa menebak jalan ceritanya.
"kakakku bertanya siapa gadis beruntung itu. Kami berdua kaget ketika yang dia maksud adalah Kuchiki Rukia. Dengan kedudukan keluarganya saat ini, jelas dia tidak berani melamar Rukia. Lalu entah apa yang ada diotak bodoh kakakku, dia memaksa Ukitake memberanikan diri melamar Rukia. Dan dirinya akan bertindak sebagai walinya. Bagaimanapun juga, kau tahu kan, klan Shiba dulunya termasuk salah satu keluarga terpandang. Kakakku bermaksud menggunakan status sosialnya untuk menekan klan Kuchiki. Selain itu sepertinya dia bermaksud balas dendam pada Rukia, kau masih ingat kasus shinigami yang dibunuh Rukia kan?"
Ichigo melepaskan cengkramannya perlahan. Badannya limpung, kakinya terasa lemas, sampai-sampai tanda sadar dia mundur selangkah. Otaknya terus berputar. Memutarkan semua kata-kata Ganju yang baru sedetik tadi didengarnya.
Sekarang semuanya jadi jelas. Alasan kenapa Ukitake mati-matian menyelamatkan Rukia ketika gadis itu berada di tiang ganutngan sampai tidak mempedulikan kesehatannya. Lalu alasan kenapa sikap Rukia saat mereka terakhir kali bertemu begitu aneh.
"Maafkan aku Ichigo," Ganju memelas meminta pengampunan. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya ketika mendengar kabar, langsung dari mulut Kukaku, Rukia menerima lamaran ini. Sesuatu yang di luar perhitungan. Dia merasa bersalah telah memisahkan sepasang sejoli yang begitu serasi dan saling mencintai ini.
"Rukia menerimanya?" tanya Ichigo lemas.
"Lamaran itu? kalau itu yang kamu maksud, iya."
"Dia sendiri yang mengatakannya? Dia sendiri yang menerimanya? Dia tidak sedang diancam? Tidak dipaksa?"
Ganju menggeleng pelan. "Maaf Ichigo. Harunya aku menghentikan kakakku. Maafkan aku yang bodoh ini! Aku sama sekali tidak memperhitungkan posisi Rukia di keluarga Kuchiki."
"Sudahlah, bukan salahmu, itu keputusannya!"
Ichigo berlalu pergi setelah menepuk pundak Ganju dua kali. Langkahnya lemas, kepalanya tertunduk. Susah payah dia memaksa kakinya agar terus melangkah maju.
"Ichigo," panggil Kon yang mengekor di belakangnya.
Ichigo sama sekali tidak mendengarnya. Kon memilih diam. Kalau mau dia bisa bertindak bijaksana sekali-kali.
"Dasar bodoh!" Ganju memukul keras kepala Ichigo dengan tinjunya.
Ichigo yang tidak siap menerima pukulan, jatuh tersungkur di tanah. Ganju menarik kerah seragam Ichigo, memaksa cowok yang biasanya terlihat kuat, namun kini seperti mayat hidup itu berdiri.
"Ichigo yang kukenal tidak selemah ini!" bentaknya.
Ichigo tersenyum sedih. "Apa yang bisa kulakukan. Itu keputusannya!"
"Itu keputusannya katamu! Mungkin benar! Tapi pikirkan posisinya! Pikirkan perasannya! Aku yakin seratus persen itu bukan keputusan yang tulus dari dalam hatinya!"
"LALU MAUMU APA!" bentak Ichigo dengan suara lantang! Hatinya kacau. Tanpa sadar di meneriaki Ganju. Melimpahkan semua kekesalannya.
"MAUKU! MENYERETMU KE SOUL SOCIETY DAN MENOLONGNYA! PAHAM!" Ganju balik membentak. Jujur saja dia agak kecewa dengan reaksi Ichigo. "Kalau tidak mau ya sudah. Tapi jangan menyesal!" Ganju memungngungi Ichigo lalu berlalu pergi. "Ichigo yang kukenal dulu bukan laki-laki lembek seperti ini! Dia seorang pemberani!"
Ichigo berhasil mencengkram lengan Ganju setelah berjalan beberapa langkah. "Tunggu! Setidaknya sebagai seorang teman yang baik, aku harus hadir di pernikahan sahabatku! Bukan begitu!" katanya dengan ekspresi wajah lebih bersemangat.
Ganju balik tersenyum. Dia bisa melihat kobar api semangat di mata Ichigo. Temannya belum menyerah! Setidaknya untuk saat ini. Tidak sia-sia kerja kerasanya melarikan diri dari rumah Shiba samapi ke Karakura town.
"Ayo!" ajaknya sambil merangkul bahu Ichigo.
Rukia duduk diam seperti patung di dalam kamarnya yang mewah. Jendelanya yang besar memaksa masuk sinar matahari senja yang indah. Membuat seisi kamar itu berwarna oranye. Rukia menoleh ke salah satu dinding kamarnya, tempat dimana jam dinding digantungkan.
Sebentar lagi, desahnya dalam hati. Dia tidak pernah segelisa ini sebelumnya. Baginya, selama ini, kamar adalah tempat paling aman di kediaman Kuchiki. Tapi sebulan terakhir, kemanapun dia melangkah, kemanapun dia berada, tidak satupun tempat yang bisa membuatnya tenang, bahkan di dalam kamarnya sendiri. Mungkin satu-satunya tempat yang bisa membuatnya tenang adalah berada di sisi Ichigo. Sesuatu yang mustahil. Sesuatu yang harus dilupakan.
Rukia sengaja memilih mengurung diri di rumah besar ini. Dia tidak ingin bertemu siapapun, kecuali kakaknya dan para pekerja di rumah ini. Karena dia tahu hanya mereka-mereka yang tidak akan menggagu dirinya. Tidak akan menggoyahkan hatinya terhadap keputusan nekad yang diambilnya. Dan hanya mereka yang tidak akan mengungkit-ungkit soal Ichigo.
"Rukia-sama," seorang maid memanggil namanya dari balik pintu.
"Ya," balas Rukia.
"Ukitake-sama sudah datang!"
Rukia memejamkan matanya. Bernafas dalam keheningan. Selama beberpa datik dia menikmati keheningan itu. perlahan pikirannya mulai jernih. Hatinya mulai tenang. Pelan-pelan bayang-bayang Ichigo di benaknya juga mulai memudar. Sekarang yang dia rsakan hanya kekosongan.
Setelah cukup tenang, Rukia membuka matanya perlahan. Memandangi pantulan dirinya dicermin. Sudah sempurna, batinnya mengomentari penampilannya saat ini.
Rukia beranjak dari duduknya, melangkah dengan anggun kearah pintu. Lalu dengan lembut dia membuka pintu kamar.
Seorang maid berseragam kimono hitam sudah menyambutnya. Kepalanya sedikit dia tundukkan ketika Rukia melewatinya. Lalu dengan sangat hati-hati dia menutup pintu kamar Rukia.
"Nii-sama," kata Rukia kaget ketika dilihatnya Byakuya tengah berdiri tidak jauh dari pintu kamarnya. "Maaf membuat Nii-sama menunggu."
Byakuya tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia langsung berbalik dan berjalan pergi. Bahasa tubuhnya sekaligus sebagai perintah untuk adiknya agar mengikuti dia.
Mereka berdua berjalan dalam hening menyusuri lorong-lorong panjang rumah kediaman Kuchiki. Byakuya menuntunnya. Sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dia lakukan. Tapi akhir-akhir sikapnya memang seikit aneh. Dia jadi sering menghabiskan waktu berdua dengan Rukia. Walaupun kebersamaan itu sebagian besar mereka habiskan dalam hening.
"Boleh aku tanya sesuatu?" Rukia membuka percakapan.
"Katakan," jawab Byakuya.
"Kenapa Nii-sama berbohong padaku? Di hari itu, ketika nii-sama mengatakan ada seorang pemuda yang melamarku, kenapa tidak Nii-sama katakana saja kalau orang itu adalah Ukitake taichou."
Byakuya tidak menjawab. Dia masih terus melangkah dalam hening. Dia punya alasan untuk berbohong. Dan kalau bisa memilih, dia lebih memilih Rukia tidak mengetahuinya.
"Maaf atas kelancanganku," Rukia meminta maaf, merasa menyesal atas pertanyaannya barusan.
Byakuya menghentikan langkahnya. Tinggal beberapa meter lagi mereka akan samapi di ruang tengah, tempat dimana Ukitake menunggu.
"Karena aku tahu, kalau aku mengatakan bahwa lelaki yang melamarmu adalah kaptenmu sendiri, kamu pasti langsung menerimanya tanpa pikir panjang."
Rukia menatap bingung kakaknya. Memang tidak salah apa yang diucapkan Byakuya. Rukia masih tidak memahami tujuan dari kebohongan itu.
"Ukitake sudah menunggumu!" Byakuya mengingatkan adiknya.
"Ya," Rukia menganguk lalu berjalan mendahului kakaknya.
Ukitake langsung menyambutnya dengan senyuman begitu melihat sosok Rukia yang cantik memasuki ruangan. Dia langsung berdiri dari duduknya, melangkah mendekati Rukia lalu menyerahkan rangkaina bunga cantik pada gadis calon mempelainya.
Rukia membalas senyuman Ukitake dengan senyumannya. Dia tersenyum semakin lebar setelah menerima karangan bunga dari Ukitake.
Dari kejauhan Byakuya menyaksikan kemesraan itu dengan hati teriris.-iris. Kemesraan palsu yang begitu indah. Rukia seorang artis yang sempurna. Dia memainkan perannya sebagai pasangan calon pengantin yang berbahagia dengan baik. Menutupi semua kesedihan dengan senyuman. Rukia benar-benar anak yang tegar. Demi kepentingan klan dia rela mengorbankan dirinya.
Byakuya berlalu meninggalkan mereka berdua. Sama seperti Rukia. Pikirannya kacau. Seharusnya dia langsung menolak lamaran itu. Seharusnya dia tahu adiknya hanya akan bahagia disisi cowok brandalan bernama Ichigo. Tapi masih ada waktu seminggu, segalanya masih bisa berubah. Tadi pagi diam-diam dia sudah mengutus Ganju untuk menyerahkan undangan pernikahan pada Ichigo. Dia tidak perlu menjelaskan maksudnya panjang lebar. Sama seperti dirinya, Ganju juga memendam rasa bersalah atas ulah kakaknya. Byakuya yakin Ganju pasti berhasil membawa Ichigo kemari. Selanjutnya terserah mereka berdua. Dirinya hanya bisa membantu bukan memutuskan!

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Posting Komentar

Silahkan anda komentar di bawah ini. Saya harap
tidak memberikan komentar spam. Jika ada
komentar spam dengan sangat terpaksa akan
saya hapus.
Buat teman-teman yang ingin tukaran link dengan
blog ini saya persilahkan komentar di halaman
link exchange.
Update link akan saya usahakan 2 minggu sekali
setiap hari sabtu / minggu.
Terimakasih atas perhatiannya.